Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image I Gusti Ayu Sri Wulandari

Calo Tiket atau Fomo: Apakah Dapat Diatasi?

Info Terkini | Tuesday, 23 May 2023, 10:19 WIB
Info konser Coldplay. Sumber foto : twitter @coldplay

Baru-baru ini dunia perkonseran Indonesia kembali dihebohkan karena kedatangan band luar negeri yaitu Coldplay. Dalam world tournya kali ini, mereka diketahui akan mengunjungi Indonesia sebagai salah satu tempat pemberhentian konsernya. Di Indonesia, mereka pun berencana melangsungkan konser perdananya di GBK (Gelora Bung Karno) main stadium (tempat konser blackpink sebelumnya) pada tanggal 15 November 2023 dan hal ini pun langsung menjadi bahan perbincangan warganet. Banyak penikmat konser yang langsung menargetkan konser Coldplay ini, baik dari fans maupun non fansnya.

Yang menjadi masalahnya sekarang adalah banyak fans dari band Coldplay ini yang merasa cemas akan tahap ticketing konser band favorit mereka ini. Kenapa? Hal ini dikarenakan saingan dalam pembelian tiket tidak hanya bersaing di antara fans saja, tetapi juga harus bersaing dengan para masyarakat umum yang bisa dibilang fans fomo yang datang hanya untuk pamer saja bahkan lagu dari penyanyinya saja bisa tidak diketahui. Jika bersaing dengan non fans yang setidaknya tahu lagu-lagu dari sang penyanyi, itu lebih baik dibandingkan bersaing dengan masyarakat ataupun artis Indonesia yang sedang fomo-fomo nya. Selain itu, fans juga harus bersaing dengan para calo-calo liar yang mematok harga tiket yang tidak masuk akal.

Nah sekarang pertanyaannya adalah, apakah calo tiket konser dan orang-orang yang kesana hanya untuk mengikuti tren saja (fomo) dapat diatasi? Nah untuk menjawab pertanyaan ini, tentunya kita harus membahas satu-satu mengenai calo tiket dan juga orang yang fomo ini. Setelah itu, barulah kita bisa mencari solusi-solusi agar dapat meminimalisir kejadian-kejadian yang disebutkan itu.

Kita bahas mengenai calo tiket terlebih dahulu. Seperti yang kalian ketahui, calo berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan orang yang menjadi perantara dan memberikan jasanya untuk menguruskan sesuatu berdasarkan upah. Berkaitan dengan pengertian tersebut, calo tiket merupakan orang yang membeli tiket dalam jumlah yang banyak, yang kemudian tiket tersebut dijual kembali kepada orang-orang yang menginginkannya tetapi dengan harga yang lebih mahal (bisa berlipat-lipat kali harga semula). Dari pengertian nya saja sudah terlihat keburukannya. Calo tiket inilah salah satu hal yang paling dibenci oleh para fans, dikarenakan mereka dengan mudahnya bisa mendapatkan tiket konser dan juga pada akhirnya menjual kembali kepada para penonton konser dengan harga yang tidak biasa. Dilansir dari akun menfess @tanyakanrl di twitter, ada orang yang mengirim tweet mengenai dia yang iseng membeli tiket hingga 4 buah, dia menulis "ga gitu suka coldplay dan lagunya tapi iseng ikut ngewar dan dapet bingung antara seneng atau sedih krn impulsive apa jual aja kali ya? mana 4 biji lagi". Yang lebih mirisnya lagi, tidak hanya satu orang itu saja yang dengan isengnya membeli tiket konser dan menjualnya dengan harga yang tidak normal. Ada banyak orang-orang seperti itu yang mengambil kesempatan dalam konser coldplay ini. Secara tidak langsung, mereka yang melakukan hal itu bisa dikatakan calo tiket dengan jalur iseng tapi dengan niat yang memang seperti calo tiket.

Yang kedua mengenai fomo. Fomo sendiri merupakan singkatan dari Fear of Missing Out yang artinya takut tertinggal. Orang-orang yang fomo ini biasanya dikaitkan dengan sikap yang tidak mau tertinggal akan suatu hal yang sedang trending. Dalam kasus konser coldplay ini, orang-orang fomo biasanya berasal dari kalangan artis. Mereka membeli tiket konser coldplay hanya semata-mata ingin memamerkan di media sosial saja, sementara dari mereka ada yang tidak tahu mengenai lagu-lagu dari Coldplay sendiri. Tidak hanya di kalangan artis saja, banyak dari masyarakat umum juga melakukan hal ini. Ini jelas-jelas merugikan kesempatan para fans yang benar-benar ingin menonton konser coldplay. Selain itu, sikap fomo ini juga menyebabkan keseruan dalam konser menjadi menurun. Hal ini bisa kita lihat saat konser Blackpink Maret lalu. Kekesalan dengan kaum fomo ini pun pernah disampaikan oleh pengguna akun tik tok @briannrii. Dalam video tiktoknya, intinya dia menjelaskan bahwa kaum fomo itu sebenarnya tidak selalu buruk, tetapi harusnya mereka ada niatan untuk mengikuti perkonseran band/artis yang mereka tonton. Minimal sebelum hari konser, mereka tiap hari mendengarkan musik dari band/artis yang akan mereka tonton, sehingga ketika saat konser, mereka setidaknya tidak hanya diam atau hanya memvideokan suasana konser saja, tetapi bisa mengikuti keseruan dari konser tersebut.

Dari penjelasan di atas, tentu kedua hal itu sangat sering terjadi setiap ada perkonseran di Indonesia. Maka dari itu, untuk meminimalisir kejadian yang buruk tersebut, bisa dimulai dari diri kita sendiri. Untuk masalah calo tiket, sebaiknya fans dari artis yang akan melakukan konser di Indonesia tidak panik dalam membeli tiket karena biasanya tiket konser akan dijual kembali saat hari H konser. Selain itu, tiket yang tersedia di web-web juga akan ditambah kuotanya seiring berjalannya waktu, tidak hanya saat dijual saat pembukaan ticketing saja. Maka dari itu, sebaiknya kita tidak panik atau takut kalau tidak kebagian tiket, sehingga tiket yang dijual oleh calo tiket tidak ada yang membeli. Hal ini pun bisa meminimalisir para calo tiket dalam aksinya. Dan untuk masalah fomo, seperti penjelasan di atas, hal ini bisa diminimalisir dengan cara orang tersebut mendengarkan musik dari artis yang akan mereka tonton, karena di spotify, twitter, ataupun youtube sudah tersedia berbagai setlist lagu saat konser, sehingga mereka tinggal mendengarkannya setiap hari sehingga pada saat hari H konser, mereka juga bisa menikmati euforia konser.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image