Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sania Rifatul A.

Pembelajaran Berbasis Digital di Indonesia, Sudahkah Optimal?

Pendidikan dan Literasi | Tuesday, 09 May 2023, 15:29 WIB

Pembelajaran Berbasis Digital Di Indonesia, Sudahkah Optimal?

Oleh : Sania Rifatul Azizah

Cyber physical system atau yang sering dikenal dengan era digital membawa banyak perubahan dan kemudahan dalam setiap bidang kehidupan, tidak terkecuali pada bidang pendidikan. Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan era digital mengubah cara pikir dan cara pandang mengenai pendidikan, seperti pada dimana pembelajaran dilakukan, bagaimana pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran, dan bagaimana pembelajaran dapat dilakukan. Wujud kemajuan teknologi pada bidang pendidikan dapat dilihat dari banyaknya media ajar digital yang menunjang proses pembelajaran baik secara daring maupun luring seperti smart learning zoom meeting, digital library , e-Journal, dan beragam platform belajar online. Hal ini menunjukkan bahwa era konvensional mulai berakhir dan beralih pada era digital.

Pengembangan digitalisasi sebagai media pembelajaran memberikan manfaat yang besar dalam bidang pendidikan. Pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dapat memacu penggunaan indra siswa secara menyeluruh. Siswa dapat mengeksplor berbagai pengetahuan dengan sumber yang tidak terbatas. Hal itu membuat aktivitas pembelajaran dapat mengakomodasi berbagai kemampuan belajar siswa sehingga hasil belajar juga akan ikut meningkat. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan menggunakan media digital akan membuat aktivitas belajar menjadi lebih menyenangkan dan lebih fleksibel karena dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun kita berada.

Beragam kemudahan dan manfaat yang ditawarkan dari pembelajaran berbasis digital ini pada kenyatannya belum dapat dirasakan secara maksimal dalam Pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia masih cukup tertinggal dibandingkan dengan negara lain yang juga menerapkan pembelajaran secara digital. Beberapa negara yang juga menerapkan pendidikan berbasis digital sudah memiliki kualitas pendidikan yang unggul. Melalui sistem pengajaran dan kurikulum yang berbasis teknologi, pengajar yang pro aktif mengupayakan teknologi pembelajaran yang inovatif, dan usaha pemerintah dalam memaksimalkan pemerataan infrastruktur juga memberikan kesempatan yang sama untuk semua anak dalam mengenyam pendidikan membuat negara-negara tersebut mendapat peringkat pendidikan yang baik di dunia. Sementara itu, Indonesia masih berada cukup jauh di bawahnya. Ketua MPR RI, Bamsoet, menyebutkan bahwa peringkat pendidikan Indonesia menempati posisi ke-54 dari 78 negara di dunia. Tentunya hal ini membawa perbedaan yang sangat kentara. Lantas mengapa pembelajaran di Indonesia yang sudah menggunakan media digital belum dapat terlaksana secara optimal?

Adanya kesenjangan infrastruktur, perangkat, dan internet

Kesenjangan infrastruktur, perangkat, dan internet menjadi faktor utama yang menjadi hambatan dalam pelaksaan pembelajaran berbasis digital di Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas dan mencakup ribuan pulau. Dengan wilayah tersebut, persebaran infrastruktur, perangkat, dan internet untuk menunjang pembelajaran berbasis digital belum secara merata diterima oleh seluruh daerah di Indonesia. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan bahwa pada tahun 2022 masih ada sekitar 22,98 persen wilayah Indonesia yang belum terhubung sinyal seluler. Hal ini tentunya harus mendapat perhatian lebih dalam upaya optimalisasi pendidikan menggunakan media digital karena internet dan perangkat merupakan kunci utama dalam mewujudkan pembelajaran berbasis digital.

Penggunaan sarana digital yang tidak bijak dan minimnya minat literasi siswa

Penggunaan infrastruktur, perangkat, dan internet yang tidak bijak serta minimnya minat literasi pelajar juga menjadi hambatan yang tidak bisa diabaikan. Dari total 77,02 persen populasi atau 210 juta jiwa penggunaan layanan internet di Indonesia pada 2021-2022, tercatat sebesar 191 juta jiwa menggunakan layanan internet tersebut untuk melakukan aktivitas sosial media, terutama tiktok dan Instagram. Data ini sesuai dengan fenomena yang terjadi disekitar kita sekarang ini. Sudah menjadi hal umrah bagi kita bahwa anak-anak dari usia dini sudah mendapatkan akses atau bahkan memiliki media perangkat digital sendiri. Namun, perangkat tersebut lebih banyak digunakan untuk sarana hiburan seperti bermain game dan bersosial media, bukan untuk kepentingan pembelajaran. Imbas dari hal tersebut menghasilkan generasi pelajar yang kurang produktif dan individualis. Kesadaran dan minat literasi untuk para pelajar perlu ditingkatkan supaya mengubah pola perilaku mereka agar dapat mengoptimalisasikan media digital sebagai sarana edukasi.

Kurangnya penyelenggaraan pembelajaran berbasis digital oleh pengajar.

Kurangnya penyelenggaraan pembelajaran digital oleh pengajar merupakan faktor lain yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran digital yang efektif. Tidak semua pengajar di Indonesia memiliki kemampuan yang cukup dalam mengoperasikan teknologi digital. Banyak dari pengajar yang masih memiliki masalah dalam menggunakan teknologi digital ini, baik masalah dalam ketersediaan sarana maupun masalah dalam pengetahuan penggunaan yang kurang. Hal ini perlu dilakukan pemerataan dan pelatihan kepada seluruh pengajar yang ada sehingga nantinya pengajar dapat memberikan pengalaman belajar yang unik dan mengembangkan teknologi pembelajaran digital yang inovatif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image