Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mikhael Epafroditus Zemaputra

Pemanis Buatan Solusi untuk Diet?

Gaya Hidup | Thursday, 18 May 2023, 13:38 WIB

Siapa yang tidak menyukai minuman manis seperti es teh, minuman bersoda dan yang lainnya. Akan sangat nikmat terlebih jika diminum saat cuaca panas. Karena rasanya nikmat sering kali kita tidak sadar meminumnya terlalu sering. Terlalu sering meminum minuman manis akan menyebabkan banyak dampak negatif bagi tubuh salah satunya adalah obesitas. Dewasa ini untuk menanggulangi masalah tersebut produsen minuman sudah banyak mengeluarkan produk minuman dengan embel-embel sugar free, zero calorie dan sebagainya. Produk-produk tersebut lantaran menggunakan pemanis buatan di dalam bahannya. Produk ini memakai strategi marketing seakan-akan cocok untuk dikonsumsi terlebih pada orang yang sedang diet. Lantas apakah produk minuman sugar free, zero calorie ini memang benar-benar solusi untuk orang yang diet tetapi juga ingin mengonsumsi minuman manis?

Fungsi dari pemanis buatan adalah memberikan rasa manis tanpa atau dengan kalori yang sangat rendah. Contoh pemanis buatan yang populer adalah aspartam, sakarin, siklamat, sukralosa, dan aksesulfam-K. Bahan-bahan ini sering digunakan dalam makanan rendah kalori, minuman ringan, permen, produk olahraga, dan banyak lagi. Terlihat menjanjikan yaitu memiliki kandungan kalori yang sangat rendah dan menjadikannya “lebih sehat”.

Meskipun terlihat menjanjikan namun, beberapa penelitian telah menunjukkan potensi efek negatif dari konsumsi pemanis buatan dalam jangka panjang. Dalam laporan terbaru WHO, penggunaan pemanis buatan ini tidak berpengaruh signifikan dalam mengurangi berat badan. Tetapi sebaliknya, penggunaan pemanis buatan pengganti gula ini apabila dikonsumsi terus menerus dalam jangka panjang dapat menyebabkan berbagai risiko penyakit. Diantaranya adalah diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. Dr Francesco Branca, Direktur nutrisi dan keamanan pangan WHO menyebutkan bahwa penggunaan pemanis buatan tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan berat badan. Memang terdapat penurunan berat badan pada jangka pendek, tetapi dalam jangka panjangnya itu tidak akan bertahan lama. Penggunaan pemanis buatan dalam pelaksanaan diet bukan faktor yang krusial. Dalam melakukan diet sebaiknya mengurangi makanan dan minuman manis.

Selain itu, mengkonsumsi pemanis buatan dengan berlebihan juga berdampak pada metabolisme tubuh. terdapat penelitian yang menghubungkan pemanis buatan dengan perubahan mikrobiota usus. Mikrobiota usus merupakan populasi bakteri yang hidup di dalam saluran pencernaan kita dan berperan penting dalam kesehatan kita secara keseluruhan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemanis buatan dapat mengganggu keseimbangan mikrobiota usus dan mempengaruhi proses pencernaan dan metabolisme kita. Ini dapat memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap sistem kekebalan tubuh, pencernaan, dan kesehatan umum.

Dalam melakukan diet, sudah semestinya tidak mengkonsumsi produk makanan atau minuman dengan pemanis buatan secara berlebihan. Memang produsen membuat klaim bahwa produknya bebas gula dan rendah kalori, tetapi memiliki risiko lainnya apabila dikonsumsi secara berlebihan. Sudah semestinya dalam melakukan diet untuk mengurangi atau bahkan menghindari makanan dan minuman yang banyak mengandung gula. Alternatif lain yang lebih baik untuk mengganti penggunaan pemanis buatan adalah mengonsumsi gula alami yang terdapat pada buah-buahan seperti pepaya, apel, jeruk dan sebagainya sebagai sumber rasa manis yang lebih banyak mengandung nutrisi dibanding pemanis buatan.

Pemanis Buatan Bisa Memicu Diabetes (Dok. www.halodoc.com/artikel/hati-hati-pemanis-buatan-dapat-memicu-diabetes)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image