Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Edo Segara Gustanto

Ramadhan dan Kedermawanan, Belajar dari Utsman Bin Affan

Agama | Wednesday, 29 Mar 2023, 11:03 WIB
Foto: BAZNAS Sleman Saat Menyalurkan Bantuan

Dari beberapa sahabat nabi yang kita kenal salah satunya yang pernah menjadi khalifah menggantikan kepemimpinan setelah kepergian nabi adalah Utsman Bin Affan. Beliau adalah sosok khalifah ketiga setelah Abu Bakar dan Umar Bin Khattab yang naik meneruskan pemerintahan adil dan sejahtera.

Utsman bin Affan 17 juni 579 M adalah Khalifah ketiga yang memerintah dari tahun 644 M hingga 656 M dan merupakan Khulafaur Rasyidin yang paling lama memerintah. Seperti dua pendahulunya, ‘Utsman adalah salah satu sahabat utama Nabi Muhammad. Perkawinannya yang berturut-turut dengan kedua putri Nabi Muhammad dan Khadijah membuatnya mendapat julukan Dzun Nurain (pemegang dua pelita).

Utsman bin Affan, merupakan seorang saudagar asal Mekkah yang kaya raya. Keluarganya memang sudah terkenal memilliki kekayaan dan status sosial yang tinggi di kalangan orang Mekkah. Kisah kepemimpinan Utsman bin Affan mungkin tidak segarang dengan khalifah lainnya, karena memang Utsman bin Affan dikenal senagai seorang yang lemah lembut dan tidak menyukai peperangan. Namun Utsman bin Affan dikenal sebagai salah satu khalifah yang sangat dermawan.

Kedermawanan Utsman bin Affan

Terkait kedermawanan, kita bisa merujuk pada kisah Utsman Bin Affan, khulafaur Rasyidin yang ketiga. Utsman dikenal sebagai pribadi yang cerdas, dermawan, ramah, sopan, serta baik di mata masyarakat.

Dalam sebuah kisahnya yang terkenal, Utsman pernah membeli sumur kepada orang Yahudi untuk diwakafkan kepada umat Islam yang membutuhkan air bersih pada saat itu. Saat itu si Yahudi menjual dengan harga yang sangat mahal, sehingga umat Islam sangat resah pada saat itu.

Yahudi pemilik sumur tersebut menolak untuk menjual kepada Utsman. Akhirnya Utsman pun tidak kehabisan akal, ia melobi terus dengan gigih. Utsman melemparkan penawaran 12.000 dirham, tetapi dengan kesepakatan sehari ia yang memiliki sumur tersebut dan sehari berikut si Yahudi pemilik sumur tersebut.

Utsman pun menyerukan umat Islam agar mengambil air di hari yang sumur tersebut dimiliki Utsman. Giliran di hari si Yahudi, tidak ada satu pun umat Islam yang datang dan membeli. Sampai pada akhirnya si Yahudi kesal dan menyerahkan kepemilikan sumur tersebut kepada Utsman dengan syarat menambah 8.000 dirham lagi.

Setelah dimiliki secara penuh oleh Khalifah Utsman, sumur tersebut diwakafkan kepada Umat Islam untuk digunakan sepuasnya. Selain kisah tersebut, Utsman juga pernah menyediakan 300 ekor unta dan 1.000 Dinar dari kantong pribadinya untuk bekal Perang Tabuk.

Ramadan Saatnya Berbagi

Seperti ibadah-ibadah lainnya, kita dianjurkan untuk memperbanyak Zakat, infak dan Sedekah (ZIS) di bulan Ramadan. Menjelang Idul Fitri, kita umat Islam juga diperintahkan untuk menunaikan zakat fitrah dan tak jarang lebaran menjadi momen untuk memperbanyak sedekah.

Semangat Utsman bin Affan dalam mendermakan hartanya harusnya menjadi inspirasi kita tidak fakir dalam urusan sedekah. Nabi Muhammad pernah ditanya tentang sedekah yang paling utama. Ketika itu beliau menjawab, “Sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadan.” (HR. Al-Baihaqi).

Dalam riwayat lain, disebutkan Rasulullah SAW menjadi lebih dermawan ketika pada bulan Ramadan, ketika beliau ditemui oleh Malaikat Jibril pada setiap malam untuk membaca dan mempelajari al-Qur’an. Ketika ditemui Jibril, Rasulullah lebih dermawan daripada angin yang ditiupkan.

Melihat keterangan di atas, bulan Ramadan menjadi waktu yang tepat bagi umat Islam untuk memperbanyak sedekah seperti diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Allahu a’lam.[]

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image