Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Avifa Akhila_Keperawatan Universitas Airlangg

Apa Itu Ultra Processed Food dan Bagaimana Dampaknya bagi Kesehatan

Gaya Hidup | Monday, 22 May 2023, 14:57 WIB

Sejak pandemi covid 19, masyarakat menjadi lebih waspada terhadap isu-isu kesehatan, salah satunya adalah kandungan dari makanan yang sehari-hari dikonsumsi. Akhir-akhir ini, makanan berproses tinggi atau ultra processed food banyak diperbincangkan di media sosial. Hal ini terjadi karena ternyata makanan berproses tinggi sering kita jumpai bahkan kita konsumsi setiap harinya. Mengonsumsi makanan berproses tinggi tentu bukanlah suatu hal yang secara mutlak dilarang. Namun, alangkah baiknya kita lebih memperhatikan bahan-bahan yang masuk ke dalam tubuh kita agar dapat meminimalisir gangguan atau penyakit yang disebabkan bahan tersebut.

Sebagian orang mungkin sudah mengetahui apa itu ultra processed food, namun masih banyak orang yang tidak memedulikan dampak makanan tersebut bagi kesehatan. Ultra processed food merupakan makanan industrial yang mengandung zat tambahan seperti pengawet, perasa sintetik, dan juga pewarna estetik dalam jumlah besar. Zat-zat tersebut membuat makanan menjadi lebih tahan lama dan terjangkau, sehingga banyak diminati di pasaran.

Pembuatan makanan yang diproses secara ultra diawali dengan pengambilan ekstrak dari makanan menjadi gula, minyak dan lemak, protein, pati dan serat. Zat-zat tersebut selanjutnya mengalami proses hidrolisis, hidrogenasi, atau proses kimia lainnya. Setelah itu bahan-bahan mengalami proses perakitan dan diberikan tambahan zat pewarna, perasa, pengemulsi, serta zat aditif lain sehingga makanan menjadi lebih enak dan lezat. Selanjutnya Langkah akhir dari proses ini adalah proses pengemasan dengan metode yang canggih dan biasanya menggunakan bahan sintetis.

Berbeda dengan ultra processed food, real food adalah makanan asli atau makanan segar seperti buah-buahan dan sayur-sayuran segar, daging segar atau daging beku dan bahan-bahan asli lainnya baik dari tumbuhan maupun hewan. Makanan asli biasanya diproses melalui dapur rumah tangga, tidak ada zat aditif yang harus melalui proses industri di dalamnya. Makanan asli tentu lebih menyehatkan dari pada makanan yang diproses. Selain karena kandungan nutrisinya yang masih terjaga, tidak ada bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Penting bagi setiap orang untuk dapat mengidentifikasi mana yang merupakan makanan asli, dan mana yang merupakan makanan berproses.

Untuk membedakan dan untuk mengidentifikasi bahan-bahan dari makanan yang kita beli, kita dapat membaca komposisi yang tertera pada setiap kemasan makanan. Bahan-bahan yang tidak dapat ditemukan di dapur, atau bahan yang merupakan zat aditif memiliki kemungkinan tergolong sebagai ultra processed food. Sebagai contohnya protein terhidrolisis, isolat protein kedelai, gluten, kasein, protein whey, daging yang dipisahkan secara mekanis, fruktosa, jagung fruktosa tinggi, konsentrat jus buah, gula invert, maltodekstrin, dekstrosa, laktosa, serat larut atau tidak larut, terhidrogenasi atau minyak interesterifikasi; dan juga sumber protein lainnya. Makanan yang hanya berasal dari telur, tepung, air, garam, hanya tergolong makanan berproses. Namun, apabila terdapat rasa, warna, dan pengemulsi tergolong sebagai ultra processed food. Mungkin Sebagian orang tidak sadar bahwa roti dan sereal juga ada yang mengandung bahan-bahan tersebut, maka dari itu penting untuk melihat komposisi sebelum akhirnya membeli untuk meminimalisir efek samping dari zat aditif yang tertera.

Menurut jurnal internasional “Apetite”, mengonsumsi makanan berproses tinggi dapat diasosiasikan dengan diet berkualitas rendah yang dapat menyebabkan obesitas dan Non-Communicable Diseases (NCD). NCD adalah penyakit tidak menular yang menjadi penyebab terbesar kematian di dunia sebanyak 70%. Penyakit yang tergolong NCD antara lain kanker, stroke, diabetes mellitus, dan yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah penyakit jantung (Infodatin, 2018). Setelah mengetahui hal tersebut, kita seharusnya lebih memperhatikan apa yang kita konsumsi dengan mengurangi porsi dari makanan berproses tinggi.

Menurunkan porsi makanan yang diproses ultra dan meningkatkan konsumsi makanan asli atau buatan tangan dari makanan yang tidak diproses atau diproses secara minimal akan secara substansial meningkatkan kualitas diet. Diet yang dimaksud adalah pola makan yang kita atur, dengan kualitas diet yang baik, hidup menjadi lebih sehat dan menurunkan risiko terjangkit suatu penyakit. Untuk mengurangi porsi dari makanan yang diproses ultra, kita perlu membiasakan mengonsumsi makanan asli. Contohnya dengan mengganti jajanan atau camilan dengan buah-buahan, atau dengan berpuasa. Puasa dapat membuang zat-zat yang tidak diperlukan tubuh, sehingga tubuh lebih sehat, tidak terasa berat dan lebih produktif.

Pada intinya, pembahasan di atas tidak membuat ultra processed food menjadi makanan yang mutlak berbahaya dan dilarang untuk dikonsumsi, melainkan untuk meningkatkan perhatian kita terhadap apa yang kita konsumsi. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, maka untuk meningkatkan kualitas hidup kita di masa yang akan datang, mengurangi konsumsi makanan yang diproses ultra perlu diterapkan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image