Pentingnya Pendidikan dalam Perspektif Islam
Agama | 2023-05-02 14:38:33PENTINGNYA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
oleh : Ust. Dr. Agus Yosep Abduloh, M.Pd.I
Editor : Hisam Ahyani
Islam memandang pendidikan itu sangat penting adanya. karena dengan menjalani sebuah proses itulah seseorang bisa mendapatkan ilmu pengetahuan yang dapat menunjang taraf hidup dan posisinya di hadapan allah dan manusia lainnya (Noor 2015) Dalam ajaran Agama Islam memposisikan guru atau pendidik pada kedudukan yang mulia (Akrim, Qorib, dan Gunawan 2020). Para pendidik diposisikan sebagai bapak ruhani (spiritual father) bagi anak didiknya (Ahyani 2021). Ia memberikan santapan ruhani dengan ilmu dan pembinaan akhlak mulia (akhlaqalkarimah) dan meluruskannya (Achmad 2022). Sehingga, fondasi keimanannya akan semakin kuat hingga dewasa. Dalam riset (Ahyani dkk. 2022) belajar agama bukan hanya tentang akademik atau pelajaran di sekolah, tetapi juga tentang memperkokoh akidah, ibadah yang benar, dan akhlak yang baik. Keempatnya merupakan hal yang penting untuk diajarkan kepada anak sejak dini (Ahyani dan Hidayah 2021).
Muhammad Athiyah Al Abrasyi menyebutkan Pendidikan Islam adalah Al Tarbiyah Al Islamiyah yakni usaha untuk menyiapkan manusia agar hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaan, manis tutur katanya baik lisan maupun tulisan (Abrasyi 1975). Pendidikan berbasis Islam didirikan tidak serta merta tanpa arah. Kehadirannya tentu untuk menjawab persoalan masyarakat. Khususnyayang berhubungan dengan pendidikan akhlak dan pengetahuan Islam. Kita tidak bisa menampik, Indonesia yang mayoritas penduduknya Islam, dalam perkembangannya membutuhkan sebuah suplemen tambahan pada dunia pendidikan. Merujuk pada realitas sejarahnya, pendidikan Islam, seperti; Pesantren dan Madrasah Diniyah adalah model pendidikan yang sudah mentradisi. Hadirnya pendidikan Islam tidak lepas dari kebutuhan masyarakat, khsusnya orang tua. Di mana kebutuhan membangun karakter anak adalah hal utama. Kemajuan sebuah bangsa atau negara, dan agama harus dibarengi dengan nilai-nilai spiritualitas. Relevansinya sudah jelas. Pendidikan Islam diharapkan akan melahirkan generasi-generasi berkualitas; sebagai transmisi nilai dalam wawasan kehidupan bermasyarakat.
Seperti di Pesantren (Ali, Toifur, dan Hasbullah 2022), diajarkan banyak hal, ditempa secara karakter, tidak hanya teknis (pengetahuan), akan tetapi juga psikis (mental). Ada yang mengatakan basis lembaga Pendidikan Islam terlalu kolot dan tidak bisa berkembang. Itu Tidaklah demikian, hal tersebut bagian dari gagasan keliru modernisasi (Rahman 1982), itu hanya pandangan apatis terhadap tradisi yang sudah mengakar (Zarkasyi 2020). Selanjutnya titik pijak Pendidikan Islam harus dibangun pada empat landasan 4 konsep, meliputi : Pendidikan Spiritual, Emosional, Intelektual, dan Sosial.
1. Pertama, Pendidikan Spiritual, menekankan pentingnya prinsip tauhid. Islam sebagai agama yang universal dari segi ruang dan abadi dari segi waktu terkait dengan kenyataan sehari-hari yang khusus, ada continum yang tak terputus antara keesaan Tuhan dan kenyataan. Itulah proses pembangunan spiritual yang hakiki. (Lih. QS. Yusuf [12]: 40; Ar-Rum [30]: 30),
2. Kedua, Pendidikan Emosional, menekankan pentingnya prinsip keteladanan/menjadi teladan yang baik.
3. Ketiga, Pendidikan Intelektual, menekankan pentingnya prinsip mencari ilmu. Islam mengajarkan bahwa untuk meraih kebahagian di dunia dan akhirat harus dengan ilmu.
