Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syifa Pandya Pharahita

Self-diagnosis: Mengapa Berbahaya dan Bagaimana Mengatasinya

Edukasi | 2023-05-23 07:13:04

Self-diagnosis mungkin dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak asing. Seseorang kadang kala tidak menyadari bahwa perilakunya termasuk dalam self-diagnosis, sebagai contoh kamu mengeluh sakit kepala pada temanmu, kemudian temanmu pernah merasakan hal yang saa, lalu dia memberikan saran apa saja yang biasa dia lakukan. Kemudian tanpa berpikir panjang kamu mengikuti apa yang temanmu sarankan. Hati-hati peristiwa tersebut merupakan salah satu bentuk self-diagnosis.

Self-diagnosis merupakan asumsi dari diri sendiri yang menyatakan bahwa terkena suatu penyakit tertentu, berdasarkan pengetahuannya sendiri. Padahal diagnosis tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Diagnosis hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional seperti dokter, bidan, atau tenaga kesehatan lainnya. Dalam dunia medis, diagnosis merupakan proses mengidentifikasi penyakit, kelainan, kondisi, atau cedera dari tanda dan gejalanya.

Namun dalam praktiknya, banyak penyakit tertentu yang memiliki gejala kurang spesifik, maka dari itu biasanya tenaga medis melakukan tes lanjutan untuk menentukan diagnosis yang tepat pada klien/pasien. Oleh karena itu, self-diagnosis sangat tidak dianjurkan karena dianggap bisa membahayakan diri sendiri. Selain itu, bahaya self-diagnosis diantaranya:

 

  1. Penyakit yang sebenarnya menimpa terabaikan, dapat berisiko mengalami kondisi kesehatan yang lebih parah.
  2. Salah mengkonsumsi obat, hal ini dapat berbahaya karena diagnosis yang salah menyebabkan pengobatan yang salah pula.
  3. Salah penanganan, saat seseorang sudah melakukan self-diagnosis maka dia akan cenderung melakukan penanganan terhadap dirinya sendiri berdasarnya informasi yang didapatkan dari internet.
  4. Pemicu kecemasan dan panik berlebihan, hingga dapat memicu timbulnya depresi. Seperti: saat seseorang mengalami flu dan batuk, lalu dia mencari informasi penyebab sakitnya di internet. Hasil pencarian tersebut menunjukkan bahwa flu dan batuk merupakan tanda Covid-19. Saat itu juga dia merasa panik dan stress.

Untuk menghindari bahaya self-diagnosis diatas, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan:

Pertama, jangan menjadikan teman/keluarga/orang sekitar yang merasakan gejala sama sebagai acuan utama. Tidak semua hal bisa disamakan, termasuk dengan keluarga sendiri karena kondisi tubuh satu orang dan orang lainnya belum tentu sama.

Kedua, terkait gejala kesehatan mental, hindari melakukan test-test di internet karena dengan melakukan test online kamu beranggapan apa yang kamu rasakan itu benar, padahal belum tentu.

Ketiga, hindari mencari tahu penyakit dengan asumsi gejala di internet. Perlu diketahui bahwa apa yang kamu baca di internet belum tentu benar. Saat ini banyak berita ataupun artikel hoaks. Lebih baik jika muncul gejala penyakit, segera konsultasi pada pihak medis profesional. Demi kesehatan diri kamu sendiri, ingat jangan jadikan diri sendiri sebagai dokter bagi tubuhmu.

Kesimpulannya, mengetahui kondisi diri sendiri memang baik dan tidak ada salahnya, akan tetapi terkait kondisi kesehatan perlu penanganan lebih lanjut agar tidak merugikan atau bahkan membahayakan diri sendiri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image