
Psikologi Populer dan Pseudosains: Sebuah Ilusi Psikologi
Eduaksi | 2021-12-22 12:31:42
Pernahkah kalian melihat artikel psikologi di media sosial dan majalah yang membahas tentang jenis kepribadian berdasarkan warna favorit? Atau mengklaim seseorang memiliki kecenderungan psikopat berdasarkan bentuk gambar yang pertama kali ia lihat dari sebuah siluet?
Banyak dari kita menganggap artikel tersebut benar dan termasuk ke dalam topik psikologi walaupun tidak ada bukti penelitian dan fakta empiris yang menyertainya. Nah, faktanya, artikel tersebut termasuk ke dalam psikologi populer dan pseudosains. Lalu, apakah psikologi populer dan pseudosains itu? Apakah psikologi berbeda dengan psikologi populer dan pseudosains? Dan bagaimana cara membedakannya? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
Pengertian Psikologi Populer dan Pseudosains
Berdasarkan kamus Thesaurus, “psikologi populer” atau yang lebih dikenal dengan sebutan pop psych adalah sebuah interpretasi psikologi sederhana tanpa bukti penelitian akurat yang dapat memengaruhi pemikiran masyarakat awam. Psikologi populer biasanya dimuat di artikel majalah, media sosial, atau acara televisi. Sedangkan pseudosains menurut Wade dkk (2017) merupakan ilmu pengetahuan yang terkesan ilmiah karena menggunakan istilah-istilah scientific tetapi dalam prosesnya tidak mengikuti prosedur ilmiah. Dapat disimpulkan bahwa psikologi populer dan pseudosains tidak dapat terbukti kebenarannya karena tidak memiliki bukti yang akurat dan bersifat khayalan.
Nah, loh. Lalu kenapa psikologi populer dan pseudosains diminati masyarakat, ya?
Meskipun tidak dapat terbukti kebenarannya, psikologi populer dan pseudosains sangat diminati oleh masyarakat karena membenarkan pandangan masyarakat awam dan tidak berusaha mempertanyakan bukti dari pandangan tersebut. Ketidaktahuan masyarakat awam tentang kekeliruan ini juga memengaruhi. Hal inilah yang harus diluruskan kepada masyarakat awam agar tidak terjadi secara berkelanjutan.
Terus apa bedanya psikologi dengan psikologi populer dan pseudosains? Untuk mengetahuinya, yuk, simak penjelasannya
Perbedaan Psikologi (Ilmiah) dengan Psikologi Populer dan Pseudosains
Psikologi ilmiah atau lebin dikenal dengan “psikologi” tidak sama dengan psikologi populer dan pseudosains karena psikologi mempertanyakan kebenaran dari pandangan masyarakat, bukan membenarkan pandangan tersebut. Psikologi ilmiah akan menggali dan mengkaji sebuah fenomena melalui observasi, eksperiman, dan pengukuran. Observasi, eksperimen, dan pengukuran sangatlah penting karena salah satu ciri-ciri psikologi sebagai ilmu adalah menggunakan metode (observasi, eksperimen, pengukuran) dalam proses penelitiannya.
Cara Supaya Terhindar dari Kekeliruan Psikologi Populer dan Pseudosains
Setelah mengetahui perbedaan psikologi dengan psikologi populer dan pseudosains, berikut ini akan dijelaskan beberapa cara supaya tidak “terjebak” dalam ketidaktahuan terhadap psikologi populer dan pseudosains menurut Garry (2014):
1. Ajukan Pertanyaan: Bebaskan Rasa Ingin Tahu
Vincent Ruggiero (dalam Garry, 2014) mengemukakan hasil observasinya tentang kegiatan bertanya menjadi pemicu untuk berpikir kreatif:
“Mekanisme pemicu untuk berpikir kreatif adalah kecenderungan untuk ingin tahu, berpikir, menyelidiki, dan bertanya. Pertanyaan seperti ‘Apa yang salah di sini? dan/atau ‘Mengapa bekerjanya seperti ini dan bagaimana bisa menjadi seperti itu?’ dapat membuat kita menemukan berbagai persoalan dan tantangan.”
Dari pernyataan Vincent Ruggiero dapat kita lihat bahwa dengan bertanya, kita tidak akan mudah memercayai suatu hal dan akan menjadi seorang pemikir yang kritis. Pemikir kritis akan menikmati setiap prosesnya sehingga muncul kemungkinan adanya jawaban yang salah. Hal ini dapat membantu kita untuk tidak langsung percaya terhadap artikel psikologi yang masih belum jelas kebenarannya.
2. Menganalisis Berbagai Asumsi
Asumsi merupakan suatu pandangan yang diterima begitu saja di masyarakat. Sebagai pembaca, kita harus mencoba mengidentifikasi asumsi-asumsi yang dijadikan dasar dalam suatu buku ataupun artikel yang mengklaim isinya merupakan materi psikologi tanpa menyantumkan bukti penelitian. Jika kita tidak mencoba mengidentifikasinya, kemampuan untuk menilai kebenaran suatu asumsi akan terganggu dan pada akhirnya, kita masih tidak dapat terhindar dari kekeliruan psikologi populer dan pseudosains.
Setelah membaca artikel ini, diharapkan kita dapat lebih teliti dalam menyerap segala informasi yang masih belum jelas kebenarannya serta dapat membedakan antara psikologi dengan psikologi populer dan pseudosains sehingga tidak “terjebak” dalam kekeliruan yang berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Garry, W. T. (2014). Psikologi Edisi Kesebelas.
Wade, C., Tavris, C., & Swinkels, A. (2017). Psychology (Twelfth edition). Pearson.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook