Wujudkan Generasi Entrepreneurship Melalui Kurikulum Merdeka
Eduaksi | 2023-04-08 00:14:09Sebagai generasi muda anak-anak dituntut untuk memiliki kompetensi untuk menghadapi era globalisasi yang serba canggih ini dengan tetap teguh pada nilai-nilai pancasila. Dengan adanya tantangan tersebut, kurikulum merdeka seolah menjadi jawaban yang pas untuk mewujudkan potensi anak dalam menangani masalah yang akan dihadapinya. Sehingga dengan adanya kurikulum merdeka dan implementasi dari P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) diharapkan anak-anak dapat memiliki jiwa kreatif, berpikir kiritis, mandiri dan inovatif dalam menghadapi permasalahan dunia.
Setiap anak itu tumbuh dan berkembang terlepas dari kehendak orang dewasa, mereka perlu bisa menentukan dirinya sendiri ingin menjadi orang bagaimana dan seperti apa melalui pendidikan yang diterima dan dijalani sejak dini. Pada dasarnya “Pendidikan harus berorientasi pada tindakan dan hasil, bukan hanya sekadar memperoleh pengetahuan” (Ki Hajar Dewantara). Itu artinya pendidikan perlu memberikan fasilitas yang cukup dalam membekali anak tidak hanya berupa pengetahuan akan tetapi keterampilan melaui potensi yang dimiliki pada tiap individu anak.
Menemukan Potensi Anak Melalui Sarana Pendidikan
Peran dunia pendidikan tentunya harus membantu anak untuk menemukan potensi dan cara mengembangkan potensi tersebut. Pada prinsipnya semua manusia tidak ada yang diciptakan untuk terlantar, semua manusia berhak mendapatkan pendidikan pengetahuan dan keterampilan yang cocok pada dirinya untuk dapat meningkatkan kemampuan.
Ibaratnya planet di luar angkasa tentu memiliki orbitnya masing-masing dan tidak ada satu pun orbit yang ditempati oleh dua planet yang berbeda. Itu artinya dunia pendidikan yang berhasil adalah ketika pendidikan mampu membantu anak untuk menemukan orbitnya sendiri diantara perbedaan dirinya dan teman-teman disekitarnya.
Budaya Pendidikan di Indonesia
Budaya atau kultur pendidikan yang selama ini dibangun dan dilaksanakan secara sistematis yakni hanya memberikan satu jalan kepada anak. Padahal dalam mencapai satu tujuan bukan berarti anak harus pula melalui hanya dengan satu jalan.
Analoginya jika terdapat lima orang anak yang memiliki satu tujuan yakni pergi ke sekolah. Tentu untuk sampai ke tujuan mereka berasal dari start yang berbeda, memakai kendaraan yang berbeda dan di jam yang berbeda, namun apa jadinya jika ke lima anak tersebut kita paksa untuk berangkat dari tempat yang sama, memakai kendaraan yang sama dan di jam yang sama? tentu mereka akan mengalami banyak kesulitan dan ujung-ujungnya malah bisa saja tidak akan sampai ke tempat tujuan bukan? Mirisnya, begitulah dunia pendidikan selama ini, puluhan anak dalam satu kelas dipaksa untuk menempuh hanya melalui satu jalan, yaitu dengan pemberian materi pelajaran yang sama, sumber belajar yang sama, pengalaman yang sama, tugas yang sama dan ujian dari kriteria penilaian yang sama. Hal tersebut tentu akan menghasilkan output yang tidak maksimal. Karena cara yang dilakukan seperti itu hanya cocok untuk sebagian kecil anak di dalam kelasnya, sehingga itulah mengapa hanya ada beberapa anak yang memiliki peringkat unggul di kelas. Dan sebagian besar yang lainnya belum tentu cocok dengan cara belajar yang diterapkan.
Nah berangkat dari analogi tersebut, paradigma bahwa untuk mencapai keberhasilan anak harus menempuh jalan yang samalah yang harus diubah dan diperbaiki.
Kurikulum Merdeka Menumbuhkan Jiwa Entrepreneurship Anak
Dalam upaya perbaikan budaya pendidikan tersebut Menteri Pendidikan, Kebudaayan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Mas Menteri Nadiem Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka pada Februari 2022 lalu sebagai program merdeka belajar dalam peningkatan kualitas pembelajaran.
