Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nabila Annuria

Buku, Perpusnas dan Kualitas Pemimpin

Info Terkini | Wednesday, 17 May 2023, 08:11 WIB
Festival Hari Buku - dok Republika

Hari Buku dan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) diperingati bersamaan pada tanggal 17 Mei setiap tahunnya. kali ini merupakan peringatan ke-43 Hari Perpustakaan Nasional pada 17 Mei 2023, yang juga bertepatan dengan peringatan Hari Buku Nasional. Perpusnas RI didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0164/0/1980 yang ditandatangani oleh Dr Daoed Joesoef, Menteri Pendidikan pada saat itu.

Tahun sekarang merupakan peringatan Hari Ulang Tahun atau HUT ke-43 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Melansir akun resmi Perpusnas RI, diusung tema HUT Perpusnas 2023 yaitu "Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, Solusi Cerdas Pemulihan Ekonomi Masyarakat Pasca Pandemi Covid-19".

Makna peringatan Hari Buku dan Perpusnas adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam tahun politik sekarang ini buku menjadi tolok ukur kualitas kepemimpinan nasional. Publik bisa mengukur kualitas para capres, cawapres, serta para caleg dari aspek perbukuan. Sampai sejauh mana para calon pemimpin dan calon legislatif berkaitan dengan buku. Berapa jumlah buku yang pernah dibaca dan berapa buku karyanya. Hal hal seperti itu bisa menjadi tolok ukur kualitas calon pemimpin. Terkait capres dan cawapres yang akan berkompetisi dalam Pemilu 2024, kita bisa menilai dari buku yang mempengaruhi jalan pikirannya. Selain itu apakah buku karya capres dan cawapres bisa turut memperbaiki peradaban.

Betapa pentingnya makna hari buku, oleh sebab itu ada Prakarsa Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) tentang hari buku yang bertujuan memajukan peradaban. Di Indonesia peringatan hari buku kali ini sangat relevan saat bangsa ini tengah melakukan seleksi kepemimpinan eksekutif maupun legislatif. Usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sangat tergantung sejauh mana animo rakyat dalam membaca buku serta volume penerbitan buku bermutu. Melihat peradaban bangsa yang paling afdol adalah lewat buku yang autentik karya anak bangsa, utamanya para pemimpinnya.

Buku dan kualitas kepemimpinan bangsa ibarat senyawa organik yang saling menumbuhkan. Kita bisa melihat betapa hebatnya kadar kepemimpinan para perintis dan pendiri Republik Indonesia. Mereka memiliki konsepsi dan pemikiran yang brilian, runtun dan kontennya melesat ke depan. Begitu pula opini publik pada waktu itu mengalir jernih. Itu pertanda bahwa pada zaman itu indeks literasi elite bangsa sangat bagus.

Para kontestan Pemilu 2024 harus melihat sejarah kelahiran bangsa, disitu akan terlihat bahwa semangat kebangsaan hanya dapat dikendalikan dengan baik oleh pemimpin yang akrab dengan buku. Rangkaian sejarah telah menunjukkan alangkah hebatnya kualitas kepemimpinan para pendiri Republik Indonesia. Pemikiran mereka telah mencapai tingkat kematangan. Indikator itu terlihat jelas ketika kita membaca ide, gagasan dan pemikiran dalam karya tulisnya yang luar biasa. Mereka adalah sosok politisi cendekia yang amat visioner.

Dalam usia yang sangat belia Bung Karno menulis buku Indonesia Menggugat yang pernah mendapat perhatian dunia. Mohammad Natsir sangat produktif menulis artikel ideologis yang dibukukan dengan judul Capita Selecta, buku yang mencerahkan kehidupan demokrasi. Bung Hatta menulis buku Indonesia Merdeka dan sederet buku lainnya. Bung Sjahrir menulis Renungan dalam Tahanan. Dan demikianlah para pejuang lainnya. Mereka semua sangat piawai dalam memimpin wacana karena rajin menulis sekaligus kutu buku.

Kondisi perbukuan pada saat ini memeprihatinkan, itu bisa dilihat dari masih lesunya usaha perbukuan dan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Padahal program utama UNESCO. Adalah mengembangkan buku dan literasi bagi suatu bangsa. Apalagi sejak 1995 UNESCO memutuskan Hari Buku Sedunia yang salah satu maknanya untuk menghormati sastrawan dan pengarang besar seperti Shakespeare, Cervantes, Inca Garcilaso de la Vega dan Josep Pla, Maurice Druon, Vladimir Nabokov, Manuel Mejía Vallejo and Halldór Laxness.

Badan PBB itu juga menekankan perlunya sinergi antara pemangku kepentingan, yakni pengarang, penerbit, distributor, perpustakaan, organisasi perbukuan serta berbagai komunitas yang semuanya bekerja sama mempromosikan buku dan literasi sebagai aktivitas untuk menguatkan nilai–nilai sosial, mencerahkan kebudayaan dan meneguhkan kemanusiaan. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image