Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhamad Cahya Rizqi

10 Hari yang Tertukar

Agama | Tuesday, 18 Apr 2023, 08:17 WIB

Berbahagialah bagi sekalian yang masih dianugerahi kesempatan berpuasa di bulan suci ramadhan. Tidak semuanya dapat merasakan anugerah hebat demikian, ada sebagian manusia yang tidak diberikan nikmat iman dan islam sehingga tidak diwajibkan berpuasa serta nikmat sehat sehingga tidak mampu melaksanakan puasa dengan sempurna.

Sebagian orang mendefinisikan ramadhan sebagai bulan suci. Mengingat pentingnya menjaga hawa nafsu dari segala sesuatu yang membatalkan dan merusak pahala puasa seseorang. Bukan hanya sebatas menahan lapar dan dahaga, tetapi mencegah segala potensi dari perbuatan maksiat secara lahiriyah dan bathiniyah.

Sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk memahami dan menghayati ilmu sebelum melakukan ibadah agar menjadi sesuatu yang bernilai. Termasuk ketika puasa berlangsung, ia harus mengetahui rukun, syarat dan hal yang membatalkan puasa agar selalu mawas diri dan dapat menjalankan kewajiban tersebut dengan sebaik-baiknya.

Salah satu hal yang disembunyikan Allah di dunia adalah lailatul qodar. Begitu banyak kaum muslimin yang berbondong – bondong agar dapat menghidupkan malam itu dengan I’tikaf dan serangkaian ibadah lainnya, seperti dzikir, tadarus Al Qur-an dan shalat sunnah, mengingat fadhilah dan keutamaan yang sangat besar bagaikan beribadah dalam waktu 1000 bulan sebagaimana termaktub dalam Q.S. Al Qodr ayat 3 yang artinya : “Lailatul qodar lebih baik daripada seribu bulan”.

Sumber foto : iNews.id

Bisa dikatakan 10 hari terakhir ramadhan adalah puncaknya. Sebab dalam berbagai hadits disebutkan bahwa lailatul qodar diprediksi tiba kehadirannya pada malam ganjilnya. Sebagian besar muslim sangat menanti – nanti kehadirannya dan lebih bersungguh – sungguh dalam melaksanakan amal ibadah karena ganjaran dilipatgandakan dengan lipatan yang sangat banyak.

Kebiasaan Rasulullah saw di 10 hari terakhir yang dianjurkan untuk dilakukan oleh umatnya tertuang dalam sebuah hadits riwayat Imam bukhori dan muslim, diantaranya adalah menghidupkan malam dengan shalat dan berbagai ibadah, membangunkan keluarganya untuk shalat malam dan ibadah lainnya dan tidak menggauli istri-istrinya. Perbuatan Rasulullah saw demikian harus dijadikan pembelajaran bagi umatnya untuk senantiasa lebih bersemangat dan mengembangkan kapasitas ketakwaannya.

Fenomena menghidupkan malam di 10 hari terakhir pada nyatanya hanya dialami oleh sebagian orang yang benar – benar membuktikan keimanannya. Sedangkan dalam kondisi lain, ternyata masih banyak umat islam yang disibukkan dengan berbagai aktifitas keduniawian serta lebih mempersiapkan diri untuk menyambut hari raya ‘idul fitri dibandingkan memaksakan diri untuk memperbanyak ibadah, seperti contoh berlomba-lomba pergi ke mall untuk berburu diskon pakaian lebaran, mencari – cari tiket mudik gratis, menghabiskan waktu mempersiapkan hidangan lebaran dan sebagainya.

Pemikiran terbalik yang timbul dari sebagian muslim yang ditandai dengan fenomena mall penuh dan masjid sepi, mudahnya membeli pakaian baru dan sulitnya saling membantu serta sudah padatnya kendaraan di jalan raya menjadi sebagian realitas masyarakat yang lebih memperhatikan persiapan lebaran daripada persiapan ibadah di penghujung ramadhan, artinya lebih memilih menghidupkan malam dengan persiapan lebaran dibandingkan amal kebaikan.

Definisi “berburu” yang tertukar, seharusnya berburu fadhilah lailatul qodar malah berburu diskon lebaran. Kebiasaan itu seringkali dialami sebagian muslim yang tidak mengetahui keistimewaan lailatul qodar. Seolah – olah bersikap biasa saja ketika bulan ramadhan akan pergi meninggalkannya, Padahal Rasulullah saw beserta para sahabatnya sangat sedih hingga menguraikan air mata karena berpisah dengan bulan terijabahnya do’a, terlipatgandakannya pahala dan terampuninya dosa-dosa.

Sudah jelas Rasulullah saw menegaskan bahwa berpisahnya bulan ramadhan merupakan sebuah musibah bagi seorang muslim dan belum tentu dapat dipertemukan lagi dengan ramadhan tahun berikutnya. Maka jika seseorang mengetahui keutamaan dan keistimewaan bulan ramadhan, maka niscaya ia menghendaki agar bulan – bulan lainnya seperti bulan ramadhan.

Pentingnya menata hati dalam setiap ibadah yang dilakukan, karena seluruh perbuatan tergantung bagaimana niatnya. Apabila seseorang melaksanakan puasa hanya sekedar menggugurkan kewajibannya saja, maka tidak akan ada yang ia dapatkan kecuali hanya rasa lapar dan dahaga. Tetapi, apabila niatnya berlandaskan keimanan dan kesungguh-sungguhan, maka ia akan memaksimalkan momentum bulan ramadhan dengan memperbanyak amal shaleh lainnya. Ketika kemarin tidak mampu menyambut kedatangan bulan ramadhan dengan baik, maka tutuplah dengan kesan yang baik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image