Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ali Efendi

Gema Wahyu Menggema di Penghujung Ramadhan

Agama | Friday, 21 Apr 2023, 15:36 WIB
Suasana Khataman Alquran di Masjid Nadwatu Islam Sukunan Paciran, Lamongan, Jatim (Dokumen Pribadi)

Ramadhan salah satu nama bulan dalam kalender hijriyah, bulan mulia bagi umat Islam yang senantiasa datang dan pergi tanpa diminta. Kehadirannya selalu ditunggu oleh seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia, kepergiannya selalu ditangisi karena terasa begitu cepat untuk menemani dalam mengisi amal kebaikan.

Tidak terasa Ramadhan 1444 H telah di penghujung akhir, seperti halnya kedatangannya disambut dengan sangat meriah. Kepergiannya diiringi dengan beragam kegiatan untuk memperbanyak amalan saleh bagi pemburu kebaikan yang mendapat izin dari Allah (saabiqun khairat bi idznillah). Seperti qiyamullail di malam sepuluh terakhir, mengeluarkan zakat maal dan zakat fitra, serta khataman Alquran.

Khataman Alquran merupakan kegiatan membaca Alquran yang dilakukan bersama secara bergantian selama sehari mulai dari juz 1 sampai juz 30. Salah satu momentum yang dipilih adalah bulan Ramadhan, biasanya kegiatan dimulai dari setelah salat subuh sampai dengan pukul 20.00 WIB tamat 30 juz.

Tradisi Khataman Alquran merupakan kelanjutan kegiatan tadarus Alquran bersama di masjid dan musalla selama bulan Ramadhan. Tadarus Alquran bersama biasanya dimulai setalah melaksanakan salat sunah tarawih dan witir, sekitar pukul 20.00 WIB dan diakhiri pukul 24.00 WIB dengan menggunakan pengeras suara (speker).

Pada hari ke-28 atau ke-29 Ramadhan tradisi Khataman dimulai setelah salat subuh sampai malam pukul 20.00 WIB diakhiri dengan doa. Gema suara wahyu Ilahi (Alquran) bersautan dari satu masjid/musalla dengan masjid/musalla lainnya merupakan suara relegius yang sudah terbiasa didengar umat Islam.

Tradisi Khataman di perkempungan pesisir Paciran Lamongan sampai saat masih terjaga dengan baik di setiap akhir penghujung bulan Ramadhan. Keunikan tradisi Khataman Alquran di juz 30 dibaca bersama-sama, biasanya pada surat ke-93 (Ad-Duha) sampai dengan surat ke-114 (An-Nas). Anak-anak yang paling bersemangat di saat membaca surat-surat pendek dengan suara yang keras.

Di sela-sela bacaan surat-surat pendek biasanya diselingi dengan bacaan kalimat tayyibah, seperti; “Laa ilaaha illallahu wallhu akbar”. Kemudian dilanjutkan membaca surat berikutnya sampai surat An-Nas dan diakhiri dengan membaca bersama-sama; ”Watammat kalimatu rabbika sidqan wa’adla laa bubaddila likalimaatih, wa huwas sami’ul alim” (QS Al-An’am: 115).

Semarak kegiatan Khataman Alquran terlihat di kampung pesisir nelayan Desa Paciran, Lamongan. Kampung padat penduduk yang tersebar di 3 Rukun Warga (RW) dengan jumlah 13 Rukun Tetangga (RT). Masjid yang mengadakan tardisi Khataman Alquran, di antaranya; Nadwatul Islam dan Baitul Jannah. Sedangkan musala yang menyelenggarakan, sebagai berikut; Darul Makwa, Ar-Rahmat, Al-Kautsar, Miftahul Huda, dan Nurul Iman.

Acara Diakhiri dengan Makan Ambeng

Warga pesisir Desa Paciran dikenal sebagai warga yang senang berinfaq, apalagi di bulan suci Ramadan sehingga kegiatan tadarus dan Khataman Alquran tidak pernah sepi dari beragam suguhan makanan dan aneka minuman. Salah satu makanan khas pesisir adalah nasi ambeng (semacam nasi tumpeng).

Nasi Ambeng khas pesisir Desa Paciran, nasi dicampur dengan kuah lodeh yang kental dicampur dengan sayur dan sambel parutan kelapa, lauk ikan panggang atau goreng. Ambeng merupakan menu utama dalam acara Khataman Alquran sebagai penutup kegiatan tadarus Alquran.

Episode penutup khataman Alquran yang paling seru, unik, dan babak yang ditunggu-tunggu, yaitu makan ambeng bersama seluruh jamaah yang hadir. Masing-masing musala dan masjid berbeda-beda dalam menyediakan ambeng disuaikan dengan jamaahnya. Di musala biasanya 5 – 10 ambeng, sedangkan untuk skala masjid 7 – 15 ambeng.

Semoga tradisi Khataman Alquran di Pantura Paciran Lamongan terjaga dengan baik setiap bulan Ramadhan dan membawa berkah bagi yang membaca, serta yang mendengarkan bacaan Alquran. Amin. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image