4. Keempat, Pendidikan Sosial, menekankan pentingnya prinsip hidup berdampingan, al-Qur’an memerintahkan kita untuk saling mengenal, dan berbuat baik serta tolong menolong atas dasar taqwa. (Lih. QS. Al-Mai’dah [5]: 2); QS. Al-Hujurat [49]: 13) Dengan demikian, Pendidikan Islam di Indonesia mau tidak mau harus terus berbenah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat kita. Supaya pendidikan Islam menjadi corong utama dalam peran membangun manusia, membangun bangsa, dan negara.
Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah usaha membimbing dan mengarahkan seorang untuk menjadi lebih baik. Pendidikan juga bertujuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang telah dikaruniakan Allah kepada setiap manusia secara optimal dan maksimal. Saat mendengar kata “Pendidikan” selintas kita membayangkan sebuah proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah. Guru menyampaikan pelajaran, dan siswa mendengar dan memahami apa yang disampaikan oleh guru.
Namun Ki Hajar Dewantara sebagai seorang tokoh Pendidikan Indonesia, menyebutkan bahwa Pendidikan dapat bersumber dari 3 aspek lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Dewantara 1920). Pendidikan pada anak merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap orang. Usia anak-anak merupakan masa pertumbuhan dan pengembangan yang tepat untuk membentuk pribadi sang anak. Hal ini dapat berupa pembentukan karakter, membangun dan melatih kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, spiritual, disiplin ,konsep diri, kemandirian dan juga panca indra.
Islam sebagai agama yang sempurna (Ahyani, Slamet, dan Tobroni 2021), melalui alquran dan hadist, Allah telah menyampaikan tentang petunjuk kehidupan manusia dari bangun hingga bangun lagi dengan lengkap dan tanpa cela. Sehingga juga tidak dapat dipungkiri bahwa perihal Pendidikan juga terdapat arahan dan petunjuk dalam alquran maupun hadist, terutama pada Pendidikan anak. Pada sisi lain menilai seorang anak, mereka diibaratkan kertas putih yang belum terdapat tulisan sama sekali. Lalu lingkungan keluarga, sekolah dan masyrakat yang memberikan warna dalam kehidupan seorang anak. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa usia anak-anak adalah usia keemasan. Jika permulaan kehidupan mereka telah mendapatkan didikan yang baik, maka sang anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik.
Konsep tarbiyah dan ta’dib dalam Pendidikan Islam
Pandangan (M. A. A. Pulungan 2022), bahwa konsep dasar Pendidikan Dalam Islam: Ta’lim, Tarbiyah, Dan Ta’dib yaitu; Al-Qur'an, Sunnah dan ijtihad serta Pendidikan dalam perspektif Islam meliputi tiga konsep, yaitu: (1) Konsep Ta'lim; proses pendidikan yang mengarah pada aspek kognitif, dengan mengembangkan kemampuan, keterampilan siswa, (2) konsep tarbiyah; proses pengajaran untuk mengembangkan, membina yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik. (3) konsep Ta'dib; Pendidikan yang menekankan pada aspek afektif, sehingga dapat membentuk pribadi yang beriman dan beramal shaleh. Ta'dib terbagi menjadi 4 jenis yaitu: (a) Ta'dibadab al-haqq, (b) Ta'dibadab al-khidmah, (c) Ta'dibadab al-syari'ah, (d) Ta'dibadab al- suhbah.
Dalam pendidikan Islam peserta didik harus mampu mengembangkan kemampuannya dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik serta harus ada keseimbangan antara ketiga ranah tersebut, agar dapat mewujudkan sosok pribadi yang taqwa dan bertakwa serta menjalani kehidupan sebagai manusia. Sementara (N. Pulungan 2022), menyimpulkan bahwa pentingnya Pendidikan Nilai Agama dan Moral Bagi Anak Usia Dini menjadi titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran. Apa pun yang termasuk perangkat pengajaran dituntut secara mutlak untuk menunjang tercapainya tujuan.
