Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Daffa Abiyyu

Sedang Panas! Alternatif Pendekatan Diagnosa Pneumonia Menggunakan Kecerdasan Buatan

Teknologi | 2023-05-08 12:06:13
Pendiagnosaan penyakit di laboratorium

Mendiagnosis suatu penyakit dengan tepat merupakan salah satu hal terpenting dalam dunia medis. Namun, proses diagnostik seringkali memakan waktu, membutuhkan banyak pengalaman dalam menganalisis gejala pasien dan hasil tes. Untungnya, teknologi kecerdasan buatan Artificial Intelegent (AI) dapat membantu membuat proses diagnosis menjadi lebih cepat dan akurat. Kecerdasan buatan (AI) adalah disiplin teknis baru yang menggunakan teknologi komputer untuk meneliti dan mengembangkan teori, metode, teknik, dan sistem aplikasi untuk simulasi, dan perluasan kecerdasan manusia. (Peng-ran Liu et al., 2021).

Penggunaan teknologi kecerdasan buatan dalam diagnosis penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari analisis citra radiologi hingga pengumpulan informasi dari berbagai sumber. Dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan, tenaga medis non-radiologi dapat menganalisis data dengan lebih efisien dan mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam waktu yang lebih singkat. Salah satu contohnya adalah diagnosis pasien berdasarkan pemeriksaan radiologis, patologis, endoskopik, ultrasonografi, dan biokimia telah dipromosikan secara efektif dengan akurasi yang lebih tinggi dan beban kerja manusia yang lebih rendah (Peng-ran Liu et al., 2021). Teknologi kecerdasan buatan juga dapat membantu dokter mengidentifikasi pola dan kekhususan penyakit berdasarkan data dan informasi yang mereka terima. Salah satu manfaat penggunaan teknologi AI di dunia kesehatan adalah untuk membantu pendiagnosaan beberapa penyakit termasuk pendiagnosaan penyakit paru-paru pneumonia.

Pneumonia adalah penyakit menular yang umum yang disebabkan oleh infeksi. Menurut World Health Organization (WHO) Pneumonia membunuh 740.180 anak di bawah usia 5 tahun pada tahun 2019, terhitung 14% dari semua kematian anak di bawah 5 tahun tetapi 22% dari semua kematian pada anak usia 1 hingga 5 tahun. Dari pernyataan sebelumnya, saya yakin Anda akan setuju bahwa sangat penting untuk mendeteksi pneumonia sejak dini, jika tidak maka dapat mengancam jiwa.

Salah satu cara untuk melakukan deteksi dini penyakit pneumonia adalah dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan yaitu deep learning dan machine learning. Prosedur pendeteksian dini penyakit pneumonia juga membutuhkan dataset yang memuat data gambar foto rontgen paru-paru manusia yang banyak dan berbeda beda, dataset ini digunakan untuk mengembangkan algoritma kecerdasan buatan. Dataset tersebut bisa kita temukan disitus web seperti kaggle, UCI Machine Learning Repository, Google Dataset Search, dan lain-lain. Data untuk pengembangan algoritma dalam AI harus dibuat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan algoritma ini harus dibuat sesempurna mungkin. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan salah satu kekurangan pendiagnosaan menggunakan AI yaitu kesalahan dalam pendiagnosaan.

Guna meminimalisir kesalahan dalam pendiagnosaan, pengembangan algoritma sistem prediksi AI juga dilakukan dengan lebih mendalam dan dataset yang digunakan diperluas. Selain itu, pengembangan algoritma AI harus dijaga dan dikontrol secara ketat agar dapat memberikan hasil yang lebih akurat dan konsisten. Dalam hal ini, dokter dan tenaga medis berperan sebagai pengawas dan berkontribusi dalam perbaikan sistem kecerdasan buatan yang akan dikembangkan. Dengan cara ini, kecerdasan buatan dapat menjadi alat yang sangat berguna bagi tenaga medis untuk mempercepat diagnosis dan pengobatan penyakit pneumonia yang akan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Pengembangan sistem kecerdasan buatan ini nantinya tidak akan hanya dapat digunakan dalam hal pendiagnosaan penyakit pneumonia. Namun dapat juga digunakan untuk pengembangan penyakit lain, bahkan juga dapat digunakan pada bidang diluar kesehatan seperti hukum, ekonomi, militer, dan lain-lain. Hal ini dapat terjadi karena algoritma yang terdapat pada kecerdasan buatan akan meningkat seiring berjalannya waktu sehingga kita bisa memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mempermudah menyelesaikan berbagai masalah yang ada dalam kehidupan kita.

Dari artikel ini dapat disimpulkan bahwa, penggunaan teknologi kecerdasan buatan dalam dunia medis dapat memberikan keuntungan yang sangat besar dalam mendiagnosa penyakit dengan lebih cepat dan akurat apabila digunakan secara tepat dan didukung oleh data yang akurat. Teknologi ini dapat mengurangi beban kerja para dokter dan mempercepat pengobatan pasien. Dalam kasus pneumonia, kecerdasan buatan dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk mendeteksi penyakit secara dini dan mengurangi risiko komplikasi yang mengancam nyawa pasien. Oleh karena itu, pengembangan teknologi kecerdasan buatan di bidang kesehatan harus terus dilakukan agar dapat lebih bermanfaat lagi di masa mendatang.

Penulis: Ahmad Daffa Abiyyu, Universitas Airlangga

Sumber:

1. Liu, P. R., Lu, L., Zhang, J. Y., Huo, T. T., Liu, S. X., & Ye, Z. W. (2021). Application of Artificial Intelligence in Medicine: An Overview. Current medical science, 41(6), 1105–1115. https://doi.org/10.1007/s11596-021-2474-3

2. World Health Organization (2022). Pneumonia In Children. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia .

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image