Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rahman Tanjung

Merindu Lagi

Agama | 2023-04-24 19:51:21
Umat Islam sedang menjalankan shalat Idul Fitri (Sumber: pexels.com/Rayn L)

Hari raya Idul Fitri merupakan hari raya yang dinanti oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia, terlepas dari perbedaan penetapan tanggalnya.

Begitu juga dengan saya dan keluarga, selepas menunaikan Shalat Iedul Fitri berjamaah dan melakukan rutinitas special lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya, seperti bersalam-salaman dengan tetangga, menyantap masakan yang dibuat istri tercinta dan ziarah ke makam almarhum ayah dan ayah mertua. Selanjutnya, biasanya kami pun berkeliling untuk bersilaturahmi ke rumah ibu dan beberapa rumah kerabat.

Sambil ditemani alunan lagu dari Yovie n The Nuno berjudul “Merindu Lagi”, saya memacu mobil dengan kecepatan normal. Saat di perjalanan tiba-tiba Azka anak bungsu saya bertanya, “Ayah, besok puasa lagi gak?”.

Pertanyaan serupa juga ditanyakan ketika dia dibangunkan saat subuh di hari Idul Fitri kemarin, dia merasa saat itu kita masih harus berpuasa. Saya jadi merasa, sepertinya nuansa puasa atau Ramadan masih kita rindukan walaupun saat ini sudah berganti bulan Syawal.

Jika dalam lagu Merindu Lagi adalah tentang rindu terhadap seorang kekasih, mungkin saya dan sebagian besar umat Islam merindu lagi akan Ramadan yang baru saja kita lalui.

Rasa rindu itu muncul karena Ramadan adalah waktu yang istimewa di mana umat Muslim menjalani ibadah puasa sebagai bentuk pengendalian diri, introspeksi, dan penghapusan dosa-dosa. Selama bulan itu juga, umat Muslim menghadapi cobaan dan tantangan, namun juga merasakan keberkahan yang luar biasa. Mereka berlomba-lomba dalam melakukan amal ibadah seperti Shalat Tarawih, bertadarus Quran, bersedekah, dan berbuat amalan-amalan kebaikan lainnya kepada sesama.

Salah satu aspek yang membuat Ramadan begitu istimewa adalah keberkahan yang melimpah. Selama bulan tersebut, pintu-pintu surga terbuka, dosa-dosa diampuni, dan pahala dilipatgandakan.

Kita diberikan kesempatan emas untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Oleh karena itu, saat menyambut Idul Fitri kita mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid, sebagai rasa syukur karena kita telah diberikan kesempatan untuk merasakan beragam keberkahan dan keistimewaan Ramadan.

Saking banyaknya keistimewaan dan beragam keberkahan yang dapat kita peroleh sebagai umat muslim saat Ramadan, mungkin jika kita lebih memahaminya pasti kita semua mengingkan seluruh bulan yang ada dalam setahun adalah Ramadan. Hal ini sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW, yaitu: “Seandainya umat manusia mengetahui pahala ibadah di bulan ramadhan, maka niscaya mereka akan meminta agar satu tahun penuh menjadi ramadhan.” (HR. Tabrani, Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi)”.

Selama Ramadan, kita juga belajar untuk mengendalikan hawa nafsu, mengelola emosi, dan meningkatkan disiplin diri. Kita belajar untuk menghindari perilaku negatif, seperti berbicara buruk, memfitnah, menggosip, dan berbuat dosa. Kita belajar untuk lebih sabar, lebih bertoleransi, dan lebih menghargai nilai-nilai moral yang diajarkan dalam Islam. Ramadan adalah waktu yang bermanfaat untuk mengasah akhlak kita dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Namun, menghadapi akhir bulan Ramadan juga dapat membuat kita merasa sedih karena kita tidak tahu apakah kita akan bertemu lagi dengan bulan suci ini di tahun yang akan datang. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan dan berapa lama kita akan hidup. Oleh karena itu, menghadapi akhir bulan Ramadan dengan hati penuh rasa syukur menjadi sangat penting.

