PACARAN LAMA, PUTUS? MUSTAHIL CEPAT MOVE ON?
Curhat | 2021-12-24 15:37:05Kehidupan adalah variasi yang terkadang memang tidak bisa kita tebak kehadiran berbagai peristiwa yang ada. Hubungan sesama manusia menjadi salah satu peristiwa paling bisa dirasakan langsung timbal baliknya. Apalagi mengenai dunia percintaan yang sangat manusiawi, dan selalu ada pada masing-masing individu.
Perasaan cinta adalah anugerah dari Tuhan yang perlunya dijaga dan diberikan kepada sosok yang tepat bagi dirinya. Karena sebagian besar, beranggapan cinta sama dengan memiliki dan dimiliki.
Pada beberapa waktu terakhir ini, tidak dipungkiri bahwa menemukan banyak sekali cerita-cerita menarik mengenai dunia percintaan seperti ini. Cukup menarik? bagi saya biasa saja, tapi jika pacaran sudah lama lalu putus dan cepet move on? Hmmm ini sangat menarik.
Baik, kalau meliihat dari “cepat move on” sepertinya dalam hitungan detik kalian akan memikirkan “mungkin saja selingkuh” atau “sudah dapat orang baru”. Tapi percaya tidak percaya, ada banyak ratusan manusia di muka bumi, dan tidak bisa semua kisah manusia di pukul sama rata dengan perspektif “pada umumnya” atau “kebanyakan”.
Ada beberapa alasan yang menjadikan factor bagaimana bisa seseorang menjadi cepat move on meskipun hubungan yang telah dilalui hampir lima tahun, bahkan kedua belah keluarga sudah saling mengetahui dan mersetui.
1. Dewasa
Pada poin ini, bahwa perlu diketahui tidak semua dua manusia dengan saling mencintai kemudian mengakhiri hubungan yang telah dilewati bersama baik-baik saja adalah suatu hal yang langka. Mengapa? Pada umumnya, dewasa bisa diartikan dengan seseorang yang telah mengalami atau telah menginjak usia 18th ke atas. Namun, usia bukan menjadi patokan bahwa manusia tersebut akan memiliki karkater dewasa. Sehingga jika ditelusuri lebih dalam bahwa dewasa dengan karakter dewasa memiliki arti yang berbeda.
Sudah banyak kita jumpai, beberapa kisah percintaan yang berujung pada kasus bunuh diri bahkan stress berkepanjangan hingga menyakiti diri sendiri atau jatuh sakit. Kalau jatuh sakit masih tolerir, kalau bunuh diri? Sepertinya ada yang salah.
Hal ini seharusnya tidak akan terjadi jika masing-masing individu telah memiliki karakter dewasa, pada kenyataannya seseorang dengan pemilik karakter ini juga mengalami stress pada tahap “mengakhiri hubungan lama”, namun cara mengatasinya lah yang berbeda. Ia akan mampu tenang dan terbuka dengan keadaan serta akan tetap menerima dan melanjutkannya dengan memilih menjadi lebih baik.
Cobalah menjadi beda, hubungan tak seharusnya dan selamanya di akhiri penuh kebencian maupun dendam.
2. Impian
Alasan kedua ini merupakan alasan yang seringkali kita jumpai pada kisah menyedihkan seperti ini. Tapi siapa sangka, sesorang yang memutuskan untuk impian dan bukan suatu omong kosong saja menganggap “mengakhiri hubungan” adalah tepat. Mungkin saja, pada masa menjalani pacaran ia merasakan beban yang lebih dibandingkan dengan “kesendirian” dan impiannya.
Atau mungkin saja, gerak ruang mengejar impiannya begitu terasa terbatas bahkan mustahil di gapai ketika pacaran. Bisa saja seseorang yang bersamanya sering sekali melarang bahkan mengatur perihal kehidupannya dalam mengejar impiannya.
Kalaiu seperti ini, bukankah lebih baik mengakhiri?
Cepat move on? Mungkin saja, atau belum tentu. Tapi lambat laun, focus yang benar-benar di niati dengan baik akan mampu mengubur rasa “kehilangan” lebih cepat daripada tidak ada satupun hal baik yang perlu dilakukan.
Come On! Kalian masih muda !
3. Kebahagiaan Sendiri
Perlu diketahui, hubungan percintaan yang lama bukanlah bisa dianggap “bahagia” hanya dengan satu sisi dan kacamata manusia yang bahkan tidak mengenalinya lebih dalam. Jika hubungan seperti ini di lakukan oleh individu berkepribadian cerdas, maka memilih menutupi segala hal buruk bersama pasangan adalah pilihannya, jarang memposting status yang menunjukkan bahwa hubungannya tidak baik-baik saja, atau bertengkar melalui media sosial. Benar pepatah mengatakan “rumput tetatangga lebih hijau” yang artinya orang akan saling memandang semua orang bahagia dibanding kehidupannya.
Jika menemukan kisah putus setelah menjalani hubungan lama, memikirkan kebahagiaan diri sendiri menjadi cara ampuh yang lagi-lagi perlahan menutupi perasaan kehilangan pasca putus.
Ada banyak kebahagiaan-kebagahagiaan yang bisa diciptakan meskipun seorang diri. Hanya saja, hubungan hampir lima tahun menunda diri untuk lebih percaya pada diri sendiri. Bagi perempuan, membahagiakan diri sendiri mampu dilakukan dengan Me Time seperti menonton drama korea atau film lainnya, mempercantik diri sendiri, memeperbaiki sifat dan akhlak sendiri, berwisata bersama sahabat maupun keluarga bersama, serta memperbanyak interaksi dan lebih peduli terhadap keluarganya. Bagi sisi laki-laki, persoalan ini adalah terkait membahagiakan diri sendiri dengan cara sendiri dan seorang diri tanpa pasangan, melakukan games sepuasanya, menonton film, berwisata dan hal yang perlu di catat dan di garis besari ialah memperbanyak relasi serta memanajemen waktu dan pengeluaran serta pemasukan lebih hati-hati dan teratur. Kamu tidak akan memikirkan harus makan berdua,dia dengan siapa, sedang apa dan lain sebagainya. Pengeluaranmu hanya untuk kamu sendiri, tanpa ada pengeluaran isi pikiran, perasaan dan tenaga yang lebih.
Nama : Ayu Mujiyanti
Mahasiswa Jurusan KPI IAIN Pekalongan
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.