Aku Korban Bullying, Playing Victim, dan Victim Blaming
Eduaksi | 2021-12-20 21:50:00BULLYING
Kasus bullying sudah banyak kita jumpai di beberapa wilayah baik di sekolah, lingkungan rumah, atau tempat lainnya.
Bullying dapat kita pahami bahwa itu bermaksud menggertak atau mengganggu orang-orang yang lebih lemah daripada orang yang melakukan aksi bully itu, pelaku bullying biasanya mereka adalah sekumpulan orang yang lebih kuat atau kumpulan orang-orang banyak yang mengganggu orang-orang kecil. Tetapi Bullying juga dapat dilakukan oleh satu orang.
Definisi lainnya diungkapkan oleh papalia (2007), bullying adalah tindakan agresif seseorang kepada target bullying atau korban dengan menyerang secara sengaja dan tanpa beban, dilakukan secara berulang kali karena menganggap korban lemah dan tidak dapat membela diri.
Bullying memiliki arti suatu tindakan agresi atau kekerasan intimidasi baik berupa tindakan fisik maupun non fisik dan dilakukan secara berulang oleh seseorang atau anak yang lebih kuat secara psikis dan fisik terhadap anak yang lebih lemah (Astuti, 2008).
Macam macam
Bullying juga banyak sekali bentuknya baik fisik atau non fisik bisa dari fisik yaitu menendang, memukul. Adapun contoh dari non fisik yaitu psikis yaitu mengancam dan mengintimidasi.
Bahkan menyebut teman dengan sebutan yang buruk termasuk bullying loh!
Ada banyak faktor dari bullying yang pertama ialah adanya perbedaan antara pelaku bullying dan korban, yang dimaksud itu ialah pelaku bullying adalah orang yang lebih kuat dan targetnya yaitu korban adalah orang yang lebih lemah dan adanya ketidak seimbangan yang dimaksud itu bisa berupa badan atau kekuatan lainnya. Para pelaku juga biasanya ingin mendapat perhatian dari orang-orang dan ingin di pandang sebagai orang yang hebat dan berkuasa.
Kategori perilaku bullying
Kategori perilaku bullying sesuai dengan kelompoknya terdiri dari lima kategori (Riauskina, 2005), yaitu:
1. Perilaku intimidasi fisik kontak secara langsung:perilaku ini termasuk seperti menjambak, menggigit, memukul, menendang, mencubit, mengunci seseorang dalam ruangan,mencakar, memeras atau merebut barang orang lain dan merusak barang orang lain.
2. Perilaku intimidasi verbal kontak secara langsung: perilaku ini diantaranya adalah sarkasme, mengejek atau
3. Mencela, mencaci dan memaki, mempermalukan, mengancam, mengganggu, merendahkan, memanggil dengan sebutan (name-calling) yang tidak disukai ,mengintimidasi, dan menyebarkan berita bohong.
4. Perilaku intimidasi non-verbal secara langsung:seperti memberikan pandangan mata dengan sinis, memberikan ekspresi wajah merendahkan dan menjulurkan lidah, mencemooh, mengejek, atau mengancam; semua intimidasi nonverbal ini biasanya diikuti dengan tindakan bullying yang dilakukan secara lisan (verbal) dan tindakan fisik.
5. Intimidasi non-verbal tidak langsung:perilaku ini contohnya adalah melakukan manipulasi, menuduh seseorang melakukan tindakan yang tidak dilakukan, mendiamkan seseorang, sengaja mengabaikan dan mengucilkan seseorang, meneror dengan mengirim surat kaleng.
6. Sexual Harrasment/ Pelecehan seksual:perilaku ini seperti melakukan catcalling (siulan, panggilan dengan maksud menggoda) kepada lawan jenis. Perilaku ini terkadang dikategorikan sebagai perilaku agresi fisik atau verbal.
Dampak
Banyak sekali dampak dari bullying ini, baik dalam waktu pendek atau waktu panjang. yang dimaksud dengan jangka waktu pendek yaitu korban bullying mempunyai rasa tidak aman, khawatir, ataupun takut akan sekitar, dan yang dimaksud dengan jangka panjang adalah korban dari bullying ini bisa mendapatkan atau mempunyai gangguan mental atau emosi yang tidak stabil.
Tetapi sayangnya kasus bullying ini tidak banyak dihiraukan atau tidak banyak diketahui oleh orang-orang sekitarnya, ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu karena rasa takut yang di dialami oleh korban karena diancam oleh pelaku bullying dan ada kemungkinan bahwa korban memiliki rasa malu akan apa yang terjadi dengan dirinya. Banyak orang sekitar yang tidak menganggap masalah ini menjadi sesuatu yang serius karena mereka merasa bahwa jika hanya diejek atau dan diolok-olok itu tidak akan menimbulkan akibat yang serius untuk si korban aksi Bullying. Orang tua dan guru juga masih belum mengetahui dan memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengetahui akibat dan penyebab dari bullying
PLAYING VICTIM
PENGERTIAN
Biasanya korban dari Playing Victim itu disalahkan dari orang terdekat baik dari keluarga teman pasangan atau akan rekan kerja lainnya yang seharusnya bisa berperan untuk menjadi orang yang berada di pihak korban. Playing Victim juga bisa ada di dalam sebuah media, jadi banyak orang yang tidak mengenal korban pun ikut menyalakan si korban yang minta untuk korban itu mempertanggungjawabkan apa yang tidak dilakukan.
