Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ali Maksum

Kodrat Keadaan

Pendidikan dan Literasi | Friday, 12 May 2023, 10:56 WIB
Murid SD paramount School

Pendidikan harus disesuaikan dengan keadaan zaman kita hidup. Lalu bagaimana memandang pendidikan sesuai kodrat keadaan berdasarkan pemikiaran Ki Hadjar Dewantara?. Kodarat keadaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dasar pendidikan murid. Kodrat keadaan terdiri dari dua hal yaitu Kodrat Alam dan yang kedua adalah kodrat Zaman.

Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa segala perubahan yang terjadi pada murid dihubungkan pada kodrat keadaan baik zaman maupun alam. Lalu bagiamana cara kita menghubungkan murid dengan kodrat alam dan kodrat zaman?. Kodrat Alam adalah dasar pendidikan murid yang berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana mereka berada. Murid dengan kodrat alam perkotaan sejatinya dilihat sebagai bagian masyarakat perkotaan. Maka pembelajaran yang diterima murid sebaiknya mampu membantu mendekatkannya dengan konteks (kodrat alamnya), bukan sebaliknya malah menjauhkannya.

Tidak jarang kita menjumpai guru dengan memberikan ilmu dan wawasan di luar kontek dimana murid tinggal dan hidup. Misalnya mayoritas murid adalah anak petani karet diberikan wawasan dan informasi bagaimana menjaga kelantarian ekosistem laut. Sebenarnya tidak dipermasalahkan karena mungkin saja murid akan mendapatkan informasi dan cara bagaimana menjaga ekosistem laut. Namun apakah cara itu sesuai dengan kodrat alam murid?.

Oleh karena itu karena guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar maka guru dapat membantu murid dengan memberikan pembelajaran kontekstual yaitu dengan cara guru berperan sebagai penghubung murid dengan sumber-sumber belajar yang ada disekitar murid atau di sekolah maupun dengan sumber-sumber digital yang mengaitkan setiap materi dengan konteks dimana murid hidup.

Misalnya materi menjaga keletarian alam dikontekskan dengan merawat pohon karet agar produksi getahnya semakin baik kualitasnya dengan membersihkan gulma atau tanaman pengganggu pohon karet. Pembelajaran kontekstual atau peran guru sebagai penghubung sangat dibutuhkan murid karena itu akan membantu mereka menguatkan kekuatan-kekuatan kodratnya.

Sementara Kodrat zaman adalah bagian dasar pendidikan murid yang berhubungan dengan "isi" dan "irama" . isi dan irama pendidikan bergerak dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Muatan pendidikan dan cara belajar dikala kita menjadi murid pasti berbeda dengan saat ini. Pendidikan setelah masa kemerdekaan tentu juga berbeda dengan pendidikan abad ke 21 maka kita sebagai pendidik segera bergegas beradaptasi dengan kodrat zaman untuk membantu murid selamat dan bahagia.

Perubahan zaman merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dan dicegah. Perubahan zamanpun akan datang sendiri tanpa diminta. Namun banyak dari kita yang belum menyadari dari hal itu. Kenyamanan-kenyamanan yang dirasakan saat ini akan diliputi kegelisahan-kegelisahan akibat perubahan zaman. Misalnya kemajuan pesat teknologi membuat cara belajar dan berinteraksi murid juga berubah jika kita tidak siapkan dan beradaptasi dengan baik maka murid-murid mungkin tidak akan mampu hidup berdampingan dengan perubahan zaman.

Misalnya guru yang terbiasa dengan media utama ceramah menyampaikan informasi-informasi yang sudah ada di mesin pencari atau digital membuat murid memiliki kompetensi yang tidak relevan dan sesuai dengan keterampilan abad ke 21 yiutu berfikir kritis, kreatif, komunikasi dan kolaborasi maka sebagai pendidikam kita juga dapat membantu memberikan pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan kecakapan tersebut.

Seiring perubahan yang terjadi pada pendidikan secara global, Ki Hadjar Dewantara mengingatkan bahwa pengaruh-pengaruh dari luar hendaknya tetap dipilah mana yang sesuai dengan kearifan lokal sosial budaya Indonesia. Namun di era berlimpahnya informasi saat ini, kita pendidik tidak bisa membatasi, menolak, dan memilih informasi-informasi secara langsung. pengaruh-pengaruh luar sangatlah banyak dan membanjiri halaman kita. Cara merespon banyaknya pengaruh luar tersebutlah yang menjadi perhatian kita sebagai pendidik.

Dengan begitu banyaknya informasi yang datang kita tidak bisa benar-benar menyaring mana yang diterima oleh murid karena dia dapat mendapatkan informasi darimana saja. Yang dapat dilakukan pendidik adalah membantu anak untuk menemukan kecakapan berfikir kritis dalam menerima dan merespon informasi.

Penanaman budaya kearifab lokal yang logis dapat membantu murid kita menjadi bijak dalam kehidupannya. Jika kita dapat memegang kuat kearifan lokal budaya Indonesia, kita juga akan mampu merespon pengaruh-pengaruh luar dengan bijak sehingga adopsi [enguatan dan konten pengetahuan akan sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan. dan konteks budaya yang ada di Indonesia.

Bahkan semakin menguatkannya menjadi kodrat alam dan kodrat zaman untuk mendidik murid-murid kita. Untuk mewujudkan dan menjaga itu semua, diperlukan prinsip-prinsip dalam melakukan perubahan yang mana Ki Hadjar Dewantara menyebutnya dengan asa Tri-Kon yaitu Kontinyu, Konvergen, Konsentris.

Kontinyu yaitu kemajuan kebudayaan merupakan keharusan lanjutan langsung dari kebudayaan itu sendiri. Konvergensi yaitu kebudayaan menuju arah kesatuan kebudayaan dunia (kemanusiaan), konsentris yaitu kebudayaan harus mempunyai karakteristik atau kepribadian sendiri sebagai pusatnya dalam lingkungan kebudayaan dunia (kemanusiaan). Maka dengan menggunakan asas trikon sebagai prinsip melakukan perubahan kebudayan bangsa indonesia tidak akan tertinggal. Kebudayaan bangsa indonesia akan berjalan beriringan dengan kebudayaan lain dan memiliki karakter dan ciri khasnya sendiri.

Mari kita refleksikan bersama apakah kita sudah membantu memberikan pembelajaran berdasarkan kodrat keadaan murid? apa yang dapat kita lakukan sebagia pendidik agar kodrat keadaan murid dapat menuntun kekuatan-kekuatan dan potensi pada murid?

Referensi:

Ki Hadjar Dewantara - Ki Hadjar Dewantara (Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka). Cetakan ke 5: 2013.

Penerbit: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa bekerja sama dengan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa 2013

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image