Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image intania nabila

Flexing yang Berdampak pada Munculnya FOMO dan YOLO di Kalangan Remaja

Gaya Hidup | Thursday, 18 May 2023, 14:46 WIB
Ilustrasi flexing. Sumber : Pinterest (https://pin.it/5jcih2T)

Di era digital saat ini, perkembangan media sosial memang tidak dapat dihindari, khususnya bagi para remaja. Media sosial merupakan wadah dimana orang-orang dapat berkomunikasi dan mengekspresikan diri mereka dengan bebas. Namun, keberadaan media sosial tidak selamanya baik. Banyak dari mereka yang memanfaatkan media sosial sebagai ajang untuk flexing.

Flexing sendiri merupakan tindakan memamerkan sesuatu yang dimiliki dengan tujuan untuk menunjukkan status sosial dan kemampuan pada orang lain. Flexing biasanya dilakukan dengan mengunggah kemewahan dan hasil pencapaian seseorang di media sosial. Hal ini tentu akan memunculkan respon yang berbeda-beda bagi orang yang melihatnya. Tak banyak dari mereka yang merasa tersaingi dengan unggahan tersebut sehingga memunculkan kondisi FOMO.

FOMO atau Fear of Missing Out adalah kondisi dimana seseorang takut akan ketinggalan suatu tren yang sedang berlangsung. Orang yang mengalami hal tersebut akan merasa takut jika dirinya di cap sebagai orang yang 'kudet' atau kurang update. Mereka juga selalu menganggap bahwa hidup orang lain jauh lebih bahagia daripada hidup mereka. Kondisi inilah yang menyebabkan banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi yang paling update.

FOMO biasanya banyak terjadi pada remaja karena pada usia remaja orang akan menjadi labil dan mudah terpengaruh oleh orang lain. Biasanya para remaja cenderung akan meniru gaya hidup idola atau teman mereka yang dianggap lebih baik agar tidak merasa ketinggalan. Mereka juga akan melakukan berbagai cara agar dapat mengikuti tren tersebut, sehingga menimbulkan gaya hidup konsumtif yang akan berdampak pada finansial mereka.

FOMO juga dapat menyebabkan kecemasan yang berlebih karena khawatir akan ketinggalan suatu tren. Jika hal tersebut tidak dapat dihindari, maka para remaja akan mudah mengalami stress dan akan mengganggu psikologi mereka. Selain itu, FOMO juga dapat mempengaruhi hubungan sosial antar manusia dimana kondisi tersebut dapat menimbulkan sikap iri serta menurunkan rasa percaya diri karena selalu membanding-bandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan orang lain yang dianggap lebih baik.

Perilaku flexing juga dapat meningkatkan keinginan remaja untuk memuaskan diri mereka. Hal tersebut didasari dengan pemikiran bahwa 'hidup cuma sekali, maka lakukan saja apa yang kamu inginkan'. Kondisi inilah yang biasanya kerap dikenal dengan istilah YOLO atau You Only Live Once yang artinya kamu hanya hidup sekali. Pada kondisi ini, remaja akan berlomba-lomba untuk membeli barang-barang mewah dengan tidak memikirkan apakah barang tersebut berguna atau tidak dalam kehidupan mereka.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku flexing seseorang dapat berdampak buruk bagi pengikutnya khususnya para remaja karena dapat memunculkan kondisi yang disebut dengan FOMO dan YOLO.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image