Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Salma Nabila

Fenomena Beauty Privilege Pada Masyarakat

Gaya Hidup | Sunday, 21 May 2023, 04:53 WIB

Kalian pernah dengar tidak, katanya orang yang lahir dengan wajah tampan atau cantik, setengah masalah dalam hidupnya kelar. Akan tetapi, pada nyatanya orang-orang good looking akan mendapat privilege yang dapat membuat hidupnya lumayan lebih enteng. Melalui artikel ini akan membahas mengenai bagaimanakah realitas beauty privilege tersebut di kehidupan nyata termasuk dampak positif dan negatifnya, serta bagaimana cara agar menciptakan lingkungan yang kondusif dan adil dengan mengubah pandangan terhadap visual seseorang.

editing by canva

Apa itu Beauty Privilege?

Beauty Privilege adalah hak istimewa manusia yang diperoleh karena kecantikan/ketampanannya sejak lahir hingga dewasa yang cukup mempengaruhi karir dan pandangan orang lain terhadap mereka (Judhita, 2017). Berbagai studi penelitian dan survei ilmiah membuktikan bahwa orang yang dianggap menarik dalam karakteristik fisik memiliki korelasi langsung dalam mendapatkan perlakuan lebih baik di lingkungan sosial maupun profesional.

Penampilan fisik tidak hanya berhubungan dengan estetika saja dan itulah mengapa pada akhirnya manusia itu prefer kepada orang yang good looking karena hal tersebut berhubungan dengan kesehatan dan kesuburan yang menjadikan dua hal paling penting untuk dapat melanjutkan eksistensi manusia dimuka bumi ini. Contohnya saja, laki-laki dikatakan lebih sehat ketika ia memiliki level testosteron yang tinggi.

Nah, biasanya laki-laki tersebut memiliki bentuk muka yang sering kita anggap tampan atau maskulin. Begitu juga pada perempuan, perempuan akan dianggap lebih subur kalau ia memiliki level estrogennya lebih tinggi daripada level testosteronnya. Nah, biasanya perempuan seperti itu punya fitur yang kita anggap atraktif. Contohnya, kulitnya lebih mulus dan tulangnya pipinya lebih tinggi.

Dampak Positif dan Negatif Beauty Privilege

Orang-orang yang mempunyai daya tarik memang terlihat memiliki kehidupan yang lebih mudah karena dianggap lebih pintar dan memiliki personality yang lebih bagus, biasanya lebih mudah untuk mendapatkan pasangan, dan dalam karir juga bisa mendapatkan pekerjaan lebih mudah serta digaji lebih tinggi. Padahal berdasarkan studi, mereka yang dianggap menarik juga tidak lebih pandai, produktif ataupun mahir daripada mereka yang kurang cakep. Akan tetapi orang yang cantik atau tampan biasanya mempunyai self-confidence yang lebih tinggi yang akhirnya mereka terlihat lebih kompeten.

Menariknya orang-orang yang dianggap beauty privilege tidak hanya memberikan dampak positif pada orang tersebut. Terdapat dampak negatifnya juga, contohnya orang yang ada disekitarnya itu memiliki ekspektasi lebih besar dari dirinya, jadi misalnya dia tidak sesuai dengan ekspektasi tersebut dia akan mendapatkan tekanan yang lebih besar. Sehingga pada akhirnya dapat membentuk pandangan yang tidak sehat terhadap fisiknya.

Terutama pada perempuan yang misalnya selama dia tumbuh selalu dipuji cantik, kemudian dia akan berpikir bahwa fisiknya adalah aspek utama atau terpenting dalam dirinya. Akhirnya dia menjadi lebih kritisi tentang fisiknya dia sendiri. Kemudian, dia lebih punya kemungkinan yang besar untuk punya body esteemed yang rendah dan akhirnya muncul stereotip bahwa perempuan hanya peduli tentang fisiknya saja.

Lalu, pada perempuan cantik yang bekerja di male-dominated fields sering mendapat perlakuan diremehkan dan tidak dianggap serius karena wajah dan penampilannya. Akhirnya ia harus bekerja lebih keras untuk membuktikan kompetensinya. (Johnson et al., 2010). Media dan industri besar juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap isu seperti ini. Terutama pada beauty industry sehingga orang-orang akan berlomba-lomba untuk menjadi lebih cantik atau tampan dan masalah ini akan menjadi complicated, sehingga kita juga semestinya memperlakukan masalah ini sebagai isu yang tidak mudah. Hal tersebut juga bukan salahnya dia karena memiliki keuntungan dari fisiknya. Akan tetapi, kembali lagi they also benefiting from these.

Bagaimana Cara Menyikapinya?

Kita perlu memahami bagaimana cara agar dapat mengurangi diskriminasi dan menjadikan lingkungan sekitar kita lebih kondusif serta tidak terjadi ketimpangan. Orang yang dianggap cantik atau tampan sering mendapatkan perlakuan lebih baik daripada mereka yang dianggap kurang menarik. Hal itu tentu tidak adil dan kita perlu untuk mengubah pola pikir cara memandang perbedaan tersebut. Kemudian, ingatlah pepatah “Don’t judge book by it’s cover” karena setiap orang perlu kita pandang secara utuh dan sangat penting untuk kita menghargai kepribadian serta keterampilan yang mereka miliki. Kita juga harus saling membantu mengurangi masalah tersebut ditengah banyaknya pro dan kontra mengenai isu beauty privilege ini. Semoga bermanfaat!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image