Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sri Pujiono

Memupuk Diri Agar tidak Terpuruk

Eduaksi | 2023-05-12 18:10:50
https://pixabay.com/id/photos/apel-kebun-pohon-apel-kebun-apel-1873078/

Tidak selalunya manusia itu meraih harapan yang diinginkan. Ada aral yang menghalangi; baik dari diri sendiri maupun luar diri.

Jika usahanya tidak tampak dalam deret keberhasilan. Perlulah kiranya menengok, sebab apa itu terjadi. Utamanya, lihat diri sendiri. Sebelum memastikan pihak lain penyebabnya.

Bisa jadi gagalnya langkah, karena gagalnya kita memahami langkahnya. Maka evaluasi diri layak diseriusi.

Pun, jika terjadi gagal karena pihak lain; pastikan gagal itu seberapa peran gagal itu karena orang lain. Bisa jadi; gagalnya itu karena kita salah memahami maksud pihak lain.

Karenanya, sebelum memastikan pihak lain sebagai aktor kegagalan, diri sendirilah yang prioritas untuk dievaluasi.

Memang menempatkan diri sebagai pihak salah itu tidak mudah. Seringnya saat gagal menimpa; letak penyebab bukan lah saya. Mengakui peran salah sebelum orang lain akan lebih menentramkan, plus baik bagi hati dan hubungan dengan kolega.

Maka penting mengembangkan self leadership dalam diri. Kemampuan Mengatur diri agar berada di posisi yang tepat saat hasil tidak sebagaimana harapan harus kita miliki.

Kita tahu memimpin untuk diri sendiri tidak mudah. Rencana- rencana besar dalam diri seseorang cenderung lebih mudah untuk dimaafkan jika terjadi kegagalan. Maknanya untuk diri sendiri akan mudah melemah jika tekad itu tidak kuat.

Berbeda dengan memimpin sebuah organisasi, segala lini ada yang mengontrol. Dalam organisasi, goal menjadi tanggungjawab bersama. Masing-masing berorientasi kepada tercapainya tujuan.

Setiap kita hakekatnya adalah sedang memimpin. Nabi mengantarkan, "Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas yang dipimpin." ( HR. Bukhari)

Kalau lah bukan memimpin organisasi, sudah pasti memimpin diri sendiri. Dan kepemimpinan yang kita perankan akan dimintai pertanggungjawaban. Kesadaran ini perlu diasah, sehingga mampu memunculkan diri untuk prima dalam perannya.

Kemampuan menahan diri agar tidak meluapkan emosi bahkan disebut Nabi lebih kuat daripada seorang pegulat hebat.

Nabi mengatakan,”Orang yang hebat itu bukanlah orang yang pandai bergulat, Melainkan orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya Ketika marah ( HR. Bukhari)

Self leadership merupakan dasar dari kepemimpinan.Self leadership juga memiliki makna self discipline ( menegakan disiplin atas diri pribadi).

Mendisiplinkan diri bukanlah perkara mudah. Karena mendisiplinkan diri tidak ada tim yang saling menguatkan sekaligus mengoreksi jika terjadi kekurangan.

Maka menguatkan diri untuk mendisiplinkan diri menjadi bagian yang harus diusahakan. Dalam setiap proyek, jika terjadi kegagalan; lihat diri pribadi dulu. Sejauh mana peran pribadi, sebelum menyalahkan pihak lain. Sudah maksimal atau belum? Pertanyaan untuk diri sendiri sebelum mengoreksi pihak lain layak diprioritaskan.

Pada akhirnya proyek - proyek yang sedang dikerjakan, selalu selipkan evaluasi diri terlebih dulu, baru orang lain.

Bisa jadi serangkaian kegagalan itu karena peran kita, bukan pihak lain. Akan merusak kebersamaan jika kita sudah menaruh kesalahan ( baca: tuduhan) kepada pihak lain, ternyata subjek kesalahan adalah kita sendiri, dan semuanya mengetahui.

Jika ini terjadi, maka kekompakan dalam tim cenderung buyar, hubungan dengan pihak lain akan terganggu.

Sehingga, berbenah itu menjadi layak untuk dieksekusi. Mulailah koreksi diri dalam setiap kegiatan. Kalaulah kesalahan ada pada kita, akuilah dan berbenahlah. Jika kesalahan ada di pihak lain, rengkuhlah dan perbaiki bersama.

Maka senantiasalah berbenah agar meraih target lebih indah pada momen selanjutnya. Tak lupa perbaikan-perbaikan yang dilakukan selalu dibalut dengan ketawakalan yang tinggi kepada Ilahi...

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image