Sehingga sekarang ini, diterapkannya Kurikulum Merdeka memberikan ruang yang besar bagi seluruh anak untuk dapat menemukan jati diri melalui potensi dirinya masing-masing. Dalam hal ini salah satu bagian dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang terdapat dalam Kurikulum Merdeka adalah mengenai Kewirausahaan dalam mengembangkan jiwa entrepreneur.
Semua anak itu terlahir menjadi pengusaha, tetapi dengan usaha yang berbeda-beda. Pengusaha itu bukan hanya wirausaha dalam hal berdagang namun usaha dalam mengajak orang lain, usaha dipercaya orang lain, dan usaha berupa jasa yang kita miliki. Itu artinya semua orang memang diciptakan menjadi pengusaha namun dengan cara dan usaha yang berbeda. Dan dalam Kurikulum Merdeka ini, anak diberikan ruang yang sangat besar untuk melihat potensinya melalui karakter diri yang dimiliki bukan hanya melalui pelajaran/materi.
Anak-anak sejak dini diajarkan untuk dapat melihat dari kacamata dan karakternya sendiri dalam mencari peluang dan menciptakan usahanya sendiri. Tahapan yang dapat diterapkan pada anak adalah :
1. Tahap Ekspolarasi, yakni anak terlebih dahulu diajarkan pengetahuan dasar mengenai kewirausahaan, pelaku usaha, bagaimana cara menumbuhkan kreatifitas dan inovasi, serta hal-hal yang diperlukan dalam bekerja sama secara tim.
2. Tahap Kontekstualisasi, yaitu anak-anak diajak langsung untuk mengunjungi tempat produksi dari pelaku usaha yang ada di sekitar daerah dalam memberikan pemahaman langsung yang lebih terasa.
3. Tahap Aksi Nyata, anak-anak ditugaskan untuk melakukan praktik dari ilmu yang sudah diterima sebelumnya yang disesuaikan dengan kemampuan anak dalam melihat peluang usaha, mendesain logo dan kemasan, melakukan pemasaran hingga tahap promosi dan penjualan. Pada tahap ini tentu akan menghasilkan pelajaran dan pengalaman yang akan berdampak pada pola pikir anak.
4. Tahap Refleksi & Evaluasi, di tahap terakhir ini anak menerima feedback dari hasil produk yang dijual dan mengevaluasi hasil dari tahap konsep hingga penjualan produk. Ditahap ini diharapkan anak dapat melakukan evaluasi perbaikan baik secara konseptual hingga produk yang dijual.
Dari civitas akademik Podomoro University, Rizki Amelia selaku Wakil Kepala Program Bisnis Perhotelan Podomoro University mengungkapkan bahwa di Podomoro University sendiri sudah menerapkan Kurikulum Entrepreneur yang dilandasi oleh Kurikulum Merdeka untuk mendukung dan mengembangkan potensi anak dalam berjiwa wirausaha, “Di kurikulum kami, tahun pertama anak diajarkan Operational Skills, di tahun kedua adalah Introduction to Middle Management Skills, tahun selanjutnya Technical Proficiency, dan di tahun terakhir mengenai Upper Management Skills” kata Rizki dalam acara adonta edutalks bertema "Integrasi kemampuan Wirausaha dalam Kurikulum Pendidikan Indonesia".
Pemanfaatan Kurikulum Merdeka di bidang kewirausahaan ini dapat menjadi strategi yang efektif untuk menumbuhkan jiwa entrepreneurship pada anak. Kurikulum Merdeka menekankan pada pembelajaran yang lebih mandiri, kreatif dan inovatif sehingga anak dapat belajar dan mengeksplorasi sesuai dengan minat dan kemampuan untuk mendapat pengalaman yang relevan dalam membangun keterampilannya. Pada konteks wirausaha, pendekatan ini dapat mengenalkan anak pada konsep bisnis dasar seperti pengembangan produk, pemasaran, mencari peluang usaha dan manajemen keuangan yang berdampak tidak hanya untuk hard skill tetapi juga keterampilan soft skill pada anak. Selain itu, pendekatan berbasis keterampilan ini juga dapat membantu anak mengembangkan sikap positif terhadap kegagalan, inovasi, dan risiko, yang merupakan faktor kunci dalam kewirausahaan.
Penerapan Kurikulum Merdeka khususnya di bidang Kewirausahaan ini diharapkan dapat menciptakan generasi bangsa yang lebih mandiri, kreatif, inovatif, kritis, problem solver yang memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.