Literasi Digital pada Anak dan Remaja
Gaya Hidup | 2023-04-30 07:32:12Akses internet pada anak dan remaja seolah air bah yang sulit terbendung. Seperti halnya air bah, sejumlah informasi datang dalam jumlah besar dan meluas siap menghantam siapapun tanpa kecuali. Anak dan remaja tampak familiar memiliki akses ke dunia digital.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet pada tahun 2022, tercatat sebanyak 99,16 persen anak usia 13-18 tahun dan 62,43 persen anak usia 5-12 tahun telah terhubung ke internet. Hal ini menunjukkan bahwa paparan dampak negatif konten yang mengandung kekerasan, seksualitas rentan terjadi pada anak.
Ibarat mata uang, dunia digital memiliki dua sisi yakni efek positif dan efek negatif. Efek negatif ini yang dikuatirkan akan mempengaruhi perkembangan anak. Akhir Mei 2022, Kominfo telah memutuskan akses 2.885.471 konten negatif yang tersebar di seluruh media sosial.
Memutuskan akses konten negatif bukan berarti semuanya baik-baik saja. Hingga kini, konten-konten negatif masih dengan mudah diakses oleh siapapun, kapanpun. Termasuk oleh anak-anak dan remaja.
Sebagai orangtua, tentunya kita ingin melindungi anak-anak dan remaja dari paparan akses negatif dunia digital. Apalagi dengan jaringan internet cepat seperti sekarang yang semakin memudahkan anak terakses provider internet.
Oleh karena itu, literasi digital pada anak dan remaja amat sangat dibutuhkan. Literasi digital ini berfungsi sebagai bekal kepada anak dan remaja untuk dapat membedakan mana yang memberikan manfaat dan mana yang tidak. Dengan adanya literasi digital, akan mempermudah anak-anak mencari data dan informasi dari berbagai media sebagai bahan pembelajaran.
Di rumah yang menggunakan jaringan internet cepat yakni Indihome dari Telkomsel, memudahkan kita untuk mengakses internet.
Lalu bagaimana caranya mengenalkan literasi digital kepada anak dan remaja ? Hal utama yang harus dilakukan adalah mengkomunikasikan tentang dunia digital seperti kemudahan akses internet berkat adanya jaringan internet cepat. Sehingga anak dan remaja harus tahu efek negatif penggunaan media sosial termasuk adanya pencurian identitas hingga kekerasan di dunia maya yang bisa jadi merembet ke dunia nyata.
Saya pernah menceritakan ke anak tentang kasus penipuan yang dialami anak sekolah di SMP yang dilakukan seorang pria yang menyamar sebagai guru. Jadi, keduanya berkenalan melalui media sosial kemudian berlanjut pertemuan tatap muka. Pas pertemuan itu, terjadilah kejahatan yang dilakukan pelaku ke korban anak SMP itu. “Kadang kita nggak tahu yang sebenarnya tentang seseorang jika hanya lihat di dunia maya,” kata saya ke anak.
Anak saya termasuk jarang menggunakan media sosial. Dia jarang upload kegiatannya sehari-hari. Tapi satu sisi senang melihat postingan youtube yang menghibur. Biasanya, kami nonton bersama postingan-postingan itu dan membahasnya. Misalnya saya minta pendapatnya tentang postingan yang dilakukan via media sosial.
“Banyak orang yang posting di medsos tapi tidak tahu apa yang diketiknya melukai orang lain atau bahkan berbahaya bagi diri sendiri,” kata saya lagi.
Diskusi dengan anak tentang cyberbullying ini juga penting karna anak jadi lebih waspada sehingga tidak terjebak dengan cyberbullying, entah sebagai pelaku atau sebagai korban.
Literasi digital ini juga harus dibarengi dengan pengawasan waktu penggunaan media sosial. Ada yang tidak terkontrol penggunaan media sosialnya. Padahal untuk anak dan remaja, penting juga mengontrol waktu atau durasi penggunaan media sosial. Bagaimana caranya? Sejak awal ajarkan anak berapa lama dia bisa menggunakan media sosialnya.
Kemudian, di handphone dilakukan pantauan bersama berapa durasi penggunaan media sosial. Penggunaan media sosial juga baiknya dibarengi dengan kapan dia bisa gunakan media sosial. Misalnya pada saat libur sekolah atau pada sore hari sebagai penting. Jadi, jangan mentang-mentang jaringan internet kencang jadinya penggunaannya tidak terkontrol.
Tahapan demi tahapan yang kita lakukan semoga saja bisa membantu agar anak semakin paham dengan dunia digital ketika jaringan internet cepat ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.