Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Taqiyuddin

Keunikan Ramadhan di Negeri Tirai Bambu

Agama | Wednesday, 05 Apr 2023, 23:32 WIB
https://www.nordangliaeducation.com/resources/asia/_filecache/fcf/1ec/18981-islam-in-china--cover-ii.pdf

Siapa yang tidak mengenal Tiongkok? Salah satu negara dengan peradaban tertua di dunia ini menempati posisi pertama sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Mengutip situs WorldPopulationReview, Rabu (5/4/2023), negara yang terletak di Asia Timur ini memiliki lebih dari 1,4 miliar penduduk dan menyumbang sekitar 17,81 persen penduduk dunia pada tahun 2022. Meskipun demikian, jumlah penduduk Muslim di negara yang mendapat julukan Negeri Tirai Bambu ini terbilang sangat sedikit dan hanya menempati posisi ke-12 di bawah Indonesia, Pakistan, India, bahkan Ethiopia. Berdasarkan data WorldPopulationReview, jumlah penduduk Muslim di Tiongkok pada tahun 2022 hanya mencapai 28 juta penduduk atau sekitar 1,73 persen dari total keseluruhan penduduk yang ada di Tiongkok. Dengan demikian, Islam menjadi agama minoritas di negara yang memiliki luas wilayah sekitar 9,6 juta km persegi tersebut.

Muslim di Tiongkok terbagi ke dalam sepuluh kelompok etnis atau suku yang di antaranya ialah Hui, Uyghur, Kazakh, Kirgiz, Dongxian, Salar, Tajik, Uzbek, Tartar, dan Bonan. Namun, dua kelompok terbesarnya ialah Hui dan Uyghur yang masing-masing berjumlah 11 dan 8 juta penduduk pada tahun 2022. Selain itu, kelompok-kelompok ini mayoritas menganut Islam Sunni dan hanya orang Tajik (sekitar 0,01%) yang menganut Islam Syiah. Muslim di Tiongkok sebagian besar tinggal di Beijing, Shanghai, Gansu, Ningxia, Yunnan, dan Xinjiang. Orang-orang Hui banyak ditemukan di Beijing, Shanghai, Gansu, dan Ningxia, sementara orang-orang Uyghur 90 persen menempati wilayah Xinjiang. Hui adalah orang-orang keturunan dari mantan imigran yang membawa serta agama Islam dan berasimilasi melalui perkawinan campuran, atau dengan kata lain bisa juga dibilang orang asli Tingkok yang memiliki penampilan fisik seperti penduduk lokal pada umumnya. Sementara itu, Uyghur adalah kelompok yang didominasi oleh orang-orang Turki dan memiliki penampilan yang berbeda dari penduduk lokal.

Lalu, bagaimana keunikan Muslim di Tiongkok dalam menyambut dan menjalankan ibadah di bulan Ramadhan?

Sebagaimana penduduk Muslim lainnya di dunia, orang-orang Muslim Tiongkok juga turut menjalani ibadah puasa Ramadhan. Ramadhan atau sering disebut Bulan Suci merupakan salah satu bentuk ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT dengan menjalankan puasa selama satu bulan lamanya bagi umat Islam di seluruh dunia termasuk juga Tiongkok. Keragaman budaya yang ada di antara kelompok-kelompok etnis Muslim di Negeri Panda ini menjadi salah satu ciri khas dan keunikan di bulan Ramadhan yang tidak ada di negara-negara lain.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Tiongkok memiliki sepuluh kelompok etnis Muslim yang masing-masing memiliki tradisi dan praktik budayanya sendiri dalam menjalankan kegiatan di bulan Ramadhan. Misalnya, di Xinjiang, Ramadhan dirayakan secara luas dan dilaksanakan dengan sangat antusias karena memang lebih dari 50 persen penduduk di sana beragama Islam. Sementara itu, di daerah lain seperti Beijing dan Shanghai, perayaan Ramadhan kurang terlihat, tetapi tetap dipatuhi dan dijalani oleh orang-orang Muslim di sana dengan penuh khidmat.

Keanekaragaman budaya juga terlihat dari bagaimana kelompok-kelompok etnis tersebut mempraktikkan tradisi budaya mereka selama Ramadan. Misalnya, orang Hui dikenal dengan masakan tradisionalnya yang sangat khas yakni niangpi (bihun dingin), yangrou paomo (sup domba dengan roti), sate domba, hot pot, dan pangsit dalam rangka menyambut bulan Ramadhan. Sebaliknya, orang Uyghur merayakannya dengan musik dan tarian yang meriah, serta menyiapkan hidangan khusus seperti polo (nasi dengan daging dan sayuran), lagman (mie dengan sayuran dan daging), samsa (kue gurih berisi daging dan sayuran), narin (sejenis roti naan), dan chuchura (sup yang terbuat dari mie dan sayuran). Selama Ramadhan juga banyak bermunculan pasar malam yang menjual berbagai macam makanan, barang, dan dekoran-dekoran khas Ramadhan. Pasar-pasar ini cukup populer baik di kalangan Muslim maupun non-Muslim dengan menawarkan suasana yang hidup dan meriah. Bahkan, di kota-kota seperti Urumqi, ibu kota provinsi Xinjiang, pasar malam menjadi daya tarik utama selama Ramadan.

Ramadhan juga menjadi waktu untuk orang-orang Muslim di Tiongkok beramal dengan menyumbangkan makanan, pakaian, dan uang kepada orang-orang yang membutuhkan. Selain itu, mereka biasanya membuat suatu acara seperti charity yang mengundang orang-orang yang kurang mampu untuk berbagi uang dan makanan seperti halnya yang terjadi di Indonesia. Semangat memberi ini merupakan bagian penting dari Ramadhan dan dianut oleh seluruh Muslim di Tiongkok.

Keunikan lainnya komunitas Muslim di Tiongkok selama bulan Ramadhan ini ialah gaya shalatnya yang unik. Keunikan ini mencerminkan tradisi budaya negara yang beragam dan tidak dimiliki oleh negara-negara Muslim lainnya. Misalnya, orang Hui sering melakukan ritual doa dalam campuran bahasa Mandarin dan Arab, sedangkan orang Uyghur menggunakan gaya bacaan yang berbeda yang dikenal sebagai muqam. Gaya shalat yang unik ini menambah kekayaan dan keragaman Ramadhan di Tiongkok.

Terakhir, banyak umat Muslim di Tiongkok yang menggunakan Chinese lunar calendar untuk menentukan awal dan akhir Ramadhan serta memasukkan unsur budayanya seperti lentera dan tarian naga ke dalam perayaan di bulan Ramadhan. Hal ini dikarenakan komunitas Muslim di Tiongkok memiliki sejarah yang panjang dengan budaya Tiongkok, sehingga tercermin dari cara mereka menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image