Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sabbaruddin

Analisis Kesenjangan dan Keberlanjutan Ekonomi di Aceh

Eduaksi | Wednesday, 03 May 2023, 10:30 WIB
Penulis : Sardian Syahputra Mahasiswa Ilmu Politik (FISIP) Universitas Syah Kuala (USK)

Analisis Kesenjangan dan keberlanjutan Ekonomi Aceh

Tercatat dalam aceh.bps.go.id jumlah perusahaan yang ada di provinsi Aceh sebanyak 64 perusahaan, dibandingkan dengan provinsi Sumut sebanyak 1.290 pada tahun yang sama. Sepatutnya kita membandingkan kedua provinsi sebagai acuan dan ukuran perkembangan ekonomi di Aceh, menilai dari data tersebut Aceh sangat jauh ketertinggalan terhadap kemajuan Ekonomi di zaman sekarang.

Perusahaan sebagai tulang punggung ekonomi di suatu daerah tentu sangat berpengaruh terhadap angka kemiskinan, pasalnya semakin banyak perusahaan di suatu daerah maka semakin besar pula potensi masyarakat mendapatkan pekerjaan. Hal ini sebagai logika dasar dalam berspekulasi terhadap perkembangan ekonomi di suatu daerah.

Angkatan kerja di Aceh pada tahun 2019 mencapai 2.366 jiwa dan cenderung akan meningkat setiap tahunnya, dengan angka tingkat pengangguran terbuka (TPT) berjumlah 561.470 jiwa. Ini adalah angka yang cukup besar dibandingkan dengan jumlah perusahaan dan populasi penduduk di Aceh, bila tidak ada peningkatan jumlah perusahaan kemungkinan besar perekonomian di Aceh akan terus melemah dan jatuh.

Perekonomian di Aceh saat ini sangat terbantu dengan adanya keberadaan Otsus yang juga akan berakhir pada tahun 2027, melihat juga PAD Aceh yang sangat rendah berjumlah Rp. 2.276.305.568.814,00 tentu angka ini tak sebanding dengan Transfer dari pemerintah pusat.

Menimbang keberadaan Otsus yang sebentar lagi akan habis, maka dapat di spekulasi kan jika angka perusahaan tidak tumbuh mengimbangi angka TPT maka perekonomian di Aceh cenderung akan macet dan menambah angka kemiskinan, sehingga angka kemiskinan terus bertumbuh.

Dalam Analisa ini saya mencoba memberikan saran untuk menumbuhkan perekonomian di Aceh, yaitu pemerintah Aceh semestinya harus meningkatkan pertumbuhan perusahaan Badan Usaha Milik Aceh (BUMA), kemudian memberikan pajak yang lebih rendah kepada pengusaha /company serta bagi investor yang ingin membangun perusahaan di Aceh jangan di persulit.

Dapat kita simpulkan bahwa perekonomian di Aceh sedang mengalami pertempuran antara pertumbuhan perusahaan dan pertumbuhan angka kemiskinan. Bila angka pertumbuhan tidak tumbuh, maka kemiskinan akan bertambah.

Demikian Analisis Ekonomi ini saya tulis, Sardian Syahputra (NIM : 2010103010118) Mahasiswa Ilmu Politik (FISIP) Universitas Syah Kuala (USK)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image