Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Pinasthi Dinar Pertiwi

Fast Fashion Sebagai Dampak Otomatisasi Era Industry 4.0

Teknologi | Saturday, 06 May 2023, 14:46 WIB

Revolusi Industri 4.0 merupakan konsep yang mencakup teknologi siber dan otomasi. Revolusi Industri 4.0 yang berpusat pada otomatisasi mengubah industri fashion secara signifikan. Di satu sisi, otomatisasi memungkinkan bisnis memproduksi pakaian jadi dalam jumlah besar dengan cepat dan terjangkau. Di sisi lain, karena menghasilkan limbah tekstil, hal ini berpotensi merusak lingkungan. Garis pakaian yang menampilkan berbagai model yang bervariasi secara teratur disebut sebagai "fast fashion". Selain karena model pakaian yang kekinian, fast fashion ini juga disukai banyak orang karena harganya yang terjangkau.

Masyarakat sebelum adanya revolusi industri cenderung menganggap pakaian adalah barang mewah. Teknologi siber dan otomasi adalah dua komponen dari fenomena yang dikenal sebagai Revolusi Industri 4.0 dimana sektor fashion mengalami perubahan substansial. Otomasi, di satu sisi, memudahkan perusahaan untuk memproduksi pakaian dalam jumlah besar dengan cepat dan dengan harga yang wajar. Di sisi lain, hal ini berpotensi merusak lingkungan karena menghasilkan limbah tekstil lebih cepat dan berlimpah.

Sebagian orang menganggap fast fashion sebagai barang ekonomis dan banyak disukai membuat pabrik-pabrik tekstil melakukan produksi besar-besaran untuk memenuhi permintaan dari oelanggan yang jumlahnya tidak sedikit. Dikarenakan tergiur dengan minat masyarakat yang menyukai barang murah, para produsen memilih untuk menggunakan bahan baku yang berkualitas minimum demi menekan biaya produksi. Akibatnya banyak barang dari produksi mereka yang tidak awet dan rusak dalam waktu yang singkat sehingga pembeli terpaksa untuk membuang barang mereka.

Selain membuat orang-orang menghabiskan uang hanya untuk barang yang tidak berkualitas, limbah pakaian yang dibuang sembarangan pun akan berdampak buruk bagi lingkungan seperti pencemaran tanah dan udara yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan manusia. Industri fast fashion menghasilkan limbah dengan kuantitas besar yang berdampak buruk bagi lingkungan. Secara global, diperkirakan 92 juta ton limbah tekstil dihasilkan setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, dari sekitar 33 juta ton pakaian yang diproduksi setiap tahun, terdapat hampir 1 juta ton limbah dihasilkan dan berakhir terbuang menjadi sampah.

Dampak dari fast fashion ini tidak hanya terjadi pada lingkungan namun juga pada buruh yang bekerja di pabrik industri fast fashion. Banyak dari mereka yang tidak mendapatkan upah yang layak, adanya jam kerja yang panjang, dan tidak memperoleh hak mereka dalam bekerja. Selain itu tragedi terbesar terkait fast fashion pernah terjadi di tahun 2013 dimana pabrik Rana Plaza yang terletak di Bangladesh runtuh dan memakan korban yang tidak sedikit. Hal tersebut diduga terjadi karena fondasi bangunan pabrik tidak begitu kuat dikarenakan menghemat pembiayaan.

Contoh Pabrik Fast Fashion. Sumber : CNBC Indonesia

Terlepas dari dampak lingkungan dan tragedi mengenai fast fashion yang dipublikasikan secara luas, bagaimanapun, industri ini terus berkembang. Solusi yang diperlukan untuk menangani permasalahan ini diantaranya :

1. Menerapkan konsep slow fashion berkelanjutan

Slow fashion merupakan kebalikan dari fast fashion. Slow fashion sangat memprioritaskan keberlanjutan lingkungan dalam aktivitas industrinya. Selain itu kita juga dapat memperlambat dampak fast fashion dengan memilah pakaian sebelum membelinya, pastikan memilih pakaian yang menggunakan bahan ramah lingkungan. Pilih bahan yang berkualitas tinggi sehingga pakaian dapat digunakan dalam waktu yang lama.

2. Melakukan donasi pakaian yang masih layak pakai

Upaya selanjutnya adalah melakukan donasi pakaian-pakaian yang kita miliki. Pasti ada saat dimana kita merasa lemari kita penuh dengan pakaian-pakaian yang beberapa dari mereka bahkan hanya pernah dipakai sekali saja. Pakaian-pakaian tersebut hanya akan menjadi bertambah banyak apabila kita tidak melakukan sortir untuk menguranginya. Setelah berhasil menyortir pakaian, kita seringkali kebingungan harus diapakan pakaian-pakaian bertumpuk tersebut. Mendonasikannya adalah salah satu cara untuk menguranginya. Namun perlu diperhatikan ya, donasikan pakaian-pakaian yang memang masih layak untuk dipakai.

3. Menjual Kembali Pakaian Lama

Lalu bagaimana jika kita merasa mengeluarkan uang terlalu banyak untuk membeli pakaian itu dan akan merugi apabila hanya didonasikan? Jawabannya adalah jual saja. Sekarang ini banyak bisnis Thrift yang menjual barang-barang second-handed. Peminatnya pun tidak sedikit sehingga kita dapat menghasilkan setidaknya setengah harga dari pakaian-pakaian lama yang kita jual.

4. Mengalihfungsikan pakaian lama

Terakhir adalah mengalihfungsikan pakaian lama. Hal ini biasanya dilakukan pada pakaian-pakaian yang memang sudah rusak dan tidak dapat dipakai Kembali. Para pengrajin kreatif biasanya membuat hiasan, keset, kemoceng dan lain sebagainya dari kain-kain pakaian lama tersebut. Kegiatan tersebut pastinya masih menyisakan limbah, namun tentu dengan jumlah yang lebih sedikit tidak seperti saat kita hanya membuang sampah pakaian itu begitu saja.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image