Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rahman Tanjung

Shaf yang Berkurang dan Lampu Merah

Agama | 2023-04-16 10:20:17
Umat Muslim sedang Melaksanakan Shalat Berjamaah (sumber: pexels.com/Kafeel Ahmed)

Sore itu sebelum jam pulang kantor, saya sempat ngobrol dengan salah seorang rekan kerja yang menyoroti soal kegiatan shalat Tarawih di daerahnya yang makin lama makin berkurang shaf shalatnya. Padahal berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim, menyebutkan bahwa: “Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan ramadhan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut.” (HR. Muslim)

Hal tersebut menunjukkan betapa sangat pentingnya melakukan ibadah dan amalan-amalan baik lainnya di 10 hari terakhir Ramadan.

Seperti kita ketahui bahwa Ramadan merupakan bulan yang penuh berkah dan memiliki banyak keutamaan, di mana umat Muslim di seluruh dunia berlomba-lomba dalam menjalankan ibadah puasa dan amalan-amalan baik lainnya.

Terdapat sebuah hadits Nabi yang menggambarkan betapa besar keutamaan bulan Ramadan dan betapa pentingnya bagi kita untuk memanfaatkan waktu di bulan suci ini dengan sebaik-baiknya. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mengetahui keutamaan Ramadan dengan sebenar-benarnya, maka pasti ia tidak ingin ditinggalkan oleh bulan ini." (HR. Tirmidzi)

Dalam hadits ini, Rasulullah SAW menyatakan bahwa apabila kita benar-benar memahami dan menyadari keutamaan Ramadan, maka kita tidak akan ingin melewatkan kesempatan untuk memperbanyak ibadah di bulan suci ini, terutama di 10 hari terakhir yang memiliki keutamaan yang sangat besar.

Dengan memperbanyak ibadah di 10 hari terakhir Ramadan, kita akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat dan kesempatan untuk meraih keberkahan dari malam Lailatul Qadar.

Berkurangnya Shaf Tarawih

Salah satu ibadah yang sangat penting di bulan Ramadan adalah shalat Tarawih, di mana umat Muslim berkumpul di masjid atau mushalla untuk melaksanakan shalat berjamaah yang khusus dilaksanakan di bulan ini.

Sekelompok Wanita sedang Buka Bersama (sumber: pexels.com/Thirdman)

Ada suatu fenomena yang terjadi di 10 hari terakhir Ramadan, yaitu berkurangnya shaf shalat Tarawih di masjid atau mushalla. Banyak orang yang sibuk dengan berbagai kegiatan, sehingga tak sempat untuk ikut berjamaah shalat Tarawih.

Beberapa beralasan karena sibuk mengikuti acara buka bersama (Bukber) sehingga bisa melakukan Tarawih sendiri di rumah, belanja untuk persiapan hari raya atau lebaran, sibuk membuat kue-kue untuk sajian lebaran nanti atau mempersiapkan acara silaturahmi dengan keluarga dan sahabat, sehingga tidak lagi memprioritaskan ibadah shalat Tarawih berjamaah.

Sebagai umat Muslim, kita tentu saja diwajibkan untuk mengutamakan ibadah dan menunaikan kewajiban kita sebagai hamba Allah. Shalat tarawih apalagi dilaksanakan secara berjamaah adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadan, dan mengabaikan ibadah ini hanya karena sibuk dengan persiapan hari raya adalah tindakan yang tidak sepatutnya.

Hal ini bukan berarti kita sama sekali tidak boleh mengikuti acara Bukber atau sekedat berbelanja untuk persiapan hari raya atau lebaran, namun sebagai umat Muslim kita tentu harus bisa mengatur waktu dengan bijak dan tetap menjadikan ibadah sebagai prioritas utama. Jangan sampai gara-gara Bukber atau persiapan hari raya menjadi penghalang bagi kita untuk meraih berkah bulan Ramadan yang sebenarnya.

