Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tiara Oktaviana

Darurat Limbah Tekstil dari Pembuatan Fast Fashion

Eduaksi | 2025-01-14 14:21:17
Tumpukan Sampah (Sumber : Tiara Oktaviana)

Teknologi yang semakin canggih membuat perkembangan trend berubah secepat kilat yang dapat mengubah cara orang berkomunikasi dan berbelanja. Selain itu, media sosial memiliki potensi untuk mempercepat perubahan trend, memungkinkan penyebaran gaya baru dan informasi dengan cepat, menimbulkan rasa urgensi untuk mengikuti tren terkini, terutama dalam hal fashion. Istilah "Fast Fashion" kemudian muncul untuk memenuhi permintaan masyarakat terhadap pakaian dan gaya hidup. Industri tekstil berusaha untuk menghasilkan pakaian dengan model yang silih berganti secara cepat, murah, dan efektif, yang memungkinkan produsen untuk merilis koleksi baru dalam hitungan minggu.

Fast fashion sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) point 12 yang berfokus pada konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Produksi fast fashion membutuhkan banyak sumber daya dan energi. Dalam industri fast fashion, polyester menjadi bahan utama pembuatannya yang biasanya dicampur dengan air dan pestisida. Hal ini dapat meningkatkan risiko kekeringan, penurunan kualitas tanah, dan tekanan pada sumber air, dan bahkan dapat berbahaya bagi karyawan.

Poliester berasal dari bahan baku fosil yang ketika dicuci menghasilkan serat mikro yang dapat meningkatkan jumlah limbah plastik. Selain itu, polyester juga tidak dapat diuraikan, yang menambah masalah limbah plastik di seluruh dunia. Paparan bahan - bahan kimia dapat mengalami bahaya yang signifikan terhadap karyawan yang bersentuhan langsung. Apabila pestisida terhirup, ditelan, atau tersentuh secara langsung, karyawan dapat mengalami ruam, bengkak, gatal, bahkan keracunan. Selain itu, menurut laporan dari Program Lingkungan PBB (UNEP), industri fashion merupakan salah satu penyebab utama pencemaran air dan menyumbang 10% dari emisi karbon di seluruh dunia. Fast fashion dalam pembuatannya kerap menggunakan kulit hewan, seperti ular dan macan sebagai material utamanya yang dapat menurunkan jumlah populasi hewan

Fast fashion sudah menjadi permasalahan yang serius karena itu, pemerintah membuat kebijakan untuk mengurangi dampak negatifnya, seperti mengenakan pajak pada merek-merek fast fashion untuk mengurangi limbah tekstil, mendorong praktik produksi yang lebih berkelanjutan dan mengembangkan program yang mendukung daur ulang pengurangan limbah, seperti menyediakan tempat penyimpanan pakaian bekas. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengubah industri fashion menjadi lebih berkelanjutan dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap lingkungan.

Praktisi Public Relations yang memiliki pemahaman mendalam tentang kebijakan publik dan isu-isu terkait fast fashion dapat berperan sebagai Public Affairs. Mereka harus dapat menganalisis bagaimana peraturan mempengaruhi industri dan membuat strategi komunikasi yang efektif untuk mempengaruhi kebijakan tersebut. Pekerjaan Public Affairs juga berfungsi sebagai penghubung antara perusahaan fashion dan pemerintah, menjamin bahwa suara industri didengar selama proses pembuatan kebijakan.Praktisi public affairs bekerja untuk mempengaruhi kebijakan bisnis dan pemerintah dengan menyuarakan kepentingan industri fashion di forum publik. Dalam industri fast fashion, public affairs berfokus pada bagaimana perusahaan fashion berinteraksi dengan pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, untuk mempengaruhi kebijakan yang berkaitan dengan industri. Ini penting untuk mendukung regulasi yang lebih baik terkait pengurangan limbah pakaian dan keberlanjutan.

Menurut pendapat penulis fast fashion mempunyai dampak yang besar terhadap lingkungan dan masyarakat, model bisnis ini memproduksi pakaian secara massal yang menyebabkan limbah tekstil mencapai sekitar 92 juta ton setiap tahun. Selain itu, masalah limbah semakin memburuk karena masyarakat menjadi terlalu konsumtif, membeli pakaian baru untuk mengikuti tren. Fast fashion memiliki dampak sosial yang signifikan dimana konsumen tidak merasa sayang untuk membuang pakaian lama mereka dan membeli pakaian baru untuk mengikuti tren yang mengakibatkan peningkatan jumlah pakaian di tempat pembuangan akhir.

Cara untuk mengurangi limbah atau efek negatif dari fast fashion adalah dengan meningkatkan kesadaran konsumen tentang dampak lingkungan dan sosial dari pakaian yang mereka beli dan pakai, membeli pakaian yang lebih berkelanjutan dan dapat didaur ulang, mendukung bisnis yang memberdayakan karyawannya dengan baik dan memiliki standar etika yang baik, dan memberikan instruksi tentang cara mendaur ulang pakaian yang sudah tidak terpakai dengan menyumbangkannya kepada orang yang membutuhkan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image