Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gili Argenti

Merintis Partai Ideologis Di Pemilu 2024

Politik | 2023-04-11 09:00:47
Ilustrasi bendera partai politik, sumber : www.merdeka.com

Penolakan Israel menjadi peserta Piala Dunia U-20 yang disuarakan sebagian tokoh partai politik di Indonesia, bisa kita bisa maknai kembali hadirnya politik ideologis di Indonesia, setelah sekian lama kita melihat sikap politik pragmatisme di kalangan elit, hanya fokus mengejar tingkat elektabilitas politik, tanpa berani memperlihatkan kerangka berpikir ideologis secara tegas dan jelas.

Padahal partai politik itu tidak bisa dipisahkan dari ideologi mereka miliki, keduanya merupakan entitas melekat satu sama lain, yang tidak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari mata uang logam yang menjadi satu kesatuan pada kedua sisinya.

Ideologi secara sederhana artinya ide, pemikiran, atau gagasan. Ketika partai politik memilih ideologi sebagai asas, maka partai politik itu secara totalitas siap memperjuangkan pemikirannya dalam kontestasi politik. Perjuangan politik sejatinya pertarungan pemikiran atau gagasan di antara berbagai kekuatan politik, setiap partai sudah seharusnya memiliki basis pemikirannya masing-masing, yang dipastikan berbeda, dilihat dari beragam perspektif, program kerja, visi-misi, dan platform politik.

Kalau semua partai politik konsisten menawarkan solusi atas berbagai problem sosial dari kaca mata ideologinya masing-masing, bisa dipastikan wajah politik di negara kita, semarak dengan berbagai ide-ide cemerlang, hal ini tentunya berdampak pada semakin cerdas dan kritis masyarakat, ketika melihat narasi ideologi yang beragam antara satu partai dengan partai lain.

Terlebih menurut Abu al-Hasan al-Mawardi dalam bukunya berjudul Adabu ad-Dunya wa ad-Din, mengatakan politik itu merupakan pabrik pemikiran. Artinya dunia politik seharusnya menawarkan berbagai pemikiran serta gagasan untuk membangun bangsa di masa depan, dengan menggali konseptualisasi dari basis ideologi yang dimiliki.

Ideologis VS Pragmatisme Politik

Pengertian ideologi diambil dari kata idea artinya mengetahui atau melihat menggunakan akal budi, serta tambahan kata logi bermakna pengetahuan. Jadi ideologi adalah pengetahuan tentang berbagai pemikiran ketika memandang dan menganalisis sebuah fenomena sosial.

Dari definisi tersebut sewajarnya bila partai politik memiliki pijakan ideologinya, maka konsekuensi dari keragaman ideologi itu, program politik yang disusun harusnya memiliki perbedaan, karena program politik merupakan turunan dari ideologi masing-masing partai. Tetapi justru kita sulit menemukan diferensiasi satu partai dengan partai lain, sukar kita menemukan perbedaan program politik mencolok diantara mereka, meskipun kita menganut sistem multi partai

Berdasarkan riset dari Ambardi (2009) partai politik di era reformasi umumnya memiliki karakteristik kartel, ketika masa kampanye mereka berkontestasi sangat ketat dan sengit, tetapi ketika sudah terdapat pemenang pemilu, justru kompetisi ideologi itu berakhir menjadi kompromi politik. Partai akhirnya terlibat kartelisasi politik menjadikan asas manfaat sebagai tujuan dalam berpolitik, mereka tidak lagi menjadikan ideologi sebagai ruh dari gerakan.

Membangun Basis Ideologis

Membangun partai ideologis maksudnya membangkitkan kembali gagasan genuine dari partai politik tentang bagaimana membangun negara bangsa kedepan, ideologi memang pemikiran abstrak yang bersifat konseptual tentang diskursus bagaimana cara mengubah sistem dan kondisi masyarakat saat ini, menuju tatanan sosial masyarakat yang diimpikan atau diharapakan. Inti dari ideologi sendiri adalah berusaha merubah struktur politik timpang menjadi struktur bangunan sosial adil, setara, dan sejahtera. Fungsi ideologi hendaknya mampu membangkitkan kesadaraan masyarakat terhadap berbagai permasalahan dihadapi, pemikiran tertuang dalam ideologi partai harus berpijak pada permasalahan muncul ditengah-tengah masyarakat.

Fungsi ideologi berikutnya, alat pertarungan partai politik ketika memperjuangkan kondisi ideal masyarakat, setiap ideologi partai mempunyai proyeksi masing-masing tentang masyarakat ideal akan diwujudkan, dengan banyak partai seharusnya terdapat beragam proyeksi politik, sehingga jagat politik kaya berbagai narasi cemerlang, terjadi benturan pemikiran bersifat dialektis, terkait bagaimana membangun tatanan politik dan demokrasi dimasa datang. Jadi politik tidak selalu bermakna konsensus, terkadang kontradiksi politik menjadi kewajaran, sebab progresifitas peradaban bisa terlahir dari benturan pemikiran dan gagasan.

Strategi Ideologi Partai di Pemilu 2024

Partai politik mempunyai ideologi kuat memiliki keuntungan dalam kontestasi elektoral, masyarakat lebih mudah mengidentifikasi partai politik itu diantara partai-partai lain, terlebih bila memiliki kemampuan menjadi solusi dari setiap masalah dihadapi masyarakat. Di sinilah pentingnya bagi partai politik membedakan ideologinya, dari partai-partai lain menjadi pesaing politiknya.

Terdapat beberapa strategi ideologi bisa ditempuh partai agar memiliki positioning kuat dibenak kognitif para pemilih.

Pertama, ideologi partai itu memiliki nilai tinggi, maksudnya tidak sekedar memiliki narasi berbeda, tetapi program politik ditawarkan bersumber dari ideologi dianut, memiliki dampak positif bagi kehidupan masyarakat, ia mampu mempraksiskan pemikiran abstrak menjadi solusi kongkrit. Kedua, meski pemikiran terkandung dalam ideologi umumnya bersifat abstrak, harus mampu disampaikan kepada masyarakat dengan bahasa lugas, terang, kongkrit, dan mudah dipahami. Sehingga masyarakat mengerti bahwa ideologi ditawarkan partai politik lebih baik dari narasi ideologi partai lain. Ketiga, narasi ideologi dari partai memiliki keunikan dan kekhasan, meski ada proses peniruan dari rival politiknya, ingatan kognitif masyarakat sudah terlanjur merekam, bahwa narasi ideologi tersebut hanya dimiliki satu partai saja, partai lain tidak lebih sekedar pengekor. Keempat, ideologi partai mutlak memiliki legitimasi untuk mengendalikan kepatuhan kader, menjaga dukungan atas ideologi, serta merekontruksi pemikiran untuk menjustifikasi tindakan.

Dari strategi narasi ideologi diharapkan kedepan partai-partai politik memiliki jati diri kuat, serta teguh memegang identitas ideologinya, siap berkontestasi politik dalam memasarkan pemikirannya, tetapi berlapang dada untuk menerima kekalahan, kalau ternyata narasi ideologi dari partai lain, lebih diterima oleh publik secara luas, artinya terbuka ruang melakukan perenungan atas ideologi dimiliki untuk melakukan kontekstualisasi, serta diuji kembali di pemilu berikutnya. Itulah siklus kontestasi politik sebenarnya, siap memerintah dan siap berada diluar kekuasaan.

Gili Argenti, Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image