Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adhyatnika Geusan Ulun

Raja Bulan pun Pulang

Agama | Friday, 21 Apr 2023, 01:00 WIB
Penulis. (dok pribadi)

Oleh: Adhyatnika Geusan Ulun

Ramadaan telah pergi meninggalkan kita. Bulan Rahmah, Berkah, dan Maghfirah Allah sudah pergi mengikuti langkah sunattullah untuk menjauh dan sebelas purnama kemudian datang kembali. Pertanyaan bagi kita adalah: Pelajaran apa yang didapat dari Raja Bulan ini?

Bulan suci Ramadan mengingatkan tentang iman. Dengan imannya manusia disadarkan tenatng pentingnya makna keyakinan akan kekuasaan Allah. Keyakinan tentang kasih sayang dan kepercayaan akan eksistensi kita sebagai orang mukmin yang beriman kepada Nya. Hal ini dikaitakan dengan bukankah puasa hanya diperuntukkan bagi orang yang beriman sesuai dengan konteksnya: Yaa ayyuhalladzina amanu kutiba ‘alaikumusshiyam. (QS. Al Baqarah:183).

Hal di atas mengandung arti bahwa Allah menganugerahkan Kasih Sayang Nya berupa rahmat bagi orang yang beriman. Dia menurunkan berkah Nya hanya bagi orang yang beriman, dan Dia menurunkan Maghfirah Nya hanya untuk orang yang beriman. Orang yang mau dan patuh terhadap perintah Nya untuk berpuasa. Allahu rofi’u darojati lil mu’minin

Pelajaran berharga yang lainnya adalah bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Maka, dengan keyakinan orang beriman diingatkan bahwa sekecil apapun kenikmatan yang dirasakan harus diyakini semuanya berasal dari Allah. Karena tidak ada satupun Dzat yang mampu memberikan kenikmatan kecuali Allah.

Ketika hal tersebut sudah terpatri di dada, maka pada akhirnya sebesar apapun ujian yang Allah timpakan kepada kita, seberat apapun musibah yang menerpa kita, akan diyakininya pasti ada jalan keluar, bagi mereka yang senantiasa bertawakal, berserah diri kepada Allah. Mayyataqillah yaj’alahu makhroja...

Sering digambarkan bahwa terbayang dan terasa ketika berpuasa, bagaimana perihnya perut yang lapar. Keringnya tenggorokan karena dahaga. Letihnya badan karena energi yang dibutuhkan sangat kurang. Namun karena keyakinan yang kuat, bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Semua penderitaan akan berubah menjadi kenikmatan yang luar biasa manakala berjumpa dengan saat berbuka.

Sesungguhnya hal di atas hendaknya menjadi bekal untuk sebelas bulan ke depan, bahwa segala penderitaan yang mungkin dialami oleh kita, diujinya kita dengan kesempitan rizki akibat dililit hutang piutang, dihimpitnya kita akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, kemakmuran menjadi semakin jauh dari harapan, penghidupan yang layak menjadi suatu impian, diujinya kita dengan penyakit yang tak kunjung sembuh, penderitaan juga bisa berupa penghinaan karena status sosial kita, bisa karena jodoh yang tak kunjung tiba bagi yang belum memperoleh pasangan, bisa juga terpaan fitnah dan musibah yang seakan tak berakhir singgah di keluarga kita.

Hal-hal tersebut bagi orang yang sudah dilatih dengan puasa harus diyakini bahwa segala kesulitan seberat apapun itu, pasti akan ada jalan keluar, dan pasti telah Allah siapkan segala sesuatunya sesuai dengan kadar kesanggupan umatnya. Fa inama’al ushri yusron innama’al ushri yusroo.

Dan Allah tidak akan pernah membebani hamba Nya dengan sesuatu yang kita tidak mampu memikulnya. La yukallifullohu nafsan illa wus ‘ahaa...

Berikutnya adalah diingatkan bahwa Ramadan adalah syahrul Qur’an. Bulan dimana diturunkannya Alquran, kitab suci umat Islam. Alquran diturunkan oleh Allah sebagai Hudaan, petunjuk. Sebagai bayinah, penjelas. Sebagai syifa, obat. Petunjuk bagi siapapun yang merindukan kebenaran, yang mendambakan keadilan, yang mengharapkan rida Allah. Alquran mengupas segala permasalahan manusia, dia menjadi solusi segala persolaan hidup dan kehidupan manusia, dan menjadi sumber dari segala sumber hukum.

Seperti diketahui, Alquran diturunkan dengan membawa misi-misi yang mulia. Pertama, membebaskan manusia dari kemusyrikan. 13 tahun periode Mekah, baginda Rasul membina iman, memantapkan akidah, membangun keyakinan dan menanamkan kembali nilai-nilai Islami yang sekian lama dilupakan akibat kejahiliyahan manusia.

