Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Fahmi Abdulhafizh

PANDANGAN TOKOH-TOKOH PERSIS (PERSATUAN ISLAM) TERHADAP POLITIK INDONESIA

Agama | Sunday, 23 Apr 2023, 08:56 WIB

Nama Penulis: Muhammad Ikhwan

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Ftwitter.com%2Finfo_persis%2Fstatus%2F367902458648854528&psig=AOvVaw1MdXG1x7jQL-XvAML0DTng&ust=1682301323362000&source=images&cd=vfe&ved=0CBEQjRxqFwoTCKC0tdy4u_4CFQAAAAAdAAAAABAE

Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

UIN Sunan Gunung Djati

Aktivis-aktivis Persis mempunyai nasionalis yang mungkin masih meyakini membuat negara dengan syariat atau prinsip islam. Aktivis- aktivis persis pun mempunyai suata yang lumayan keras terhadap tuntunan mengadakan parlemen.[1]

Zaman itu Persis membela kaum nasionalis muslim, pada tahun 1930an, Persis menerbitkan majalah yang bernama Pembela Islam dan Al-Lisan, dan menerbitkan banyak artikel yang mengutuk pandangan pandangan kaum sekularis.[2] Ke nasionalisan Soekarno di kritik oleh A. Hassan sebagai bersifat chauvnistik (‘ashabiyyah). Murid A. Hassan pun (M. Natsir) Pro terhadap pemikiran gurunya tersebut serta mendukung nya dengan mengeluarjab pendapat pendapat ilmiah nya.[3] Pemikiran pemikiran politik ulama Persis membawa jamaah nya kembali pada dunia politik, sampai sampai jamaah persis banyak yangaktif pada syarekat islam sejak tahun 1920-1939 .[4] Di tahun 1942 jamaah persis, jamaah pertama mengambil kegiatan agama dan politik sampai di bubarkan oleh tentara-tentara Jepang. [5]Di tahun 1950an, Jamaah persis kembali kepada dunia politik Indonesia yang di pimpin oleh sekertaris umum yang bernama (Isa Anshary), dan atas gerakan itu disebut dengan Masyumi ( Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Masyumi sendiri mempunyai ide-ide atau keinginan yang bikin takut kaum nasionalis dan komunis, ide itu adalah bikin negara atas dasar dasar Islam. Kaum nasionalis dan komunis bersekutu untuk menyerang Masyumi sebagai (common ennemy) [6]

Masyumi dilarang oleh rezim Soekarno, Dan sesetalah dilarang nya, Persis fokus pada ke-organisasianya dan mengembangkan sistem Pendidikan yang mempunyai khasnya.[7]

Dapat di lihat bahwa kepolitikan Persis itu mengikuti atas pemimpinnya. Pada masa formatif dengan A. Hassan, Persis lebih bersifat pemikiran keagamaan di banding politik. Setelah itu selama kepempinan M. Natshir dan M. Isa Anshary, Persis lebih bersifat politis. Kemudian saat kemimpinan E. Abdurrahman, Persis kembali bersifat keagamaan yang meng-utamakan Pendidikan. Lalu pada masa kepemimpinan Latief Muchtar, Persis kembali lagi bersifat politis, lalu pada zaman kepemimpinan Shiddeq Amien, Persis kembali pengutamaan pendidikan agama dan dakwah. Tetapi semua kepemimpinan ini tidak luput dan sangat sadar akan tugasnya yang menegakkan al-Qur’an dan as-Sunnah.[8]

Catatan Kaki :

[1] Ibid., 101-102

[2] Ibid. dan lihat Gerge Kahin, Indonesia Politics and Natiolanism, New York: Macmillan, 1953, hlm.109.

[4] PP. Persis, Arsip: Hasil keputusan Mukhtamar Persis 1953, Bandung: PP Persis.

[3] Deliar Noer, op,cit., hlm. 362.

[5] Ibid.

[6] M. Ali Haidar, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1996, hlm. 207.

[7] Deliar Noer, op,cit., hlm. 217.

[8] Dr. M. Taufik Rahman, MA. Anatomi Gerakan Dakwah PERSATUAN ISLAM, hlm., 229.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image