Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lukman Azis

Waspada Gangguan Kesehatan Akibat Konsumsi Makanan Khas Lebaran

Gaya Hidup | Friday, 21 Apr 2023, 20:04 WIB

Konstipasi merupakan salah satu gangguan pencernaan yang disebabkan karena kurangnya asupan serat sehingga menyebabkan susah buang air besar (BAB). Selama ini, konstipasi sering dialami oleh kebanyakan orang khususnya selama lebaran karena konsumsi makanan tinggi lemak namun rendah serat. Meskipun banyak artikel telah membahas cara menghindari konstipasi selama lebaran, namun sayangnya kejadian ini tetap menjadi permasalahan yang terus terjadi secara berulang-ulang setiap tahunnya.

Lebaran merupakan salah satu hari besar yang dirayakan setiap tahun oleh umat muslim di seluruh dunia. Momen ini selalu dinanti oleh umat muslim setelah mereka melaksanakan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan. Tradisi saling berkunjung hingga mencicipi makanan khas lebaran adalah salah satu cara mempererat tali silaturahmi antar umat beragama khususnya muslim di Indonesia. Banyak jenis makanan yang menjadi ikon lebaran seperti opor, rendang, gulai, kue kering nastar, kastengel dan lainnya.

Rendang Daging Khas Lebaran

Secara umum, makanan dapat mempengaruhi berbagai hal dalam tubuh termasuk kesehatan. Kandungan nutrisi, sifat fisik bahan makanan, bahan tambahan makanan yang digunakan dan proses pengolahan makanan dapat membentuk aroma, rasa, tekstur dan kandungan nutrisi dalam makanan. Banyak penelitian menyebutkan bahwa karakter makanan seperti rasa, aroma dan tekstur mempengaruhi preferensi kesukaan suatu makanan antar individu.

Keberagaman dan Karakteristik Makanan Khas Lebaran

Indonesia dikenal dengan negara kepulauan dengan hasil bumi yang berlimpah. Keragaman budaya, karakter wilayah, agama membentuk berbagai keunikan dan perbedaan kultur antara satu tempat dengan daerah dan/atau wilayah lainnya. Oleh sebab itu, Indonesia memiliki makanan khas, pola konsumsi, tradisi yang berbeda-beda. Seperti halnya lebaran saat ini, umat muslim di Indonesia memiliki perbedaan tradisi dalam merayakannya, salah satunya dengan memasak dan mengkonsumsi makanan khas lebaran.

Opor dan Rendang adalah ikon makanan khas lebaran yang umum disajikan saat lebaran di Indonesia. Kedua makanan tersebut sama-sama menggunakan santan kelapa namun berbeda pada jenis daging yang digunakan. Biasanya, opor dibuat menggunakan daging ayam sedangkan rendang menggunakan daging sapi. Makanan tersebut memiliki karakter rasa yang hampir sama, gurih-berlemak namun secara aroma dan tekstur keduanya sangat berbeda. Rasa gurih-berlemak pada makanan tersebut disebabkan adanya penggunaan santan dan daging, baik ayam maupun sapi.

Berdasarkan banyak hasil penelitian, santan dan daging mengandung lemak jenuh cukup tinggi. Kandungan lemak jenuh pada opor dan rendang masing-masing adalah 56.5 dan 69.4%. Sayangnya, kedua jenis makanan tersebut juga diketahui mengandung serat yang sangat rendah, 4%. Selain makanan lebaran yang tinggi lemak, makanan ringan dengan rasa manis-legit dan gurih juga menjadi suguhan tidak terlupakan saat lebaran. Makanan ringan tersebut diantaranya adalah kue putri salju, nastar dan kastegel. Penggunaan gula dan margarin ataupun butter pada kue tersebut menciptakan perpaduan rasa yang enak sehingga membuat kue ini menjadi primadona diantara kue-kue lainnya. Nastar dan kastengel mengandung lemak yang hampir sama, yaitu 25-30% dengan kandungan serat 3%.

Dampak Konsumsi Makanan Tidak Terkontrol

وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ

Artinya: “ . makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al a’rof: 31)

Mengkonsumsi makanan dengan jumlah tidak terkontrol akan memberikan dampak yang kurang baik terhadap tubuh. Mengkonsumsi makanan khas lebaran dengan kandungan lemak jenuh yang cukup tinggi juga akan meningkatkan angka asupan kalori harian tubuh dibandingkan rekomendasi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Menurut penelitian Vakili et al. yang dipublikasikan pada jurnal Internasional Neurogastroenterol Motil menyebutkan bahwa konsumsi lemak jenuh dalam jumlah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti perut kembung, inflamasi dan konstipasi. Jika konsumsi makanan tinggi lemak jenuh terus berlangsung pada waktu tertentu makan dapat berpotensi mengganggu kesehatan tubuh seperti inflamasi, potensi penyakit diabetes tipe 2, kardiovaskuler hingga stroke.