Segala sesuatu pasti memiliki problematika yang menjadi permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi dan dicari solusinya. Terutama dalam pendidikan. Penulis ingin mengkaji secara khusus tentang pentingnya nilai agama dan moral bagi anak usia dini. Agama manapun akan mengajarkan kebaikan, begitu pula dengan hokum moral, maka dari itu dengan mengenalkan aspek nilai agama dan moral kepada anak sejak dini akan membentengi anak dari melakukan hal-hal buruk. Nilai-nilai moral dan agama anak usia dini, di lembaga pendidikan moral dan nilai-nilai agama ditanamkan melalui pembiasaan. Salah satu perilaku yang di tanamkan adalah berdoa sebelum makan dan sesudah makan dan doa-doa lain yang di sertakan artinya, sehingga anak hapal apa yang di ucapkan dan tahu maksudnya. Allah telah berfirman dalam alquran sura An-Nahl ayat 78 yang berbunyi:
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔا وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Ayat tersebut diatas, menjelaskan bahwa manusia terlahir ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Namun Allah telah memberikan sang anak potensi penglihatan dan hati agar dapat digunakan oleh manusia untuk mengetahui banyak hal. Perkembangan potensi-potensi tersebut memelukan arahan dan didikan yang sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang ada serta sesuai dengan aturan-aturan Islam. Konsep perkembangan pendidikan pada anak dalam islam menitikberatkan pada konsep tarbiyah dan ta’dib. Pendidikan pada konsep tarbiyah adalah perlakuan kasih sayang untuk menumbuhkan rasa berdaya dan mengembangkan kemandirian anak berupa keterampilan menjaga diri sendiri, menyelesaikan pekerjaan rumah. Sedangkan pendidikan pada konsep ta’dib mengacu pada proses penerapan nilai-nilai, seperti sikap disiplin dan tertib. Hal ini dapat diterapkan dengan pembiasaan shalat tepat waktu, memberikan respon yang tepat saat anak melakukan hal-hal baik dan juga saat sang anak melakukan kesalahan.
Islam memberikan pandangan bahwa pendidikan anak bermula dari keluarga. Orang tua memiliki peran penting dalam mendidik, mengarahkan, dan mengajari anak. Salah satu hadits dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadist tersebut menjelaskan bahwa setiap anak yang terlahir kedunia berada dalam keadaan fitrah atau suci. Fitrah dalam hadist ini adalah keadaan seseorang yang meyakini dan mengimani bahwa tuhan yang berhak disembah hanya Allah subhanahu wataa’ala. Namun keadaan kedepannya sangat ditentukan oleh bimbingan dan arahan yang diberikan oleh orang tua. Sehingga dalam hadist tersebut rasulullah menyampaikan bahwa orang tualah yang menjadikan seorang tetap dalam keadaan fitrah atau mengarahkan sang anak untuk menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Pendidikan anak dalam perspektif islam tidak lepas dari pendidikan dan ajaran islam yang harus didapatkan anak sejak kecil. Ajaran islam secara garis besar terdiri dari tiga, yaitu aqidah, ibadah dan akhlak. Hal ini selaras dengan yang telah diajarkan oleh Luqmanul Hakim kepada anaknya dan menjadi contoh yang harus kita teladani hari ini.
Pendidikan Aqidah dalam Islam
Aqidah adalah ilmu keimanan, kepercayaan, dan keyakinan kepada Allah yang maha esa. Meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah dan diibadahi selain Allah serta menjauhi segala perbuatan kesyirikan dan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Aqidah menjadi pondasi penting dalam hidup seseorang. Nilai-nilai keimanan yang harus diajarkan dan ditanamkan padadiri seorang anak dimulai dengan, mengenalkanAllah dan rasulnya, memberikan gambaran tentang siapa penciptaalam semesta serta isinya, dan mengenalkan Maha Agungnya Allah. Menanamkan aqidah kepada anak sebelum mengajarkan ilmu-ilmu lain merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh orang tua.
