Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Eka Sumartini

Mengenal Internalized Misogyny, Apa Penyebabnya?

Edukasi | Friday, 19 May 2023, 21:08 WIB

Pernahkah kalian menjumpai orang-orang yang memiliki rasa benci kepada kaum perempuan? Seperti merendahkan, meremehkan, bahkan mendeskriminasikan kaum perempuan. Kasus-kasus di atas erat kaitannya dengan sindrom misogini. Misogini atau misogyny merupakan sindrom yang dialami seseorang karena memiliki rasa benci berlebihan terhadap perempuan.

Pelaku misogini biasanya didominasi oleh laki-laki, seperti banyaknya kasus KDRT, seksisme, hingga pelecehan seksual terhadap perempuan. Misoginis, sebutan bagi pelaku misogini menganggap perempuan sebagai kaum lemah yang tidak pantas diberi kekuasaan dan kebebasan layaknya laki-laki. Di mana sindrom ini juga erat kaitannya dengan budaya patriarki.

Akan tetapi, misoginis ternyata tak berasal dari kaum laki-laki saja. Di zaman sekarang, semakin banyak perempuan membenci perempuan lainnya bahkan kepada diri mereka sendiri. Dalam realitas sosial, sering dijumpai perempuan yang mengomentari kehidupan perempuan lainnya, merasa berbeda dengan merendahkan nilai perempuan lainnya, bahkan menghancurkan citra dari perempuan lainnya. Kasus ini disebut dengan internalized misogyny, di mana pembenci perempuan berasal dari kelompoknya sendiri.

Ilustrasi dari google.

Seorang perempuan biasanya tidak menyadari bahwa ia mengalami internalized misogyny. Kebutuhan akan validitas sosial seringkali membuat perempuan ingin dianggap berbeda, lebih unggul, lebih unik dari perempuan lainnya. Namun, cara yang digunakan untuk mendapat validitas tersebut tidak tepat. Kalimat “I’m not like other girls” seringkali diucapkan oleh female misogyny. Misalnya, perempuan identik dengan menggunakan make up saat hendak keluar rumah, sedangkan perempuan yang melakukan hal sebaliknya merasa cantik natural dengan mencemooh perempuan yang menggunakan make up. Padahal, menggunakan make up ataupun tidak, semua adalah pilihan pribadi masing-masing dan tidak ada yang lebih baik ataupun lebih buruk. Lalu, apa penyebab dari internalized misogyny?

1. Pola Asuh Orang Tua

Setiap anak memiliki sifat yang berbeda dari anak lainnya. Hal tersebut terjadi karena mereka tumbuh dalam lingkungan, model parenting, dan perhatian yang berbeda. Adanya didikan sedari kecil membuat anak melihat realitas selayaknya pola asuh yang diberikan. Peranan orang tua sangat berpengaruh signifikan dalam membentuk pola pikir anak. Saat orang tua mendidik anak perempuan dengan keras, harus mandiri, dan tidak boleh bergantung kepada orang lain, maka saat anak perempuan tersebut dewasa, ia menganggap bahwa perempuan yang manja, lemah lembut, dan cengeng sebagai perempuan yang banyak pencitraan. Hal tersebut jika dibiarkan semakin lama dapat memunculkan internalized misogyny dalam diri mereka.

Maka dari itu, selain memberikan didikan tentang bagaimana anak harus bersikap, orang tua juga harus memberikan pemahaman tentang arti perbedaan kepada anak. Pemahaman bahwa tidak seharusnya menghakimi orang lain karena berbeda keyakinan dalam melihat suatu hal.

2. Trauma

Setiap individu pasti pernah mengalami suatu kejadian traumatis dalam hidup mereka. Di mana kejadian traumatis erat dengan kejadian buruk dalam hidup. Misalnya, mengalami pelecehan seksual maupun verbal, mengalami bullying, kecelakaan, KDRT, dan kejadian traumatis lainnya. Internalized misogyny bisa dikaitkan dengan trauma karena pelaku yang melakukan kejahatan tersebut adalah seorang perempuan. Entah perempuan yang membully perempuan lainnya, kakak perempuan yang memanipulasi adik perempuannya, atau mungkin ibu yang melakukan kekerasan verbal maupun fisik pada anak perempuannya.

Korelasi pelaku kejahatan dengan internalized misogyny sangatlah erat. Seseorang yang pernah mengalami kejadian traumatis akan cenderung menghakimi seluruh subjek yang identik sehingga bisa memunculkan sebuah stereotip kepada kelompok dengan ideal perilaku tertentu.

3. Obsesi

Penyebab selanjutnya adalah obsesi. Ketika seseorang mempunyai keinginan kuat untuk mewujudkan suatu hal tanpa diiringi logika yang sehat, hal itu bisa saja merugikan orang lain. Dalam konteks ini, perempuan A terobsesi agar dianggap lebih unik, unggul, berbeda dari perempuan lainnya. Tujuannya agar ia dipuji oleh orang sekelilingnya. Namun, kebanyakan obsesi yang besar menggunakan segala cara untuk mewujudkan keinginannya, meskipun berlaku jahat kepada sesama kelompoknya sendiri. Padahal dengan melakukan hal demikian, ia juga melakukan internalized misogyny terhadap dirinya sendiri. Saat perempuan merendahkan nilai perempuan lain, sejatinya ia hanya membutuhkan perhatian dan validitas akan eksistensi unik dalam dirinya, tanpa disadari ia meragukan nilai dalam dirinya sendiri.

Penyebab-penyebab internalized misogyny bisa dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya. Akan tetapi, yang terpenting adalah bagaimana perempuan harus mendukung dan menghargai satu sama lain. Setiap perempuan mempunyai keunikan dalam diri mereka masing-masing. Berpikir terbuka terhadap perbedaan dapat menambah sudut pandang baru dalam melihat suatu hal. Di mana hal tersebut bisa dijadikan pengingat ketika ingin menghakimi orang lain. Semua perempuan itu unik, berharga, dan istimewa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image