Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Azemina Adelia Rasty

Coping Mechanism Pada Mahasiswa Semester Awal yang Merantau

Eduaksi | Friday, 26 May 2023, 13:49 WIB
canva.com

Untuk melanjutkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yakni perkuliahan. Seseorang seringkali mengambil jalan yang lebih kompleks dengan memilih untuk merantau sebagai solusi agar dapat meningkatkan kualitas diri dan pendidikannya. Hal ini juga merupakan bukti sebagai individu dalam proses menuju dewasa yang dapat mempertanggungjawabkan segala keputusannya untuk hidup lebih mandiri lagi.

Merantau merupakan salah satu jalan keluar bagi individu untuk meningkatkan kualitas diri begitu pula menjadi keputusan banyak pelajar yang ingin melanjutkan pendidikan di universitas terbaik pilihan. Pada tahun pertama, mahasiswa rantau sering mengalami masalah-masalah yang beragam, seperti homesickness, sulit mengatur keuangan, sulit berkomunikasi, sulit beradaptasi, serta menutup diri dengan lingkungan baru.

Dari masalah yang dialami tentunya setiap mahasiswa baru memiliki caranya masing-masing untuk mengatasi masalah tersebut. Jika individu tidak dapat mengendalikan hal ini dengan baik, maka akan menjadi sebuah awalan yang dapat menimbulkan depresi. Untuk itu diperlukan adanya strategi untuk mengenadlikannya. Strategi tersebut dinamakan coping mechanism.

Coping mechanism merupakan strategi yang digunakan oleh individu untuk mengatasi stres, tekanan, atau situasi yang menantang dalam kehidupan mereka. Mekanisme ini dapat melibatkan cara-cara berpikir, bertindak, atau merasakan yang digunakan untuk mengurangi ketegangan dan menghadapi situasi yang memicu stres.

Terdapat dua strategi coping yang cukup efektif dilakukan, yaitu :

 

  1. Emotion Focused Coping

Menurut Lazarus dan Folkman, Emotion Focused Coping didefinisikan sebagai coping yang digunakan individu dengan memfokuskan pada usaha untuk menghilangkan emosi yang berhubungan dengan situasi stress, walaupun situasinya sendiri tidak dapat diubah. Emotion Focused Coping ini merupakan bentuk usaha individu untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang dirasakannya tidak dengan cara menghadapinya secara langsung, tetapi lebih pada usaha untuk mempertahankan keseimbangan afeksinya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengingat tujuan kuliah kembali, membangun semangat kembali, membatasi membuka media sosial, bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain, berekspresi di media sosial, berwisata kuliner dan jalan-jalan, beribadah, bermain ke tempat tinggal teman, dan bercerita kepada keluarga dan teman.

 

  1. Problem Focused Coping

Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan bahwa problem focused coping merupakan strategi yang digunakan dalam menyelesaikan masalah, seperti mendefinisikan suatu masalah, menghasilkan solusi alternatif, mempertimbangkan alternatif secara efisien, memilih alternatif dan bertindak, strategi problem focused coping berorientasi pada penyelesaian masalah. Hal yang dapat dilakukan antara lain menulis/journaling, mengatur waktu untuk istirahat, mengerjakan tugas, berolahraga, serta menyelesaikan tugas sesuai dengan prioritas.

Mahasiswa yang mengalami stress pada semester awal dapat menghadapinya dengan menggunakan beberapa mekanisme penanggulangan stres yang efektif. Dalam mengimplementasikan mekanisme ini, mahasiswa juga dapat mencari bimbingan dan saran dari konselor kampus atau sumber daya lain yang tersedia di lingkungan mereka.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image