Bullying Remaja: Masalah yang Diremehkan
Edukasi | 2023-05-24 23:04:08Bullying didefinisikan sebagai serangan fisik, verbal atau psikologis atau intimidasi yang dimaksudkan untuk menyebabkan rasa takut, tertekan atau merugikan korban. Bullying melibatkan 3 karakter yaitu pelaku yang melakukan bullying, seorang atau sekelompok orang yang melihat perilaku bullying namun tidak melakukan tindak bullying, dan pihak yang tertindas. Coloroso (2007) menyatakan bahwa pelaku yang melakukan bullying disebut penindas (the bully), seorang atau sekelompok orang yang melihat perilaku bullying namun tidak melakukan tindak bullying disebut penonton (bystander), dan pihak yang terdindas disebut korban bullying (victim). Bullying yang dilakukan oleh penindas (the bully) kepada korban memiliki dampak yang negatif. Priatna (2010) dalam bukunya menyebutkan bahwa ada beberapa dampak negatif bullying pada korban, yaitu kecemasan, depresi, penarikan sosial, merasa kesepian, dapat menyebabkan bunuh diri, penurunan prestasi akademik, serta penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol. Remaja penindas (the bully) baik laki-laki maupun perempuan melakukan bullying karena untuk memperoleh kekuasaan atas orang lain. Penindas (the bully) mempertahankan dan memperjuangkan perilaku bullying untuk mendapatkan reputasi di atas dalam interaksi sosial. Selain itu bullyingyang dilakukan oleh remaja penindas (the bully) karena dendam atau iri hati, tradisi senoritas, situasi sekolah yang diskriminatif, dan masalah dalam keluarga.
Namun, remaja penindas (the bully) seringkali tidak menyadari telah melakukan bullying kepada korbannya. Hal tersebut dikarenakan tidak jarang perilaku bullying dipersepsikan sebagai perilaku yang wajar dan seringkali dianggap sebagai gurauan. Selain itu, bullying dipersepsikan bukan sebagai penyiksaan dan merupakan proses tumbuh dewasa anak serta agresi yang tidak menimbulkan korban. Remaja penindas (the bully) yang tidak menyadari bahwa telah melakukan bullying akan terus melakukan bullying hingga tujuannya tercapai yaitu popularitas, memperoleh kekuasaan atas orang lain, membalas dendam, dan sebagainya. Bullying yang dilakukan oleh remaja sebagai alat popularitas disebabkan remaja memiliki kebutuhan untuk diakui oleh teman-temannya dan menjadi bagian dari kelompok sosial yang penting. Identitas negatif yang dimiliki remaja dan dukungan yang diperoleh dari teman sebaya atas citranya yang negatif, dapat memperkuat identitas negatifnya . Penindas (the bully) yang mendapat dukungan dari teman sebayanya akan berusaha untuk mengembangkan dan mempertahankan bullying kepada korbannya, sehingga umpan balik teman sebaya dalam hal ini penonton (bystander) berkontribusi pada perilaku bullying yang dilakukan oleh penindas (the bully). Umpan balik tersebut dapat berupa dukungan tehadap perilaku bullying yang dilakukan penindas (the bully) tetapi tidak berperan aktif, menyukai perilaku bulying tetapi tidak menunjukkan dukungan terbuka pada penindas (the bully), dan tidak peduli dengan perilaku bullying yang diterima oleh korban.
Umpan balik yang diberikan oleh teman sebanya atau teman sekolah akan mengakibatkan remaja penindas (the bully) dapat mempengaruhi tekanan teman sebaya di sekolah. remaja sebagai penindas (the bully) biasanya terampil dalam menerapkan tekanan teman sebaya dan melakukan intimidasi pada teman-teman mereka sehingga seseorang tersebut berada dalam tekanan dan merasa tidak nyaman. Pada saat dalam kondisi tertekan dan tidak nyaman, seseorang akan lebih memungkinkan untuk berpartisipasi dalam perilaku bullying yang dilakukan oleh penindas (the bully). Selain itu, remaja penindas (the bully) yang terus melakukan bullying di sekolah akan mengakibatkan resiko di masa mendatang bagi penindas (the bully) itu sendiri, seperti menjadi pelaku tindak kriminal di kehidupan selanjutnya.
Makna kehidupan seseorang disasari oleh suatu proses interpretasi, yang didalamnya indvidu memilih dan mengelola makna tertentu, kemudian berperilaku berdasarkan makna tersebut. Terkait di penelitian ini, pemaknaan bullying pada remaja penindas (the bully) semestinya didasari oleh proses interpretasi yang mengarahkan pada makna tertentu terkait dengan proses pemaknaan tersebut, kemudian berperilaku bullying berdasarkan makna tersebut.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.