Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ikhtafia Harnum Aditya

Think in Stoic Way : Hidup Anti Cemas dan Overthinking dengan Menerapkan Prinsip Berpikir Stoikisme

Gaya Hidup | 2023-05-12 15:26:01

Seringkali kita memikirkan sesuatu terlalu berlebihan, merasa diri sebagai pusat perhatian dan butuh untuk diperhatikan. Kita berusaha untuk mengontrol sesuatu diluar kontrol kita. Punya ekspektasi yang sangat tinggi akan sesuatu. Dan semua itu bisa membuat kita sakit, baik secara fisik maupun mental seperti sering merasa khawatir, cemas bahkan depresi. Nah pada artikel akan diperkenalkan suatu sudut pandang yang bisa jadi solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Foto Marcus Aurelius (pelopor filosofi stoikisme)

You have power over your mind, not outside events.” —Marcus Aurelius

Kamu memiliki kekuatan atas apa yang kamu pikirkan bukan peristiwa yang terjadi di luar yang tidak bisa kamu kontrol. Melalui kutipan ini Marcus Aurelius ingin menyampaikan bahwa kita memiliki kendali penuh atas apa yang kita pikirkan atau ekspektasikan. Prinsip berpikir inilah yang menjadi salah satu prinsip dasar pemikiran stoikisme.

Menurut Stanford Encyclopedia of Philosophy, mengartikan bahwa stoikisme adalah filosofi hidup dimana segala sesuatu dianggap netral sehingga yang menentukan baik, buruk, berguna atau tidak sesuatu itu adalah pikiran manusia sendiri. Secara sederhana, prinsip berpikir stoikisme mengajarkan kepada kita bagaimana menjaga pikiran dengan tenang, rasional, dan tidak berekspektasi berlebihan yang bisa berujung kekecewaan.

Stoikisme sendiri sudah ada pada awal abad ke-3 SM yang didirikan di kota Athena, Yunani oleh Zeno dari Citium. Dan dikembangkan oleh beberapa ahli filsuf dari berbagai kalangan seperti Epictetus yang berjuluk Sang Budak Pengajar Stoic, Marcus Aurelius atau Sang Kaisar, dan Seneca dengan julukannya sebagai Sang Negarawan. Stoikisme ini bukanlah aliran keyakinan ataupun agama. Namun stoikisme merupakan sudut pandang yang bisa kita gunakan dalam merespon apa yang terjadi disekitar kita.

Filsafat stoikisme ini mengajak kita untuk hidup realistis, bisa membaca diri, antisipasi diri, dan bisa mengevaluasi diri. Berikut ini beberapa prinsip yang diterapkan dalam sudut pandang stoikisme :

1. Fokus ke hal yang bisa kita kendalikan

Trying to focus on what we can control, not what we can’t control.” Banyak hal yang tidak bisa kita kontrol dalam hidup ini, jadi lebih baik fokus kepada hal-hal yang bisa kita kendalikan.

Stoikisme mendefinisikan hidup terbagi menjadi 2 dimensi dikotomi kendali yaitu Dimensi Internal yang ada dalam tanggung jawab dan kontrol kita, serta ada Dimensi Eksternal yang diluar tanggung jawab dan kontrol kita. Dan ini disesuaikan pada masing-masing posisi yang kita emban, apakah sebagai individu, sebagai pemimpin, pemilik perusahaan, publik figur, dan lain-lain.

Contohnya kita sebagai individu, kita memimpin dan mengontrol internal kita, yaitu pikiran kita, emosi kita, respon kita, perkataan kita, pilihan sikap kita. Sedangkan eksternal kontrol yang tidak bisa kita kendalikan seperti apa kata orang, pandangan orang, perbuatan orang, hasil dari usaha, dan lain-lain.

2. Lakukan Yang Terbaik, Bersiap Untuk Hasil Terburuk

Misal kita ingin mendaftar beasiswa. Semua persyaratan beasiswa telah dipenuhi dengan baik, berkas telah diupayakan maksimal, doa pun juga maksimal. Setelah itu berikan ruang untuk mempersiapkan kemungkinan kita bisa saja tidak lolos. Apabila kita lolos, kita akan sangat bersyukur dan jika kemungkinan buruk yang terjadi, kita tidak akan sedih atau kecewa berlebihan.

Sedih, kecewa tidak apa-apa namun jangan menganggap itu emosi yang negatif, akui emosi tersebut dan alirkan emosi tersebut menjadi driven energy, maka kita akan banyak belajar dari emosi tersebut. Jika hal buruk diluar kontrol kita terjadi, jangan stress berlebihan dan fokus saja pada hal yang ada dalam kendali kita. Ada 3 alasan kita tidak perlu merasa stress dan kecewa yaitu kita tidak menyesal karena sudah berupaya maksimal, memberikan kita pengalaman dan pembelajaran, dan sudah mempersiapkan kemungkinan terburuknya.

Seneca mengatakan, "Kemalangan yang tidak terduga seringkali yang paling menyakitkan, maka itu orang yang bijak sudah memikirkan kemalangan lebih dulu". So that’s why, do the best and prepare for the worst. Lakukan yang terbaik dan bersiap untuk kemungkinan terburuk.

3. Amor Fati

“Jangan berharap sesuatu terjadi seperti yang kita inginkan. Sebaliknya, berharaplah yang terjadi, terjadi sebagaimana mestinya. Maka kita akan bahagia” —Epictetus

Cintai dan terima apa yang terjadi dalam hidup kita. Cintai takdir kita. Bukan malah menggerutu, protes, apalagi menyangkalnya. Untuk itu, daripada kita mengeluh lebih baik kita mengakui bahwa ini yang seharusnya terjadi. Dan kita akan bisa hidup jauh lebih bahagia.

"Berikan saya ketenangan untuk menerima apa yang tidak bisa saya ubah, keberanian untuk mengubah apa yang bisa saya ubah, dan kebijaksanaan untuk tahu perbedaan antara keduanya." - Reinhold Niebuhr.

Sekali lagi, fokus terhadap apa yang bisa kita kontrol buka yang tidak bisa kita kontrol. Ini akan membuat kita lebih sehat secara fisik dan psikis, jauh membuat kita bertumbuh, dan membuat kita lebih siap menghadapi kondisi apapun kedepannya.

Terima segala situasi seberapa pun menantang. Bahkan cintailah situasi tersebut dan ubah setiap rintangan dan kesulitan menjadi bahan bakar bagi Anda untuk menjadi manusia yang lebih baik. Itulah sudut pandang stoikisme. Selamat mencoba.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image