Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adhyatnika Geusan Ulun

Indonesia Batal Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Siapa yang Untung?

Rembuk | Friday, 31 Mar 2023, 00:34 WIB
Logo Piala Dunia U-20 2023. (istimewa)

Oleh: Adhyatnika Geusan Ulun

Berita paling dicari saat ini adalah dicabutnya ketuanrumahan Indonesia di Piala Dunia U-20 2023. Semua menelisik kronologis penyingkiran kita dari perhelatan akbar sepakbola dunia kelompok umur 20 tahun tersebut.

Indonesia ditunjuk tuan rumah Piala Dunia U-20

Adalah Menpora Imam Nahrowi pada 2019, atas restu Presiden Jokowi berhasil meyakinkan FIFA tentang keseriusan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 yang sedianya akan digelar 2021.

Setelah melalui proses panjang, di antaranya bidding yang diadakan di China, Indonesia berhasil menyingkirkan sejumlah negara, seperti Arab Saudi yang mengajukan tuan rumah bersama Bahrain dan Uni Emirat Arab, kemudian Myanmar yang menggandeng Thailand untuk juga sebagi tuan rumah bersama.

Tidak hanya itu, Indonesia bahkan berhasil menyisihkan pesaing lainnya yang mengikuti proses bidding, tidak tanggung-tanggung Peru dan Brasil yang tentunya memiliki reputasi sepakbola kelas dunia.

FIFA sebagai otoritas tertinggi sepakbola dunia pada akhir 2019 menyetujui Indonesia sebagai tuan rumah. Publik sepakbola tanah air pun menyambut suka cita kepurusan tersebut. Persiapan demi persiapan mulai dilaksanakan oleh Indonesia untuk menyukseskan Piala Dunia U-20.

Batalnya Piala Dunia U-20 karena Covid-19

Pelaksanaan Piala Dunia U-20 di Indonesia memang direspons serius pemerintah. Presiden Jokowi menerbitkan Keppres Nomor 19 Tahun 2020 tentang Panitia Nasional Penyelenggaraan FIFA U-20 World Cup Tahun 2021. Di dalamnya terdapat pembentukan Indonesia FIFA U-20 World Cup Organizing Commitee (INAFOC).

Pada tahun tersebut, diterbitkan juga Inpres Nomor 8 Tahun 2020 tentang Dukungan Penyelenggaraan FIFA U-20 World Cup 2021. Terdapat komitmen enam gubernur yang wilayahnya jadi venue Piala Dunia U-20. Semua gubernur yang ditunjuk mentakan komitmennya untuk menyukseskan ajang sepakbola dunia junior tersebut.

Persiapan masksimal yang dilakukan Indonesia dengan merevitalisasi enam stadion rekomendasi FIFA, seperti Stadion GBK, Stadion Pakansari Bogor, Stadion Manahan Solo, Stadion Mandala Krida Yogyakarta, Stadion Bung Tomo Surabaya, dan Stadion I Wayan Dipta Bali, harus dibatalkan akibat badai pandemi Covid-19. FIFA memutuskan menunda hingga 2023. Namun, tetap Indonesia sebagai tuan rumah. Banyak pemain muda yang sudah dipersiapkan sangat kecewa. Mereka harus mengubur mimpi selamanya untuk tampil di ajang bergengsi tersebut karena faktor usia.

Israel lolos Piala Dunia U-20

Lolosnya Israel sebagai perwakilan Eropa yang berhasil melaju di Semifinal Piala Eropa U-19 menjadi fenomena baru. Negara ini untuk pertama kalinya masuk Piala Dunia U-20 setelah berhasil sekian lama berkiprah di konfederasi sepakbola di luar Benua Asia.Israel merupakan negara yang dikucilkan sejumlah negara Asia, akibat ulahnya menjajah Palestina. Walaupun, beberapa pesepakbolanya malah ada yang berkiprah di West Banks Premier League, sebuah kompetisi kasta tertinggi di Palestina.

Tragedi Kanjuruhan

Publik sepakbola Indonesia dan dunia, pada akhir 2022, dikejutkan dengan tragedi yang menewaskan 135 suporter saat laga Arema vs Persebaya. Namun, hal tersebut segera disikapi pemerintah yang melibatkan FIFA untuk menyelesaikan kasusnya.

FIFA melalui Presidennya, Gianni Infantino telah memastikan peristiwa Kanjuruhan tidak mengubah Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Bahkan, pihaknya berkomitmen untuk menjalankan program transformasi persepakbolaan di Indonesia untuk mencegah kejadian memilukan tersebut terulang kembali.

Gubernur Bali dan Jateng tolak keikutsertaan Israel

Jelang Drawing Piala Dunia U-20, pada 14 Maret 2023, Gubernur Bali Wayan Koster, melalui suratnya kepada Menpora menyatakan keberatakan kedatangan Israel di kegiatan tersebut. Seminggu kemudian, tepatnya 23 Maret 2023, Ganjar Pranowo mendukung keputusan Wayan Coster. Pihaknya menyatakan dukungan pelaksanaan Piala Dunia U-20 dengan catatan Timnas Israel tidak dihadirkan sebagai pesertanya.

Gelombang penolakan Israel di Piala Dunia U-20 pun bermunculan. Mereka menuntut pemerintah untuk menolak kehadiran Israel di Indonesia. Kegiatan tersebut memunculkan isu gagalnya Indonesia sebagai tuan rumah yang hanya tinggal dua bulan lagi tersebut kembali terulang seperti pada 2021.

Upaya Indonesia negosiasi FIFA

Meradangnya publik Indonesia yang mendengar batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, disikapi PSSI. Ketua Umum PSSI, Erick Tohir bergegas menegosisasi FIFA agar tidak menyingkirkan Indonesia sebagai tuan rumah. Namun, FIFA adalah organisasi sepakbola dunia yang tidak bisa diintervensi. Mereka kukuh dengan keputusannya untuk menyingkirkan posisi Indonesia.

Kini, tangisan para pemain Timnas U-20 dan banjir air mata pecinta olahraga paling populer di tanah air ini seakan sia-sia. Mimpi untuk merasakan atmosfer ajang bergengsi dunia tersebut harus dikubur selamanya.

Kendati Presiden Jokowi telah menegaskan kepada pihak yang menolak Israel dengan menyatakan bahwa kedatangan Israel di Piala Dunia U-20 tidak akan mengubah politik luar negeri Indonesia yang selalu berada di sisi Palestina. Namun, sudah terlambat. Keputusan telah diambil FIFA. Upaya negosiasi pemerintah dan PSSI tidak mengubah kebijakan FIFA untuk me-removes Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Publik sepakbola Indonesia pun semakin terpuruk. Kenapa? Karena sanksi lanjutan akan segera diputuskan FIFA.

Lalu, dengan kejadian dibatalkannya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 yang membuat bangsa Indonesia menangis, siapa yang diuntungkan? Kemudian, apa pertanggungjawaban pihak yang mengakibatkan batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20? Kita tunggu! ***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image