Mengucapkan selamat tinggal pada bulan Ramadan dengan bersyukur bukan berarti kita harus meratapi akhir bulan suci ini, tetapi sebaliknya, kita harus bersyukur atas kesempatan yang telah diberikan kepada kita untuk menjalani bulan Ramadan dengan penuh ibadah dan keberkahan. Kita harus bersyukur atas setiap makan sahur dan berbuka yang telah kita nikmati, setiap rakat shalat tarawih yang telah kita lakukan, setiap juz Al-Quran yang telah kita baca, dan setiap amal ibadah yang telah kita lakukan.

Kita juga harus bersyukur atas pelajaran berharga yang telah kita dapatkan selama bulan Ramadan, seperti mengendalikan diri, meningkatkan hubungan sosial, dan memperbaiki akhlak kita. Pelajaran-pelajaran ini akan tetap bersama kita sepanjang tahun dan akan membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan.

Mari kita ingatkan diri kita sendiri untuk terus berusaha meningkatkan diri, menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan nilai-nilai Islam, dan menjaga semangat Ramadan dalam hati kita sepanjang tahun. Kita harus tetap menghormati dan menghargai ajaran agama kita, menerapkan nilai-nilai Ramadan dalam kehidupan sehari-hari, dan menjaga hubungan yang baik dengan sesama manusia.

Sebagai muslim, kita harus ingat bahwa menjalankan ibadah tentun tidak hanya terbatas pada bulan Ramadan. Setiap hari adalah kesempatan bagi kita untuk beribadah, berbuat baik, dan menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan nilai-nilai agama kita. Jangan biarkan semangat Ramadan meredup setelah bulan ini berakhir, tetapi harus terus mempertahankan semangat itu sepanjang tahun.

Kita tidak tahu, apakah umur kita masih Panjang untuk kita dapat bertemu lagi dengan Ramadan di tahun yang akan datang?. Maka sebaiknya kita gunakan waktu yang ada untuk senantiasa melaksanakan, mempertahankan atau bahkan meningkatkan kualitas ibadah-ibadah kita saat Ramadan, karena jika ajal sudah menjemput, sudah pasti tak ada lagi kesempatan untuk kita beribadah. Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya: “Maka jika datang waktu kematian mereka, tidak bisa mereka tunda dan dan mendahulukannya sedetikpun”. (QS. An-Nahl: 61).

Begitu pula, mari kita berbuat baik kepada sesama manusia, menjaga hubungan yang harmonis dengan orang-orang di sekitar kita, dan memberikan kontribusi positif dalam masyarakat. Ramadan mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan kita harus terus berusaha menjadi pribadi yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan umat manusia secara keseluruhan.

Dalam menghadapi akhir bulan Ramadan, kita harus menjaga semangat dan konsistensi dalam beribadah di bulan-bulan berikutnya. Kita tidak boleh hanya beribadah secara intensif selama Ramadan saja, tetapi harus terus mempertahankan amalan baik kita setelah bulan ini berakhir. Ramadan seharusnya menjadi awal yang baru bagi kita untuk menghadapi sisa 11 bulan dengan semangat yang sama dalam menjalani ibadah dan berbuat baik.

Mari kita jadikan Ramadan tahun ini sebagai kawah penggemblengan agar kita dapat konsisten beribadah dengan lebih baik di 11 bulan berikutnya.

Dengan memanfaatkan Ramadan sebagai kawah penggemblengan, kita dapat memperkuat ikatan kita dengan agama dan menjadi pribadi yang lebih baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Semangat Ramadan harus tetap hidup di dalam diri kita, tidak hanya selama bulan Ramadan, tetapi juga di bulan-bulan berikutnya. Kita harus menjadikan Ramadan sebagai motivasi dan inspirasi untuk terus beribadah dan berbuat baik kepada sesama di sisa tahun.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image