Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Salwa Faz

Awas! Stunting Mengancam Generasi 2045, Ini yang Harus Ayah-Bunda Lakukan!

Info Terkini | 2023-05-24 21:27:10
Ilustrasi pengukuran tinggi balita secara rutin dan memastikan sesuai standar perkembangan usia nya.

Tahukan Bunda? Tahun 2015 WHO (World Health Organization) menyatakah bahwa, Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kurangnya asupan nutrisi kronis dan/atau infeksi berulang yang terjadi dalam 1000 HPK (Hari Pertama Kelahiran), sehingga hal ini menyebabkan si kecil ber-postur pendek di bawah standar usianya.

Perlu Ayah-Bunda ketahui bahwa Studi Survei Gizi Indonesia (SSGI) menyatakan, 1 dari 4 anak di Indonesia mengalami stunting, sehingga ada sekitar 5 juta anak yang gagal dalam tumbuh-kembang. Coba Ayah-Bunda bayangkan apa dampak bagi si kecil sebagai generasi penerus jika mengalami stunting, akankah Indonesia melihat generasi emas-nya pada tahun 2045? Bahkan, data tersebut menyebutkan 23% bayi yang lahir sudah mengalami stunting, sehingga pencegahan harus digalakkan sejak dini, seperti pada masa kehamilan atau bahkan sejak wanita masih usia remaja.

Lalu mengapa si kecil mengalami stunting? Nah, Orang tua perlu tahu bahwa penyebab stunting sangat beragam, diantaranya seperti :

Asupan kalori dan gizi yang kurang.

Asupan nutrisi yang kurang pada masa tumbuh-kembang bayi menjadi faktor utama stunting. Hal-hal di bawah ini mampu memicu minimnya asupan gizi pada bayi, seperti kondisi konomi yang lemah, edukasi mengenai praktik makan untuk bayi dan balita yang kurang, penelantaran si kecil dengan memberikan makanan tanpa memperhatikan gizi seimbang, serta kurangnya ketersediaan bahan makanan seperti protein hewani selama MPASI.

Kebutuhan yang meningkat.

Peningkatan kebutuhan dapat mendukung stunting pada si kecil nih Bunda, seperti bayi berat badan lahir sangat rendah, kelainan metabolisme bawaan, alergi susu sapi, penyakit jantung bawaan, infeksi kronik seperti diare kronis atau penyakit TBC, difteri, dan campak.

Nah Bunda, di atas merupakan beberapa faktor yang memicu tumbuh-kembang si kecil terhambat. Makanya, menjaga kesehatan ibu dan bayi sejak dini sangat penting nih, Bunda.

Eits.. Ayah-Bunda juga dapat mengamati jika si kecil mengalami gagal tumbuh-kembang, lho! Ketidaksesuaian perkembangan sesuai standar umurnya, bisa menjadi tanda buah hati mengalami stunting :

v Gagal tumbuh; BB lahir rendah, bertubuh kecil, pendek, dan cenderung kurus

Gagal tumbuh pada bayi menyebabkan si kecil mudah jatuh sakit. Disisi lain, stunting dapat menghambat perkembangan kognitif dan motorik si kecil, yang ditandai dengan IQ rendah, bahkan hingga dikategorikan retardasi mental. Hal ini dapat diamati pada anak yang belum mampu mengucap kata di usia 2 tahun, atau belum dapat makan sendiri di usia 1 tahun.

v Gangguan metabolik pada saat dewasa.

Gangguan metabolism meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes, obesitas, stroke, penyakit jantung, dan lain sebagainya pada penderita stunting.

v Telat Menstruasi

Karena tumbuh-kembang si kecil melambat, masa pubertas anak perempuan yang mengalami stunting ikut melambat. Oleh sebab itu, keterlambatan menstruasi tergolong gejala stunting pada anak.