Selain itu, kita juga harus memahami bahwa shalat Tarawih bukanlah ibadah yang hanya dilakukan untuk menyenangkan diri sendiri atau untuk mencari pahala semata. Shalat tarawih merupakan salah satu cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menguatkan hubungan kita dengan-Nya.

Tidak hanya sebagai bulan yang penuh berkah, Ramadan juga memiliki 10 hari terakhir yang memiliki keutamaan yang sangat besar. Di dalam 10 hari terakhir ini terdapat malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang mendirikan shalat pada malam Lailatul Qadar dengan penuh iman dan harapan akan mendapatkan ampunan dosa-dosanya yang lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hal ini, para ulama dan dai sering mengingatkan kita untuk tidak mengabaikan ibadah shalat Tarawih dan memberikan nasehat agar kita tetap memperbanyak ibadah di 10 hari terakhir Ramadan.

Analogi Lampu Merah

Analogi yang tepat untuk menggambarkan fenomena berkurangnya shaf shalat Tarawih di 10 hari terakhir Ramadan tersebut adalah seperti orang yang sedang menunggu lampu hijau ketika berkendara.

Sebelum masuk ke Ramadan, banyak umat Islam yang penuh antusias dan menantikan kedatangan bulan suci ini. Seperti menunggu lampu merah yang akan berganti hijau, mereka telah bersiap-siap dengan berbagai amalan dan niat baik untuk menyambut Ramadan.

Namun, ketika akhirnya Ramadan tiba, terutama di 10 hari terakhir yang dianggap sebagai fase terakhir yakni 10 hari ketiga atau Itqun minan Nar yang berarti pembebasan dari api neraka. Banyak orang yang seakan mengindahkan Ramadan.

Shaf jamaah di masjid saat Tarawih menjadi berkurang, dengan alasan sibuk mengikuti buka bersama, mempersiapkan belanja untuk Idul Fitri, atau berbagai alasan lainnya. Bahkan beberapa di antaranya malah tidak menjalankan ibadah puasa.

Padahal, inilah momen yang seharusnya menjadi waktu puncak ibadah di bulan Ramadan. Seperti ketika lampu hijau yang telah menyala, mereka malah meninggalkan lampu hijau itu, padahal mereka cukup lama menanti menyalanya lampu hijau.

Seharusnya saat bulan Ramadan merupakan saat untuk melaju dan memperbanyak amalan ibadah. Namun, sayangnya, banyak yang melewatkan kesempatan ini dan mengurangi kualitas ibadah mereka di 10 hari terakhir Ramadan.

Sebagai umat Islam, kita seharusnya tidak hanya menantikan masuknya Ramadan, tetapi juga mengisi bulan suci ini dengan amalan yang sebanyak-banyaknya, terutama di 10 hari terakhir yang memiliki keutamaan yang besar. Shalat tarawih di masjid dengan shaf yang penuh seharusnya menjadi prioritas, meskipun di tengah kesibukan persiapan hari raya idul fitri atau pun kegiatan lainnya.

Kita harus mengingat bahwa Ramadan adalah waktu yang istimewa dan terbatas, seperti lampu hijau yang tidak akan selamanya menyala. Kita harus memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya, agar kita tidak melewatkan kesempatan untuk meraih keberkahan dan keutamaan Ramadan yang sebenarnya.

Marilah kita mengubah mindset kita dan menghadapi 10 hari terakhir Ramadan ini dengan semangat yang sama seperti saat menantikan kedatangan bulan suci ini.

Jangan sampai kita kehilangan kesempatan untuk meraih keberkahan dari malam Lailatul Qadar hanya karena terlalu sibuk dengan persiapan hari raya atau sekedar mengikuti bukber dan meninggalkan shalat Tarawih.

Mari kita tingkatkan kualitas ibadah kita, termasuk shalat tarawih di masjid, dan menjadikan Ramadan sebagai waktu yang benar-benar dihargai dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Semoga kita semua dapat meraih keberkahan dan keutamaan Ramadan yang sebenarnya, serta dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan meraih berkah Ramadan yang sebenarnya. Aamiin.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image