Ibadah Shaum Membentuk Kemampuan Kognitif, Afektif, dan Konatif
Agama | 2023-04-04 20:24:34Oleh: Moch. Fadlani Salam, Dosen UM Bandung
Bandung -- Shaum secara bahasa diartikan sebagai al-Imsak (menahan). Sedangkan secara istilah, diartikan sebagai suatu bentuk penghindaran diri dari segala hal yang membatalkannya sejak fajar sampai dengan Maghrib. Esensi yang termuat di dalamnya adalah shaum secara fisik dan psikis.
Secara fisik artinya meninggalkan makan dan minum, adapun secara psikis artinya menghindari segala sesuatu yang dapat membuat batin kita berdosa, baik lewat panca indera atau lewat anggota tubuh lainnya. Dan tentunya termasuk menjaga agar hati kita jangan sampai tergerak berbuat dosa.
Maka dengan melaksanakan shaum sesuai dengan pengertian di atas tersebut, sejatinya kita telah melakukan pendidikan karakter pada diri kita sendiri.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Pendidikan karakter yang terkandung dalam ibadah shaum adalah terbentuknya kemampuan kognitif, afektif, dan konatif dalam diri seseorang. Shaum yang dilakukan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh akan dapat membentuk kemampuan-kemampuan tersebut.
Kemampuan kognitif akan terwujud dalam wawasan dan cara berpikir yang cerdas sesuai aturan dan norma dalam Islam.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran: “khudzu maa atainaakum biquwwatin wadzkuruu maa fiihi la’allakum tattaquun” Artinya: “Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa."(QS.7:171).
Kemudian, untuk kemampuan afektif ini, terwujudnya lebih kepada kemampuan dalam menghayati segala ajaran sehingga mampu mengelola emosi dan empati yang tinggi kepada lingkungan.
Sedangkan untuk kemampuan konatif akan terwujud dalam perilaku yang berpijak pada amal shaleh yang menyenangkan dan menguntungkan orang lain di sekitarnya.
Keduanya ini tercermin dalamayat berikut: “alladziina yunfiquuna fissaraa’i wal dlaraa’i wal kaadzimiinal ghaidz wal ‘aafiina ‘anin naas Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang ” (QS.3:134).
Jelaslah bahwa dari kesemua kemampuan-kemampuan tersebut adalah bagian dari karakter unggul orang yang bertaqwa, sebagaimana telah dijelaskan diatas, dan ini merupakan tujuan yang hendak dicapai yang diharapkan oleh Allah bagi orang yang sungguh-sungguh melaksanakan ibadah shaumnya.
Pada Bulan Ramadhan ini, yang seluruh umat Muslim diwajibkan di dalamnya menjalankan Ibadah shaum sebulan penuh lamanya, seyogyanya bisa mendapatkan karakter unggul tersebut, dalam kemampuan kognitifnya, afektifnya, dan juga konatifnya. Dan sudah barang tentu karakter positif tersebut sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan keseharian kita.
Manusia yang memiliki karakter unggul tersebut, merekalah yang akan mendapatkan hikmah dari ibadah shaumnya, yaitu hikmah dalam kesholehan moral, kesholehan spiritual, dan kesholehan sosial.
Hikmah tersebut bersifat multidimensional, yang dibentuk dari kemampuan kognitif, afekif, dan konatif seperti yang digambarkan dalam al-Quran.***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.