Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Romi Febriyanto Saputro

Belajar Literasi Dakwah dari Nabi Akhir Zaman

Agama | Wednesday, 24 May 2023, 08:04 WIB

Oleh : Romi Febriyanto Saputro, Pustakawan Ahli Madya Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen.

Yusuf Al Qardhawi seperti dikutip oleh Maimun dan Mohammad Kosim (2019) menjelaskan bahwa keyakinan tentang adanya para nabi dan utusan (rasul) bagi umat Islam merupakan bagian dari aplikasi nilai-nilai keimanan. Umat Islam tidak pernah mengingkari keberadaan nabi dan rasul, juga tidak melebihkan keberadaannya, keyakinan umat Islam tentang adanya kenabian secara wajar tidak mengurangi dan tidak menambah. Nabi adalah manusia biasa yang punya istri, sebagian mereka mempunyai anak, makan dan minum, bedanya dengan manusia kebanyakan mereka diberi wahyu oleh Allah.

Said Ramadhan Al-Buthy (2015) menjelaskan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menjalankan perintah Allah dengan mulai mengajak orang untuk menyembah Allah semata dan meninggalkan sembahan yang lain. Namun, beliau melakukannya diam-diam agar tidak menimbulkan kegaduhan kaum Quraisy yang fanatik pada kemusyrikan dan paganisme. Nabi Saw. berdakwah tidak secara terang-terangan, seperti berbicara di tempat-tempat umum atau di tempat ibadah mereka. Beliau hanya berdakwah kepada sanak kerabatnya yang sangat dekat atau orang yang sudah beliau kenal baik.

Berkenaan dengan tahapan pertama dakwah Rasulullah Saw, kita bisa memetik hikmah bahwa Nabi Saw berdakwah secara rahasia selama 3 tahun bukan karena beliau mengkhawatirkan keselamatan dirinya. Namun, Allah Swt. memberi ilham kepada Rasulullah Saw agar memulai dakwah pada tahapan awal ini secara diam-diam dan hanya kepada orang yang beliau yakini akan menerimanya.

Orang yang pertama kali masuk Islam di antara mereka adalah Khadijah binti Khuwailid r.a., Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah mantan budak Rasulullah Saw. sekaligus anak angkatnya, Abu Bakar (Ash-Shiddiq) bin Abu Quhafah, Utsman bin Affan, Az- Zubair bin Al- Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa‘ad bin Abi Waqqash.

Mereka bertemu dengan Nabi Saw. secara diam-diam. Apabila salah seorang di antara mereka ingin mempraktikkan suatu ibadah, dia pergi ke lorong-lorong Kota Makkah yang sepi agar tidak terlihat orang Quraisy. Dakwah pada tahapan ini menghasilkan sekitar 40 orang muslim, laki-laki dan perempuan. Kebanyakan mereka adalah orang miskin, budak, dan orang Quraisy yang tidak punya kedudukan.

Tahapan dakwah berikutnya adalah secara terang-terangan, tetapi hanya melalui lisan.Tahapan ini berlangsung hingga masa Hijrah. Ibnu Ishaq (2018) menuturkan bahwa gelombang iman terjadi secara berantai, orang-orang perempuan dan laki-laki, memeluk Islam, hingga kabar tentang Islam tersiar di Makkah dan menjadi buah bibir. Kemudian Allah Swt. memerintahkan Rasul-Nya agar menyampaikan ajaran dan risalah yang dibawanya secara terang-terangan. Dakwah secara terang-terangan ini baru dilakukan oleh Nabi Saw. setelah tiga tahun kenabiannya. Allah Swt. berfirman: Maka, sampaikanlah secara terang-terangan segala yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik. (QS Al-Hijr [15]:94)

Rasyid Haylamaz (2016) menyebutkan bahwa pada tahapan dakwah ini, kerabat dekat nabi yang telah memeluk Islam sejak masa awal kenabian senantiasa menyokong dan mengulurkan bantuan serta pertolongan kepada beliau. Siti Khadijah biasa membuat makanan, kemudian Ali dan Zaid berkeliling kota Mekah dari satu jalan ke jalan yang lain mengundang penduduk Mekah untuk menikmati hidangan ini. Rasulullah Saw memberi kesempatan langsung kepada penduduk Mekah untuk berdialog dengan akal sehat ketika mereka hadir untuk menyantap hidangan ini.