Tidak hanya itu saja, penelitian Manco et al pada jurnal Internasional Endocrine Reviews menyebutkan bahwa keberadaan lemak jenuh pada saluran pencernaan akan meningkatkan jumlah bakteri buruk seperti Bacteroides, Escherichia dan Klebsiella. Asupan serat yang rendah juga sangat mendukung perkembangbiakan bakteri buruk di usus. Banyak penelitian menemukan korelasi antara bakteri buruk pada saluran pencernaan dengan penurunan imun pada tubuh. Skema tentang dampak pertumbuhan bakteri buruk di usus telah dipublikasikan oleh Kau et al pada jurnal Internasional Nature. Pada penelitian tersebut disebutkan bahwa peningkatan bakteri buruk dapat menyebabkan infeksi, penurunan imunitas, gangguan penyerapan nutrisi serta berimbas pada kekurangan gizi.

Penelitian Azis et al yang dipublikasikan pada jurnal Internasional Chiang Mai University of Natural Sciences diketahui bahwa komposisi bakteri buruk yang dominan seperti Clostridium spp./Enterobacter spp. pada ibu menyusui berkorelasi dengan penurunan asorbsi zat besi, vitamin A sehingga berdampak pada inflamasi dan penurunan imunitas tubuh. Bakteri tersebut juga diketahui menurunkan komposisi bakteri probiotik seperti Lactobacillus spp. dan Bifidobacterium spp. Kondisi ini akan mengakibatkan dysbiosis dimana terjadi ketidak seimbangan komposisi bakteri usus dan dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan dan stabilitas hormon di dalam tubuh.

Rekomendasi Pola Makanan Saat Lebaran

Buah dan sayur adalah salah satu sumber makanan yang mengandung serat dan vitamin cukup tinggi. Selama lebaran mengkonsumsi buah, sayur dan air yang cukup sangat disarankan untuk menghindari dehidrasi dan gangguan pencernaan seperti konstipasi. World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan konsumsi buah dan sayur untuk setiap orang setidaknya adalah 5 porsi atau setara dengan 400 gram per hari sedangkan konsumsi air adalah 2 liter per hari.

Serat diketahui dapat mencegah absorbsi lemak dalam tubuh serta mempercepat perjalanan kotoran melalui usus sehingga terhindar dari konstipasi. Lebih dari itu, serat juga merupakan sumber prebiotik yang baik. Prebiotik merupakan sumber makanan untuk bakteri baik di dalam usus seperti golongan Bifidobacterium spp. dan Lactobacillus spp. Bakteri baik akan memfermentasi serat dan menghasilkan asam lemak rantai pendek (SCFA) yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Proses fermentasi bakteri baik ini juga akan membantu membentuk suasana asam pada usus sehingga komposisi bakteri buruk akan menurun.

Keberadaan bakteri baik di dalam usus sangat penting dalam stimulasi imun di dalam tubuh. Bakteri baik dapat berperan sebagai activator dimana juga memiliki kemampuan sangat penting dalam sistem imun. Sel ini mampu mempolarisasi respon imun terhadap jenis gangguan imunologis yang terjadi pada tubuh yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan mikroorganisme patogen lainnya. Bakteri baik juga melindungi vili usus sehingga absorbsi nutrisi penting seperti vitamin, protein, karbohidrat dapat berjalan dengan maksimal.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa selama lebaran konsumsi makanan tinggi lemak jenuh seperti opor, rendang, gulai dan kue kering lainnya sebaiknya dapat dikontrol sehingga terhindar dari gangguan pencernaan. Konsumsi buah dan sayur sangat direkomendasikan sehingga tubuh akan mendapatkan asupan serat dan vitamin yang cukup untuk membantu pertumbuhan bakteri baik di usus yang berefek terhadap stimulasi imun di dalam tubuh. Selain itu, konsumsi air juga sangat penting untuk menjaga tubuh agar tetap segar terhindar dari dehidrasi.

Lukman Azis, S.TP., M.Sc/Dosen Teknologi Pangan, Universitas Al-Azhar Indonesia

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image