Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nabila Annuria

Melancarkan Proses Kreatif di Sekolah

Sekolah | Sunday, 16 Apr 2023, 15:10 WIB
Ilustrasi transformasi digital dalam pembelajaran dan proses kreatif - dok Republika

Pelaksanaan Bulan Merdeka Belajar tahun 2023 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) perlu dilengkapi dengan fasilitas siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup dan bakatnya. Program Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya jangan hanya menjadi kebijakan populis. Namun harus benar-benar membumi dan berkelanjutan dari rezim pemerintahan yang satu ke yang lain.

Merdeka berbudaya menggambarkan kebebasan individu untuk mengekspresikan siswa dalam budaya, termasuk seni, musik, bahasa, adat istiadat, dan tradisi. Merdeka berbudaya penting dalam pembelajaran karena membantu siswa untuk mengeksplorasi dan mengembangkan minat mereka dalam berbagai bentuk ekspresi budaya, dan memahami serta menghargai keanekaragaman budaya.

Perlu platform digital yang bisa menjadi sistem agregasi karya siniar atau podcasting siswa. Platform siniar itu sangat berguna untuk memperlancar proses kreatif siswa terkait dengan pelajaran bahasa, kesenian, sosial, Pancasila dan kewarganegaraan, budaya dan lain-lain. Tak kurang dari Mas Menteri Nadiem Makarim sering membuat konten siniar yang isinya sangat filosofis. Salah satu kreasi siniar Mas Menteri adalah tentang skolastik pendidikan, yakni paham atau mahzab yang menjunjung tinggi sistem logika dalam dunia pendidikan. Paham itu lahir sejak era Aristoteles dan kini menjadi relevan kembali.

Pemerintah sudah meluncurkan platform siniar sebagai alih wahana karya sastra Indonesia ke dalam medium audio untuk memperkenalkan dan menghidupkan kembali karya sastra Indonesia. Namun platform tersebut belum bisa optimal dalam menunjang proses kreatif bagi seluruh siswa sekolah.

Para kreator siniar di sekolah perlu didorong untuk memproduksi konten-konten yang bisa menimbulkan gelora optimisme bangsa. Serta memiliki kepedulian terhadap lingkungan, penghormatan atas keanekaragaman seni dan budaya lokal yang menjunjung tinggi nilai Bhineka Tunggal Ika. Indonesia memiliki potensi pariwisata dan industri kreatif yang cukup besar di hampir semua bidang. Seperti produk kerajinan, destinasi wisata, kuliner, budaya, dan lingkungan hidup. Disisi ain, siniar merupakan media yang memiliki kemampuan untuk memahami, menggali, dan menginformasikan berbagai potensi ini di tingkat lokal.

Kreator siniar di sekolah perlu mempertimbangkan ketersediaan sumber daya untuk mengerjakan topik-topik yang dipilih.Misalnya, beberapa situs industri kreatif atau destination management organization (DMO) menyediakan materi siniar berisi konten wisata. Melancarkan proses kreatif di sekolah pada gilirannya bisa menggelorakan optimism bangsa. Optimisme adalah energi agar produktivitas dan kreatifitas bangsa tetap terjaga.

Siniar atau podcast adalah serangkaian file audio digital kata yang diucapkan secara episodik yang dapat diunduh pengguna ke perangkat pribadi agar mudah didengarkan. Aplikasi streaming dan layanan podcasting menyediakan cara yang nyaman dan terintegrasi untuk mengelola antrian konsumsi pribadi di banyak sumber podcast dan perangkat pemutaran. Perlu membuat konten agregasi industri kreatif lokal dan destinasi wisata daerah yang berbasis sekolah. Pengelolaan materi podcast audio pada dasarnya sama dengan ragam bentuk media lain. Dalam bukunya “Expert Podcasting for Dummies”, Morris, Terra, dan Williams menekankan pentingnya perencanaan dengan terlebih dahulu menentukan topik yang sesuai.

Mewujudkan masyarakat digital untuk meneguhkan budaya adalah tantangan bangsa Indonesia ke depan. Pemajuan kebudayaan di desa menjadi salah satu program prioritas Kemendikbud Ristek. Sebanyak 350 desa menjadi sasaran dari program ini. Bertujuan untuk mengaktifkan ekosistem pemajuan kebudayaan masyarakat di desa dengan mengenali, menarasikan dan menyiarkan potensi budaya desa.

Fenomena kecanduan gawai yang terjadi pada sebagian kaum milenial perlu solusi yang mendasar. Transformasi digital yang tengah berlangsung di negeri ini telah menimbulkan dampak negatif bagi kejiwaan serta perilaku boros. Digitalisasi dan akses internet mestinya bisa mengubah perilaku warga bangsa semakin produktif. Namun aspek bimbingan orang tua dan sekolah kurang berhasil mentransformasikan sikap mental para remaja dan anak-anak menghadapi disrupsi teknologi dan tranformasi digital.

Indonesia semakin diwarnai dengan kerawanan generasi milenial yang mengalami ketergantungan akut terhadap akses internet. Kini masalah konektivitas menjadi candu bagi generasi muda. Sayangnya hal tersebut belum mendongkrak produktivitas dan nilai tambah individu. Belanja teknologi informasi dikalangan generasi milenial justru makin boros dan kurang digunakan untuk hal-hal yang produktif.

Berdasarkan penelitian Alvara Research Center terdapat beberapa ciri generasi milenial. Mereka mengakses internet setiap waktu mulai bangun tidur hingga kembali tidur. Kerawanan yang mengintai generasi milenial juga berupa kecenderungan anti sosial.

Untuk mengatasi kecanduan gawai dan usaha untuk meningkatkan nilai tambah individu terkait dengan penggunaan internet perlu mewujudkan platform digital yang bisa menjadi media proses kreatif dan untuk asesmen sekolah.

Transformasi digital mestinya melahirkan generasi yang mampu melakukan konektivitas produktif, konten kreatif, kolaborasi inovasi, dan pengembangan pemikiran kontekstual.Negara maju seperti halnya Amerika Serikat telah berusaha keras untuk atasi dampak negatif penggunaan internet bagi generasi milenial. Kerisauan terhadap dampak negatif perkembangan teknologi digital bagi generasi bangsa tergambar dalam buku Mark Bauerlein yang pernah menjadi best seller. Yakni “The Dumbest Generation”. Buku Bauerlein itu mengulas tentang pembodohan dan sifat boros anak-anak Amerika Serikat akibat akses internet dan games.

Pihak PGRI menyampaikan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka memberikan perubahan besar terhadap guru dan siswa. Dengan mengedepankan proses pembelajaran yang esensial dan minat bakat, proses ini akan menjadi sebuah interaksi yang sesuai dan menciptakan ruang pembelajaran yang lebih asyik. Dampak yang terjadi dengan Implementasi Kurikulum Merdeka membuat proses pembelajaran di ruang kelas terasa lebih rileks dan sesuai dengan perkembangan teknologi.

*) Nabila Annuria, pemerhati proses kreatif masyarakat dan kebudayaan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image