Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lintang Gumilang

Memori Hangat Ramadhan Dulu dan Semangat Ramadhan Kini

Gaya Hidup | Thursday, 06 Apr 2023, 08:21 WIB
(sumber: https://cyberthreat.id/)

“Tanggg.. heeii bangun! Kamu ketinggalan ceramah ntar ngga dapet tanda tangan pak ustaz lho,” bisik Sally di dekat kupingku.

Aku kaget dan membelalakkan mata. Buku di tanganku hampir jatuh, pulpennya bahkan sudah merosot di sajadahku. Aku mengusap-usap mata untuk mengusir kantuk.

Sally adalah tetanggaku, dan kami memang beda sekolah. Tapi kami punya tugas yang sama. Mendengarkan ceramah setelah tarawih, mencatatnya, dan minta tanda tangan pak ustzaz selepas tarawih.

Ya, saat itu kami sedang mendengarkan ceramah singkat usai salat terawih. Setelah ceramah baru menjalankan witir. Jadi kami ngga bisa pulang. Mau ngga mau harus ikut ceramah, ikutan witir, baru antri sama anak-anak lain buat minta tanda tangan pak ustaz selaku imam.

Jaman dulu belum ada jaringan internet cepat yang memudahkan kami menyimak ceramah lewat streaming sih huhuu.

Masalahnya kadang kami bergantian ngantuk hehehe. Jadi kami juga gantian sih dengerin ceramah, nanti tinggal nyontek dan re-write wkwkwk.

Sorenya kami tadarusan di masjid. Tahu ngga sih, kami ngaji pakai mikrofon masjid yang bisa didengar satu kampung lho. Jadi nanti tiap pergantian ‘ain, gantian sama temen sebelahnya. Temen-temen dan ustazah bisa menyimak.

Bagiku ini seru banget, dan aku bangga juga lho suaraku bisa didengerin orang se-kampung. Hehehe.

Kami tadarusan sampai sebelum magrib. Kalau yang ada jadwal bawa takjil ke masjid boleh pulang duluan. Kalau yang ngga kebagian jadwal sih bisa lanjut buka bersama di masjid.

Jadi kami punya jadwal berbagi takjil di kampung.

Mama akan membantuku menyiapkan takjil yang akan dibawa ke masjid. Dulu aku cuma bisa bikin es campur, atau bawa puding bikinan sendiri. Sedangkan Sally, sahabatku yang Arab itu biasanya bawa roti maryam atau kebab.

Berbagi Kartu Ucapan Lebaran yang Menghangatkan Hati

Bulan Ramadan memang selalu punya cerita di hati. Ada saja hal-hal yang membuat hati hangat. Kami memang masih sekolah meskipun pulang lebih awal. Jadi kami menunggu liburan hari raya.

Saat liburan hari raya, waktunya aku dan sepupuku ngumpul buat liburan menginap di rumah yangti sampai hari raya tiba. Yah, yangti punya toko kain dan kelontong. Kami pasti bantuin jaga kalau liburan sekolah panjang.

Apalagi beberapa pekan sebelum hari raya, pasti tokonya yangti rameeee banget. Aku sama Cita, saudaraku, seneng banget bisa bantuin, karena kami akan lupa waktu sampai sore. Jaman dulu kan kami ngga punya gawai.

Seminggu sebelum hari raya, Abah akan menyuruh kami berbagi kartu ucapan Idul Fitri buat temen-temen abah. Abah itu sebutan untuk kakek kami. Abah adalah sesepuh yang dihormati di kampung Sumber Pucung, rumah eyang kami.

Aku sama Cita akan menulis kartu ucapan untuk dikirimkan lewat pos. Kami menulis sendiri alamat rekan-rekan Abah. Karena kartunya kan sudah disiapkan beserta tulisan ucapannya.

Kami juga yang menempel perangko dan mengantarkan ke kantor pos. Serius, seseru itu!

Berbagi Ucapan Lebih Mudah Lewat Digital

Setelah Abah meninggal, rasa-rasanya ada momen yang tiba-tiba hilang. Kepergian Abah membuat kami semua kaget dan sedih. Abah orang baik yang banyak membantu orang. Pada hari raya berikutnya, aku sama Cita sudah tidak menulis kartu ucapan lagi.

Sepertinya lebaran kali itu ada yang kurang. Kami kehilangan Abah dan semua rasa sayang beliau untuk kami.

Kini, anak-anak jaman sekarang sudah tak ada lagi tugas untuk mengumpulkan ceramah dan meminta tanda tangan pak ustaz.

Sebagai gantinya kami bisa mengumpulkan rangkuman ceramah harian boleh dari ceramah di masjid atau dari kuliah online seperti kajian lewat internet. Asalkan ada jaringan internet cepat, aku bisa mengakses kajian online, bahkan tahsin lewat G-meet. Bahaya kalau koneksinya putus-putus, kan ustazah jadi ngga bisa menyimak maksimal hehe.

Ada satu hal ilmu dari Abah yang aku jaga dan ku lanjutkan hingga saat ini,

“Jaga silaturahim. Dari sana akan membawa banyak keberkahan, memperpanjang umur, dan melapangkan rezeki. Jangan sampai putus persaudaraan.”

Makanya selama Abah hidup, beliau rajin berkirim kabar dan kartu ucapan hari raya untuk teman dan sahabat jauh. Agar tali silaturahim terus terjalin.

Era digital pun membawa kemudahan bagiku saat ini. Aku tak perlu lagi berkirim kartu ucapan hari raya lewat pos. Berbekal jaringan internet cepat dari IndiHome milik Telkom Indonesia, aku bisa menjalin silaturahim dengan banyak orang.

Aku bisa bikin variasi kartu ucapan lewat Canva, dan kukirimkan melalui WhatsApp atau email. Semudah itu. Praktis banget dan minim biaya.

Selain itu modal jaringan internet cepat kami jadi bisa melakukan Zoom saat pandemi kemarin. Maklum kami jadi pada ngga bisa pulang kampung. Alhamdulillah teknologi dengan internet provider bisa menghubungkan kami dari berbagai kota bahkan luar negeri.

Kami bisa tetap bermaaf-maafan walaupun tak sempat berjabat tangan. Jaringan internet cepat bisa mendekatkan kami dalam jalinan silaturahim yang penuh semangat dan tetap hangat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image