Isu Thrifting dan Potret Kemiskinan
Politik | 2023-04-06 08:19:16
Oleh: Mariyam Sundari (Penulis)
Bisnis pakaian bekas impor atau thrifting yang marak di isukan saat ini, sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Dari masalah ini, jelas menunjukkan adanya kebutuhan rakyat akan supply pakaian, untuk memenuhi kebutuhan pakaian bermerek dengan harga yang terbilang murah, karena gaya hidup hedon dan brand minded.
Selain itu, juga menunjukkan potret kemiskinan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang membutuhkan pakaian dengan harga murah tentunya. Jadi bisa dikatakan aneh kalau sekarang malah dipersoalkan, bahkan oleh kepala negara. Apalagi dilakukannya setelah industri tekstil mati.
Timbul pertanyaan, apakah hal ini bentuk pembelaan pada importir kain yang notabene hanya beberapa orang saja? Atau importir pakaian branded? Dan lagi yang dipersoalkan hanya yang masuk secara ilegal, berarti tidak memasukkan cukai impor. Kondisi ini sejatinya tidak mampu menyelesaikan persoalan dari akar masalah, juga angka kemiskinan yang tinggi.
Jelas tampak nyata yang ada hanya kebijakan dan pencitraan semata demi membela pengusaha. Inilah wujud buram kapitalisme, yang pastinya berbeda dengan pemimpin dalam Islam, yang akan mengedepankan kepentingan rakyat, juga mampu menjamin serta memudahkan dan menyejahterakan rakyatnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.