Pendidikan Ibadah dalam Islam
Ibadah adalah hal penting dalam kehidupan seorang manusia. Sehingga pendidikan ibadah adalah hal penting yang harus diajarkan sejak kecil, agar ketika anak telah dewasa dapat melakukan ibadah dengan benar dan sesuai dengan tuntunan ajaran islam dan sang anak dapat taat pada perintah agama dan menjauhi segala larangannya. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam alquran surah Az-Zariyat ayat 56 yang berbunyi
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.
Seorang anak yang memiliki potensi fitrah haruslah dikembangkan secara maksimal pada hal-hal positif dengan menanamkan nilai-nilai agama. Seperti berdoa saat hendak melakukan aktifitas, mengajarkan anak tentang wudhu, bersuci, shalat, puasa dan ibadah-ibadah yang lain.
Pendidikan Akhlak dalam Islam
Akhlak adalah kelakuan, kebiasaan, sikap dan karakter yang melekat pada diri sesorang. Akhlak wujud jiwa seseorang yang tertuang dalam sikap, ucapak, dan juga perbuatan. Pendidikan akhlak dapat diajarkan pada anak melalui pembiasaan-pembiasaan bersikap dalam sehari-hari. Seperti berkata jujur, menghormati orang tua, menyayangi yang lebih kecil, tidak sombong, dan berbagai akhlak lain yang harus dibiasakan pada anak sedini mungkin. Jika anak tidak dibiasakan dengan akhlak baik, maka mereka akan tumbuh tanpa kendali. Pendidikan akhlak pada anak juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat seorang anak berada. Orang pertama dan paling dekat dengan sang anak adalah keluarga dan secara khusus adalah mereka orang tua. Orang tua adalah contoh teladan pertama bagi pertumbuhan dan perkembangan akhlak seorang anak.
Pendidikan Islam Sejak Dini
Pendidikan anak dalam perpektif islam menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap orang yang terlibat dalam lingkungan seorang anak. Anak-anak adalah penerus generasi peradaban. Sehingga mereka harus memilki cukup bekal untuk tumbuh menjadi seseorang yang cerdas, kuat dan bermanaat untuk agama dan negara. Sehingga bekal tersebut haruslah disiapkan sedini mungkin, mulai dari mengenal tuhan mereka, beribadah, dan berakhlak dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal besar dicapai karena adanya kumpulan-kumpulan hal kecil didalamnya. Demikian juga dengan kehidupan seseorang. Pembiasaan-pembiasaan baik yang telah dibiasakan saat ia kecil akan membentuk ia menjadi seorang yang baik dan positif.
Keberhasilan Pendidikan dipengaruhi oleh Keluarga
Pendidikan Islam atau pendidikan Islami adalah pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Quran dan As- sunnah. Dalam pengertian yang pertama ini, pendidikan Islam dapat berupa pemikiran dan teori pendidikan yang berdasarkan diri atau dikembangkan dan dibangun dari sumber- sumber dasar tersebut. Keberhasilan pendidikan masa balita dipengaruhi pihak keluarga, karena banyak dilakukan dalam lingkungan keluarga. Anak belajar dalam keluarga terjadi secara alami, tanpa disadari oleh orang tua, tetapi pengaruh buruk yang kadang dilakukan oleh orang tua, akan berakibat sangat besar, terutama pada tahun pertama dari kehidupan anak (dibawah lima tahun). Pada umur tersebut pertumbuhan kecerdasan anak masih terkait dengan panca inderanya dan belum bertumbuh pemikiran logis atau maknawi abstrak atau dapat dikatakan bahwa anak masih berpikir inderawi.Sedangkan saat masa pertengahan kanak-kanak, anak memperoleh pendidikan di sekolah sehingga strategi pendidikan negaralah yang dapat menentukan capaian tujuan pendidikan yang sesuai dengan syariat Islam. Pihak lain yang juga berperan dalam pendidikan anak ialah masyarakat.
