Kebiasaan Judgmental Warganet Bawa Efek Samping Serius, dari Depresi hingga Bunuh Diri
Eduaksi | 2023-04-30 09:24:52Menurut UNICEF, bullying adalah sebuah pola perilaku yang bermaksud memberikan rasa sakit, baik secara langsung dengan verbal maupun fisik atau secara tidak langsung melalui media sosial internet (cyberbullying) yang dilakukan secara berulang kali kepada orang lain. Bullying dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang menganggap dirinya memiliki posisi kekuasaan yang lebih tinggi daripada korbannya.
Di zaman yang teknologi sudah sangat berkembang pesat seperti saat ini, di mana internet dan media sosial bisa diakses dengan mudah oleh siapa saja untuk mempermudah kehidupan setiap umat manusia. Namun, penggunaan teknologi dan media sosial yang tidak bijak dapat menyebabkan terjadinya cyberbullying. Komentar-komentar jahat yang dituliskan pada akun media sosial seseorang tentang dirinya adalah salah satu hal yang terkesan ‘sepele’ bagi orang lain, tetapi sebenarnya memiliki dampak yang sangat besar dalam hidup orang tersebut.
Bullying, salah satunya adalah cyberbullying merupakan salah satu penyebab perilaku bunuh diri terbesar pada remaja selain kesepian dan kurangnya dukungan dari orang tua (Peprah et al., 2023). Menurut data WHO pada 2021, bunuh diri merupakan penyebab kematian ketiga terbesar secara global. Tidak jarang ditemui kabar berita figur publik yang meninggal dunia dengan bunuh diri karena depresi akibat adanya tekanan yang berat dari industri dan media sosial.
Berita kematian mendiang Sulli, penyanyi dan aktris cantik asal Korea Selatan, pada tahun 2019 silam masih melekat di ingatan publik. Mendiang Sulli meninggal dunia karena mengalami depresi dari banyaknya hujatan dan komentar jahat yang dilontarkan warganet kepadanya. Contoh lainnya adalah berita kematian mendiang Goo Hara di tahun yang sama setelah mendiang Sulli meninggal. Goo Hara, idol cantik sekaligus sahabat baik mendiang Sulli, memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena depresi. Sebelum akhirnya ditemukan tidak bernyawa di kediamannya, mendiang Goo Hara sudah pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya, namun gagal.
Selain dari negara Korea Selatan, di Indonesia pun terdapat peristiwa yang serupa. Andika eks Kangen Band juga pernah mendapatkan perundungan dan caci maki dari warganet Indonesia karena kepribadian, penampilannya yang dianggap norak oleh warganet, bahkan urusan rumah tangganya saat itu juga tidak luput dari komentar jahat warganet. Rundungan tersebut membuat Andika mengalami depresi hingga ingin bunuh diri, namun niat tersebut ia urungkan.
Selain Andika eks Kangen Band, Kekeyi juga mengalami perundungan di media sosial karena fisik dan penampilannya. Kekeyi dihujat dan dihina warganet hingga akun Instagramnya sempat hilang. Kekeyi mengungkapkan bahwa perundungan yang ia terima dari orang-orang di media sosial sangat menyakitkan dan tidak mudah untuk dilupakan. Dari dua contoh di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa memberikan hujatan dan komentar negatif kepada orang lain dapat menyebabkan orang tersebut mengalami depresi yang dapat berujung pada tindak bunuh diri.
Para artis, penyanyi, dan figur publik lainnya orang-orang yang berada di industri hiburan untuk bekerja. Mereka adalah manusia biasa, sama seperti orang-orang pada umumnya. Mereka bisa merasa down, sakit hati, bahkan depresi. Mereka di depan layar membangun image agar terkesan tidak ada apa-apa agar para penonton dan penggemarnya tidak perlu khawatir dengan keadaan aslinya apa pun itu yang ada di balik layar.
Mereka, para figur publik yang menjadi korban cyberbullying, tidak mendapatkan kesempatan bercerita mengeluarkan seluruh beban dan masalahnya karena adanya berbagai tuntutan industri yang pada akhirnya menyebabkan mereka harus memendam semuanya seorang sendiri dan tidak jarang yang berakhir depresi lalu memilih bunuh diri.
Semua yang kita tahu dan lihat dari seorang figur publik adalah hal-hal yang sengaja dibiarkan industri untuk kita ketahui yang belum tentu itulah yang menjadi kebenarannya. Maka dari itu, kita semua sebagai manusia bijaklah dalam menggunakan media sosial, belajar untuk memanusiakan manusia lainnya, dan kontrollah apa yang bisa kita kontrol, salah satunya ketikan kita dalam bermedia sosial.
Tidak ada aspek khusus yang membedakan kita sebagai warga biasa dengan mereka yang merupakan figur publik yang membuat kita dengan semata-mata dapat menghakimi dan mengambil apa yang menjadi hak mereka hanya karena kita tidak suka atau tidak satu pemahaman. Kita semua adalah manusia, kita sama di mata hukum dan di mata Tuhan. Jadi, kita tidak punya kuasa atas hidup diri sendiri maupun orang lain. Jika yang mereka lakukan tidak sejalan dengan pemikiran kita, namun yang dilakukan tersebut tidak membahayakan maupun merugikan diri sendiri dan orang lain, maka biarkan.
Cukup lewati bagian tersebut tanpa meninggalkan cacian dan komentar buruk yang tidak kita tahu bagaimana efeknya bagi orang tersebut nantinya. Jadi, ayo bersama-sama menjadi manusia dan warga negara yang bijak dalam berbuat dan berperilaku baik di kehidupan bermasyarakat maupun dalam bermedia sosial agar tidak ada lagi berita tidak mengenakan datang karena adanya perundungan dan kelalaian dalam bermedia sosial.
Referensi:
Peprah, P., Asare, B. Y.-A., Nyadanu, S. D., Asare-Doku, W., Adu, C., Peprah, J., Osafo, J., Kretchy, I. A., & Gyasi, R. M. (2023). Bullying Victimization and Suicidal Behavior among adolescents in 28 Countries and Territories: A Moderated Mediation Model. Journal of Adolescent Health. https://doi.org/10.1016/J.JADOHEALTH.2023.01.029
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.