Seyogyanya, hal ini ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari, bahwa biar zaman boleh berubah, waktu boleh berlalu, tetapi iman tak boleh goyah, akidah tetap istiqamah. Sekali melangkah pantang surut mundur dalam hal keyakinan. Karena sesungguhnya Alquran menjadi lampu petunjuk langkah kehidupan manusia.

Misi yang kedua diturunkannya Alquran adalah membebaskan manusia dari ras diskriminisasi, membebaskan dari perbudakan, perbedaan warna kulit, dan menempatkan manusia sebagai makhluk yang memiliki derajat yang sama. Biar suku berbeda, walapun bangsanya tidak sama, biar status sosialnya tidak sederajat, tetapi bila satu akidah, satu keyakinan dia adalah saudara kita. Yaa ayyuhannaas inna kholaqnakum min jakariw wa unsa waja’alnakum tsu ubawaqobaila lita’arofu inna akromakum ‘indallohi atqokum. Innalloha ‘aliman khobiir-Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal, sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu adalah yang bertaqwa, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha mengenal. (QS Al Hujurat : 13).

Sesungguhnya, di hadapan Allah, tidak ada yang lebih mulia karena tingginya pangkat, karena harta dan karena jabatannya, tetapi hanyalah orang yang bertakwa kepada Nya yang senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Nya, yang senantiasa bersyukur bila mendapat kenikmatan, dan bersabar bila menghadapi ujian, itulah yang sebenarnya mulia di hadapan Allah.

Oleh sebab itu, sangatlah sayang apabila masih diantara kita menyimpan permusuhan, akibat kesalahpahaman, sangatlah sayang hidup ini disia-siakan karena sibuk menyimpan dendam, padahal terbentang dihadapan kita satu kehidupan yang akan banyak menyita perhatian, yakni kehidupan akhirat yang kekal, yang akan meminta pertanggungjawaban terhadap segala perbuatan kita, amal baik sekecil apapun akan dihisab, begitupan amal yang jelek. Famanyya’mal mitsqola zarotin khoiroyyaroh waman ya’mal mitsqola zarotin syaroyyarah.

Oleh karena itu, dulu, sebelum pandemi, pada hari yang penuh dengan kesucian ini hendaknya bermusafahah. Bersentuhan tangan sebagai wasilah saling mema’afkan. Bergandengan tangan menuju suatu kehidupan yang baru. Sudah bukan masanya lagi kita berdebat tentang suatu yang tidak berguna. Sudah bukan waktunya lagi mempersoalkan tentang urusan pribadi, sementara dihadapannya menumpuk kepentingan umum yang jauh lebih berguna. Malah sekarang saatnya kita menyusun shaf-shaf menyusun barisan seperti halnya salat berjama’ah yang demikian rukun dan tertib.

Di masa pandemi saat ini, hendaknya dari sekarang diitikadkan untuk menempatkan persatuan di atas segalanya. Lebih melihat persamaan ketimbang perbedaannya. Lebih mengedepankan keselamatan umat ketimbang mengedepankan ego sendiri.

Alangkah indahnya bila kita mampu mewariskan sesuatu yang berguna bagi anak cucu kita yakni kedamaian, persatuan, buah dari kebersamaan kita dengan saudara, tetangga dan lingkungan sekitar kita.

Misi ketiga Alquran adalah menggiring manusia ke arah yang benar menurut tuntunan Allah dan Rasulullah SAW. Saat memperhatikan fenomena sekarang adalah betapa sebagian besar diantara kita masih menempatkan Alquran hanya sebagai pajangan dan label keislaman saja. Padahal Alquran telah mengantarkan umat manusia pada keadaan beradab seperti sekarang ini. Alquran telah menggiring manusia dari jaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang. Alquran telah menghantarkan umat manuisa dari masa kebodohan menuju masa yang serba berpengetahuan, minazhulumat ilannuur.

Akhirnya, Raja Bulan sebentar lagi akan pergi. Tersisa nilai-nilai mulia yang ditinggalkannya. Namun, hendaknya kita selalu menatap ke depan agar keagungan bulan suci ini tidak hilang.

Ramadan tahun ini hendaknya menjadi momentum yang baik untuk menempatkan kembali nilai iman, syukur, sabar, taat, dan Alquran sebagai sahabat dimanapun berada.

Semoga semuanya menjadi cahaya ilahi yang akan menerangi di setiap langkah di kehidupan. Masa sekarang, dan akan menjadi petunjuk dalam kehidupan, serta menjadi penyelamat disaat tidak ada penyelamat lagi kecuali yang dadanya telah terpatri nilai keyakinan, syukur, sabar, ikhlas, dan Alquran.

Waalahualam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image