Namun, perlu diketahui Bun, tidak semua balita bertubuh pendek itu stunting lho! Tapi dapat dipastikan bahwa anak stunting itu pendek. Jadi, jika Ayah-Bunda melihat si kecil dengan kondisi di atas, segera bawa ke fasilitas kesehatan untuk memastikan kondisi si kecil pada dokter anak.

Nah, paparan di atas nunjukin kita kalau stunting cukup ngeri dan mengkhawatirkan, ya Bun? Jangan sampai si kecil kesayangan kita tumbuh-kembang nya terganggu, Yuk sama-sama stop rantai stunting dengan cara :

1. Saat Remaja Putri

Lakukanlah deteksi anemia dan konsumsi tablet tambah darah, hal ini akan mencegah stunting di masa datang.

2. Saat Masa Kehamilan

Lakukanlah konsultasi rutin ke dokter untuk mengetahui kondisi kehamilan. Penuhi juga asupan nutrisi seimbang selama kehamilan, sebab asupan mineral seperti zat besi, asam folat, dan yodium harus tercukupi pada ibu hamil.

3. Masa Balita

a) Terapkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Sesaat setelah bayi lahir, segera lakukan IMD untuk menjalankan ASI Eksklusif. Jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan ke dokter, posyandu, dan puskesmas secara berkala untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.

b) Imunisasi

Perhatikan jadwal imunisasi rutin si kecil yang diterapkan oleh Pemerintah ya, agar anak terlindungi dari berbagai macam penyakit.

c) ASI Eksklusif

Berikan ASI eksklusif sampai si kecil berusia 6 bulan dan teruskan dengan MPASI yang sehat dan bergizi.

4. Gaya Hidup Bersih dan Sehat

Terapkan gaya hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan sebelum makan, memastikan air yang diminum merupakan air bersih, buang air besar di jamban, sanitasi sehat, dan lain sebagainya.

Tak perlu khawatir bunda, selain kita yang melakukan inisiasi sendiri, TERNYATA! Pemerintah Indonesia telah lama berusaha melalui Gerakan Cegah Stunting dengan 5 kegiatan lho Bund, Apa aja itu? Yuk simak!

1) Gerakan #AksiBergizi : Membentuk kebiasan olahraga, sarapan dan konsumsi tablet tambah darah untuk menurunkan anemia pada remaja di satuan sekolah.

2) Gerakan #BumilSehat : Meningkatkan pemeriksaan dan pengetahuan calon ibu untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil.

3) Gerakan #PosyanduAktif : Meningkatkan cakupan tumbuh kembang balita di posyandu untuk deteksi dini dalam mencegah balita gizi kurang dan stunting.

4) Gerakan #JamboreKader : Meningkatkan kemampuan kader dalam memberikan pelayanan pada masyarakat dan ibu hamil.

5) Gerakan #CegahStuntingituPenting : Mengedukasi masyarakat tentang stunting dan pencegahannya melalui pesan ABCDE :

(A) Aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD)

Konsumsi TTD bagi remaja putri 1 tablet seminggu sekali.

Konsumsi TTD bagi Ibu hamil 1 tablet setiap hari (minimal 90 tablet selama kehamilan).

(B) Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali

Periksa kehamilan minimal 6 kali, dengan pemeriksaan USG minimal 2 kali oleh dokter.

(C) Cukupi konsumsi protein hewani

Berikan protein hewani setiap hari bagi si kecil selama masa MPASI di atas 6 bulan.

(D) Datang ke Posyandu setiap bulan

Lakukan pemantauan pertumbuhan (timbang dan ukur) dan perkembangan, serta imunisasi balita ke posyandu setiap bulan.

(E) Eksklusif ASI 6 bulan

Berikan ASI ekslusif selama 6 bulan dilanjutkan hingga si kecil berusia 2 tahun.

Yuk, penuhi gizi buah hati kesayangan kamu. Mari bersama ciptakan Indonesia kuat dan sehat untuk Indonesia Emas 2045!

Penulis : Salwa Fatharani Azhima (Kebidanan 2022) Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image