Paradigma pendidikan anak usia dini mengacu pada konsep tarbiyah dan ta’dib. Pendidikan pada konsep tarbiyah menekankan pada tindakan rahmah, di mana orangtua atau guru wajib menumbuhkan rasa berdaya dan mengembangkan kemandirian secara bertahap mulai keterampilan mengurus diri sendiri, mengerjakan pekerjaan rumah, keterampilan bermain dan belajar. Sedangkan ta’dib mengacu pada proses pembudayaan nilai-nilai, khususnya sikap disiplin dan budaya tertib. Pemduayaalan dilakukan melalui pembiasaan disiplin sesuaidengan jadwal sholat serta pemberian pujian dan hukuman.
Daftar Pustaka
Abrasyi, Athiyah Al. 1975. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Achmad, Ghufran Hasyim. 2022. “Pemikiran Filsafat Etik Immanuel Kant Dan Relevansinya Dengan Akhlak Islam.” ALSYS 2 (2): 324–39. https://doi.org/10.58578/alsys.v2i2.310.
Ahyani, Hisam. 2021. “Forming Early Children’s Character Through School Culture In The Industry Revolution 4.0.” Raudhatul Athfal: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini 5 (1): 50–74. https://doi.org/10.19109/ra.v5i1.8097.
Ahyani, Hisam, Ahmad Hapidin, Andewi Suhartini, dan Mahmud Mahmud. 2022. “Implementasi Konsep Perbuatan Baik Dan Buruk Di MA Al Azhar Citangkolo.” Al-Tarbawi Al-Haditsah: Jurnal Pendidikan Islam 7 (2): 132–41. https://doi.org/10.24235/tarbawi.v7i2.11080.
Ahyani, Hisam, dan Nur Hidayah. 2021. “Membangun Karakter Anak Usia Dini melalui Budaya Sekolah di Raudhatul Athfal Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar.” JAPRA (Jurnal Pendidikan Raudhatul Athfal) 4 (1): 23–42. https://doi.org/10.15575/japra.v4i1.10652.
Ahyani, Hisam, Memet Slamet, dan Tobroni. 2021. “Building the Values of Rahmatan Lil ’Alamin for Indonesian Economic Development at 4.0 Era from the Perspective of Philosophy and Islamic Economic Law.” Al-Ihkam: Jurnal Hukum & Pranata Sosial 16 (1): 111–36. https://doi.org/10.19105/al-lhkam.v16i1.4550.
Akrim, Muhammad Qorib, dan Gunawan. 2020. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: CV. Bildung Nusantara.
Ali, Musyafa, Toifur Toifur, dan Ahsan Hasbullah. 2022. “Development Of Santri Moral Reasoning (Study At Pesantren Al Ihya ’Ulumaddin Kesugihan-Cilacap).” International Journal of Scientific Research and Management 10 (03): 2215–21. https://doi.org/10.18535/ijsrm/v10i3.el03.
Dewantara, Hadjar. 1920. Levensschets van Pangeran Ario Noto Dirodjo. Hadi-Poestaka.
Noor, Fu’ad Arif. 2015. “Islam Dalam Perspektif Pendidikan.” QUALITY 3 (2): 410–32. https://doi.org/10.21043/quality.v3i2.1916.
Pulungan, M. Asymar A. 2022. “Konsep Dasar Pendidikan Dalam Islam: Ta’lim, Tarbiyah, Dan Ta’dib.” GUAU: Jurnal Pendidikan Profesi Guru Agama Islam 2 (3): 247–56.
Pulungan, Nelmi. 2022. “Pentingnya Pendidikan Nilai Agama Dan Moral Bagi Anak Usia Dini.” GUAU: Jurnal Pendidikan Profesi Guru Agama Islam 2 (3): 25–28.
Rahman, Fazlur. 1982. Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition. University of Chicago Press.
Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2020. “Imam Zarkasyi’s Modernization of Pesantren in Indonesia (A Case Study of Darussalam Gontor).” QIJIS (Qudus International Journal of Islamic Studies) 8 (1): 161–200. https://doi.org/10.21043/qijis.v8i1.5760.
Lihat file Naskah Klik Disini
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.