Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adinda Nora Muthia Khanza

Mengulik Sistem Canggih Kereta Api China dan Pengaruhnya terhadap Indonesia

Teknologi | 2023-05-04 06:44:09
Ilustrasi kereta cepat. Sumber: www.pexels.com.id
Ilustrasi kereta cepat. Sumber: www.pexels.com.id

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung merupakan salah satu proyek yang menjadi perhatian oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia. Pasalnya, proyek yang direncanakan beroperasi pada bulan Juli 2023 ini merupakan proyek yang tertunda sejak 4 tahun silam. Proyek dengan anggaran awal Rp 76,95 triliun ini ternyata malah menelan anggaran pembangunan kira-kira sebesar Rp 131 triliun. Maka, tak heran jika banyak orang menyebut proyek ini sebagai proyek ambisius pemerintah sekarang. Disisi lain, progres dari proyek ini per April 2023 masih menyentuh di angka 86% dengan pembangunan stasiun diatas 90%.

Seperti yang telah diketahui, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini merupakan proyek kerjasama antara Indonesia dan China. Dalam dunia lokomotif, China sebenarnya telah dikenal sebagai negara dengan jaringan Kereta Kecepatan Tinggi (KTT) terpanjang di dunia dimana telah tersedia di 28 dari 33 provinsi dan daerah negara. Lebih lanjut China telah memiliki CRRC Qingdao Sifang 2021 Maglev yang merupakan kereta tercepat kedua di dunia dengan kecepatan 600 km/jam. CRRC Qingdao Sifang 2021 Maglev hanya memiliki selisih kecepatan sebesar 3 km/jam dari pesaingnya yaitu L0 Series Megalev buatan Jepang.

Dalam sistem Kereta Kecepatan Tingginya, China merupakan negara yang sudah memanfaatkan Artificial Intelligence (AI). yang bernama Automatic Train Control (ATC). ATC merupakan suatu sistem terintegrasi yang terdiri dari ATS (Automatic Train Supervision), ATP (Automatic Train Protection), dan ATO (Automatic Train Operation). ATS bertugas memonitor keadaan sistem yang sedang berjalan, dan mengontrol jalannya perintah yang sedang berjalan sesuai dengan penjadwalan perjalanan. ATP bertanggung jawab atas tanggung jawab keselamatan, dan menghitung batas kecepatan kereta. ATO bertanggung jawab atas semua traksi dan pengereman kontrol, dimana fungsi yang paling penting adalah kontrol kecepatan.

Namun, disisi lain sistem ini masih berasal dari teori automata tradisional. Teori ini merupakan teori mengenai mesin-mesin abstrak. Dimana teori ini dapat menimbulkan masalah pada bagian keselamatan, kenyamanan penumpang, dan dapat merusak keseimbangan antara efisiensi dan biaya. Lebih lanjut, masalah-masalah tersebut diuraikan sebagai berikut:

  1. Mengenai keselamatan, teori otomasi tradisional sangat bergantung pada perlindungan perangkat pensinyalan pinggir jalan untuk mencapai keselamatan. Dan kurangnya perlindungan keamanan aktif.
  2. Teori otomatis tradisional tidak bisa sekaligus mempertimbangkan efisiensi kerja dan konsumsi energi.
  3. Terdapat perbedaan yang mencolok pada kenyamanan penumpang dibandingkan dengan pengemudi manusia.

Permasalahan tersebut kemudian mendorong banyak research group untuk mencoba menyelesaikannya. Penyelesaian tersebut banyak memanfaatkan AI. Pemanfaatan Artificial Intelligence algorithm, contohnya adalah deep learning, reinforcement learning, dan imitative learning. Lebih lanjut tujuan pengembangan tersebut untuk memanfaatkan keuntungan dari intelligent driving dan automatic driving, dan untuk meningkatkan kinerja operasi kereta global dengan mempertimbangkan keselamatan, efisiensi energi dan kenyamanan penumpang.

Namun, sebagian besar studi di atas berfokus pada pengoptimalan salah satu aspek dari profil operasi atau algoritma kontrol. Selain itu, sebagian besar studi yang ada hanya terfokus pada optimalisasi konsumsi energi lokal, kenyamanan penumpang atau halte kereta yang sesuai. Oleh karena itu, studi-studi tersebut tidak mempertimbangkan aspek-aspek umum berdasarkan operasi dasar dengan menggunakan siklus persepsi keputusan control.

Dalam jurnal berjudul An AI based High-speed Railway Automatic Train Operation System Analysis and Design yang ditulis oleh Miao Zhang dan kawan-kawan menjelaskan lebih lanjut mengenai hal tersebut. Dimana, mereka menawarkan strategi baru terkait ATO yakni iATO (AI based Automatic Train Operation). iATO hadir dengan menggunakan Deep Reinforcement Learning (DRL) yang menggabungkan data mining ability of Deep Learning dan motivate decision ability of Reinforcement Learning.

Melihat perkembangan AI yang begitu masif di masa sekarang, bukan hal yang mustahil apabila di masa depan kehidupan manusia akan lebih mengandalkan AI. Namun bagi Indonesia sendiri, perlu dibentuk regulasi yang jelas dan rinci agar nantinya pemanfaatan AI tidak akan menjadi bumerang untuk kehidupan masyarakat. Lebih lanjut, dengan masih berjalannya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung harus tetap diperhatikan serta harus dimanfaatkan Indonesia untuk belajar dari Negara China pada bidang ini agar Indonesia tidak tertinggal semakin jauh.

Penulis: Adinda Nora Muthia Khanza, Mahasiswi S1 Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image