Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Tas Belanja: Alternatif yang Ramah Lingkungan atau Kontributor Tambahan Sampah Plastik?

Gaya Hidup | Monday, 15 May 2023, 18:43 WIB
Illustrasi. Dok: Gani Kurniawan/TRIBUN JABAR

Laporan Indonesia National Action Plan (NPAP) produksi sampah plastik yang dihasilkan di Indonesia mencapai 4,8 juta ton. Hal ini disebabkan salah satunya karena tidak adanya pengelolaan pengurangan kantong plastik sekali pakai yang baik. Diperkirakan, 0,62 juta ton atau 9% dari sampah plastik yang tidak terkelola tersebut berakhir atau bermuara di perairan dan laut Indonesia. Upaya pengurangan sampah plastik dimulai sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu Permen Nomor 75 Tahun 2019. Peraturan ini mengatur tanggung jawab produsen atas produknya, mulai dari perencanaan pengurangan sampah, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.

Dengan dimulainya penerapan kebijakan tersebut, pelaku ritel modern mulai memutar otak dengan beralih menggunakan tas belanja. Dengan menggunakan teknik green marketing, ritel modern menggaet pelanggan untuk membeli dan menggunakan tas belanja yang dinilai lebih ramah lingkungan. Walaupun demikian, peralihan kantong plastik menjadi tas belanja sebagai alternatif penggunaan tidak signifikan dalam menyelesaikan volume sampah. Banyak para pelanggan yang lupa untuk membawa tas belanja dan berakhir dengan membeli kembali tas belanja yang dijual oleh retail modern. Permasalahan baru juga dimulai dengan banyaknya retail modern yang menjual dan menggunakan tas belanja berbahan spunbond.

Para retail modern dalam marketing yang dilakukannya menjual tas belanja berbahan spunbond dengan harga berkisar 2.000-5.000 rupiah. Dengan harga yang ekonomis pembeli mendapat tas yang diklaim biodegradable dan tidak akan beracun untuk sekitar bila terbakar. Disisi lain pada kenyataannya tas belanja berbahan spunbond tidak mampu membawa beban yang terlalu berat dan lebih mudah rusak dan robek sehingga berakhir dalam pembuangan sampah.

Terdapat alternatif bahan lain untuk tas belanja, seperti menggunakan tas belanja berbahan katun. Tas belanja bahan katun disinyalir lebih kuat untuk membawa beban berat daripada tas belanja dengan bahan spunbond. Sebagian dari masyarakat juga mulai beralih dengan mengu Namun, dalam membuat tas belanja berbahan katun lebih banyak mengeluarkan tenaga dan biaya yang besar. Katun berbahan dasar dari serat kapas. Memerlukan pasokan jumlah air yang tidak sedikit untuk mengubah serat kapas menjadi kain katun. Jumlah air yang tidak sedikit bukan satu satunya masalah yang terjadi. Untuk mendapatkan serat kapas dimulai dari proses pertanian tanaman kapas yang perawatannya membutuhkan treatment lebih.

Salah satu solusi yang paling memungkinkan dalam mengurangi volume sampah adalah dengan mengubah habit yang ada dalam masyarakat. Masyarakat sebagai pembeli harus mampu konsisten dan bijak dalam membawa dan menggunakan kantong belanja, baik dengan kantong belanja berbahan plastik atau kantong belanja berbahan kain. Solusi lain yang bisa ditawarkan adalah dengan menggunakan tas bioplastik yang mudah terurai di alam seperti kantong yang terbuat dari singkong atau jagung.

Carissa Dar Azizi

Mahasiswi S-1 Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image