Di saat yang sama beliau juga berdialog dengan hati dan nurani mereka berusaha menciptakan suasana hangat dan harmonis di antara mereka dengan cara memberikan hadiah-hadiah. Target pertama beliau adalah mensterilkan medan dakwah dari segala arah dan rintangan yang dipasang oleh orang-orang yang berseberangan dengan beliau. Undangan jamuan makan dan aktivitas sosial ini telah dilaksanakan berulang kali bahkan sampai harta kekayaan Khodijah yang diperoleh dari bisnis internasionalnya kala itu semakin menipis dan bahkan habis sampai pada sepuluh tahun pertama dari masa kenabian.

Bahkan selama tiga tahun masa boikot, Khadijah masih saja sempat mendermakan semua harta benda beliau hingga beliau wafat. Sesuai dengan situasi dan kondisi Mekkah saat itu belum ada pusat-pusat perbelanjaan besar atau wahana-wahana hiburan untuk menghabiskan harta kekayaan ini. Bahkan, seandainya sudah ada tempat-tempat tersebut tidak mungkin akan menguras habis harta kekayaan Khadijah. Jadi, ke manakah larinya harga kekayaan beliau ? Tidak diragukan lagi bahwa semua harta kekayaan itu habis lantaran menjamu orang-orang Mekah termasuk mereka yang tidak menghargainya seperti Walid Bin Mughirah, Abu Jahal dan Abu Lahab.

Hal yang mengherankan dalam hal ini adalah kesediaan penduduk Mekkah untuk menghadiri undangan jamuan makan ini meskipun disisi lain mereka tetap bersikap keras dan antipati terhadap segala hal yang datang dari Muhammad Saw. Ini berarti sikap yang diambil oleh Nabi mampu memberikan kepercayaan dan perasaan aman pada diri penduduk Mekah sehingga membuat mereka tidak benar-benar menutup diri. Seandainya tidak ada sebagian dari mereka yang selalu muncul dan merusak suasana harmonis ini pastilah diantara mereka akan ada seseorang yang hatinya langsung tersentuh hidayah saat itu juga.

Nabi Muhammad adalah sosok nabi penyayang, penuh belas kasih dan bergaul dengan kelembutan kepada siapa pun dan dimana pun. Jika suatu ketika beliau di zalimi sasaran dakwah beliau segera mengendalikan diri agar tidak terbawa emosi. Keinginan nabi hanyalah berusaha mengajak mereka menuju iklim kasih sayang dan suasana kehangatan cahaya iman. Dunia Nabi Saw adalah dunia yang tidak berbahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain, bahkan tidak ada istilah membalas keburukan dengan keburukan. Bagaimanapun situasi dan kondisinya, Kekasih Allah selalu bersikap sesuai dengan kepribadian beliau yang mulia dan kedudukannya yang tinggi.

Beliau tidak pernah membalas perlakuan orang-orang yang menyakiti dan melempari beliau dengan batu hingga kepala nabi bercucuran darah serta yang merampas harta benda beliau bahkan yang ingin menghabisi nyawa beliau sekalipun. Beliau bukanlah seperti kaum Musyrikin Mekah yang kerap memperlihatkan watak mereka yang keras dan bengis. Sesungguhnya apapun yang didalamnya terdapat kelemahlembutan pasti akan menjadi indah. Sebaliknya, apapun yang dicabut darinya kelemahlembutan pastilah akan menjadi buruk. Demikian nasehat yang selalu beliau berikan kepada sahabat-sahabatnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image