Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yum Roni Askosendra

Sabar, Bukan Hanya Ketika Ditimpa Musibah

Agama | Thursday, 18 May 2023, 06:14 WIB
Ilustrasi shalat

Banyak yang beranggapan, sabar yang diperintahkan agama hanya ketika ditimpa musibah. Padahal, sabar dalam kondisi itu adalah tingkatan yang paling rendah.

Definisi

Sabar berasal dari bahasa Arab dengan akar kata sha-ba-ra artinya menahan, atau menahan diri dari sikap berkeluh-kesah (Lisanul Arab, 4/437, Ibnu Manzhur)

Secara istilah artinya menahan diri dari melakukan larangan Allah, menahan diri dari meninggalkan perintah Allah dan menahan diri dari marah dan kecewa atas tadir Allah. (Ibnul Qayyim).

Dalam kitab Madarij As-Salikin (2/169), Ibnul Qayyim mengatakan, sikap sabar dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi larangan agama lebih utama dan sempurna dibandingkan bersabar dalam menghadapi musibah. Sebab, sabar dalam ketaatan dan kemaksiatan adalah sebuah pilihan, dan sabar dalam musibah adalah sebuah keharusan.

Ibnul Qayyim mencontohkan, kesabaran Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dalam menjalankan perintah Allah dan menghadapi kejahatan kaumnya lebih berat dibandingkan kesabaran Nabi Ayyub ketika menderita sakit. Begitu pula, kesabaran Nabi Ibrahim dan Ismail dalam menjalankan perintah Allah lebih berat dibandingkan kesabaran Nabi Ya'qub ketika kehilangan Nabi Yusuf.

Dari penjelasan di atas, kita ketahui, derajat sabar yang paling tinggi adalah sabar dalam menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Seorang muslim dituntut sabar untuk mendirikan shalat pada waktunya dengan memperhatikan syarat dan rukunnya. Seorang muslim juga diwajibkan bersabar dalam menjalan ibadah puasa Ramadhan pada siang hari, yang mana ia tidak boleh makan dan minum serta hal lainnya yang bisa membatalkan puasa.

Tingkatan kedua adalah sabar dalam meninggalkan larangan Allah. Secara naluri, nafsu lebih cenderung kepada sesuatu yang membuatnya nyaman. Namun, ada rambu-rambu agama yang membatasinya. Dalam kondisi ini, seorang muslim diuji. Apakah ia menuruti hawa nafsurnya atau menahannya demi menjaga agama. Jika seseorang-misalnya-diberi wewenang oleh pimpinannya untuk mengurus bidang keuangan, apakah ia akan jujur atau berbohong dalam pekerjaannya? Apakah ia akan mencatat uang masuk dan keluar sesuai kondsi riil, atau ia akan memanipulasi data? Dalam hal ini, kesabaran seseorang akan terlihat.

Tingkatan ketiga adalah sabar dalam menghadapi musibah. Inilah yang disebutkan dalam firman Allah Ta'ala,

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘µn” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).

Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 155-157).

Semua hal yang baik perlu dilatih dan dijalankan dengan sungguh-sungguh, termasuk bersikap sabar. Selain itu, hendaknya seorang muslim selalu berdoa kepada Allah agar dikaruniai sikap sabar, karena semua yang terjadi di dunia ini berada di bawah perintah Allah. Sudah seharusnya kita memohon kepada Allah dan meminta petunjuk-Nya agar bersabar dalam menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan menghadapi musibah yang telah ditetapkan-Nya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image