Bentuk-bentuk menyalakan korban berupa tidak mempercayai cerita korban menyalahkan korban merendahkan tingkat keparahan serangan dari terima dan perlakuan tidak sesuai pasca tindakan kejahatan oleh pihak yang memiliki otoritas (campbell & Raja, 1999)
Orang yang melakukan Playing victim berperilaku seakan akan ia yang merasa tersakiti dan cenderung menyalahkan orang lain. Pelaku Playing Victim pintar dalam memainkan dramanya, ia memanipulasi orang lain agar orang lain merasa bersalah dan bertanggung jawab atas apa yang pelaku itu lakukan.
PENYEBAB
Adapun penyebab dari playing Victim:
1. Trauma
Orang-orang yang melakukan Playing Victim biasanya pernah mengalami peristiwa yang kurang menyenangkan untuknya, walaupun demikian aksi Paying Victim yang ia lakukan tidaklah ada pembenarannya.
2. Pernah menjadi korban
Pelaku Playing Victim juga pernah dikhianati orang lain jadi dia selalu merasa tidak percaya kepada orang lain.
3. Cara untuk memanipulasi
Pelaku Playing Victim memang sengaja melakukan itu untuk memanipulasi orang lain yang bertujuan ingin membuat korbannya merasa bersalah, dan ia juga ingin mengambil simpati orang lain untuk menutupi semua kesalahannya
4. Mendapat perhatian
Setiap pelaku Playing Victim, ia menutupi semua kesalahannya dengan memainkan drama untuk menghindari amarah orang lain dan juga mencari simpati agar orang lain itu memberikan bantuan dan ia tidak perlu bertanggungjawab atas kesalahannya sendiri.
VICTIM BLAMING
Dari sebuah kasus bullying, kekerasan dan kejahatan lainnya aku sering melihat dan mendengar pelaku atau orang lain malah menyalahkan korban atau bisa disebut juga dengan Victim Blaming yang bisa diartikan ketika korban dari sebuah kejahatan justru malah disuruh untuk mempertanggungjawabkan dan disalahkan oleh orang-orang dari apa yang ia alami, padahal seharusnya yang mendapat keadilan dan ketenangan dari orang sekitar.
Victim Blaming juga banyak dijumpai dalam kasus pelecehan seksual. Korban yang seharusnya mendapat keadilan malah kerap mendapatkan victim blaming atau disalahkan oleh orang orang. Korban pelecehan ini sempat melakukan pembenaran atas kejadiannya karena ia langsung mendapat serangan dari orang orang berupa komentar komentar yang dapat membuat korban menjadi trauma dan takut.
Sedangkan menurut Putri dan Aria (2012) menjelaskan bahwa “Konsep Blaming the victim adalah pembenaran atas ketidakadilan dengan menemukan cacat atau kesalahan pada korban ketidakadilan, dalam konsep Blaming the victim perempuan sebagai korban yang dipersalahkan melalui kata-kata dan kalimat yang ada dalam pemberitaan media, perempuan dalam satu waktu digambarkan sebagai korban sekaligus pemicu terjadinya pemerkosaan yang menimpa dirinya.
DAMPAK DAMPAK
1. Korban merasa malu dan merasa dirinya sebagai aib
2. Menyimpan sendiri penderitaannya
3. Takut untuk melaporkan apa yang terjadi
4. Korban merasa depresi atau ada keinginan untuk bunuh diri
5. Trauma
Jadi, kita sebaiknya tidak perlu untuk terlalu dalam mencampuri urusan orang lain, apalagi sampai memberi penilaian yang salah, dan ini bisa sangat berdampak untuk kesehatan mentalnya. Kita harus mencari tau akar permasalahan tersebut, dan lihat situasi juga apakah kita berhak untuk ikut andil dalam masalah tersebut. Karena korban akan merasa takut untuk memberi takut kepada orang lain dan merasa semua kesalahan yang terjadi itu dikarenakan oleh dirinya.
JADI STOP! MENJADI PELAKU PLAYING VICTIM, VICTIM BLAMING DAN BULLYING.
Sumber
https://osf.io/preprints/inarxiv/maqtx/
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/equality/article/view/1950Faizah.
F., & Amna, Z. (2017). Bullying dan Kesehatan Mental Pada Remaja Sekolah Menengah Atas di Banda Aceh. Gender Equality: International Journal of Child and Gender Studies, 3(1), 77-84.
Lestari, W. S. (2016). Analisis faktor-faktor penyebab bullying di kalangan peserta didik (studi kasus pada siswa smpn 2 kota tangerang selatan) (Bachelor's thesis).
chrome-extension://dnkjinhmoohpidjdgehjbglmgbngnknl/pdf.js/web/viewer.html?file=https%3A%2F%2Frepository.uinjkt.ac.id%2Fdspace%2Fbitstream%2F123456789%2F33376%2F1%2F1112015000077_WINDY%2520SARTIKA%2520LESTARI_FITK.pdf
chrome-extension://dnkjinhmoohpidjdgehjbglmgbngnknl/pdf.js/web/viewer.html?file=https%3A%2F%2Fmedia.neliti.com%2Fmedia%2Fpublications%2F69352-ID-bullying-di-sekolah-dan-dampaknya-bagi-m.pdf
https://e-journal.iainsalatiga.ac.id/index.php/imej/article/view/3458/1381
chrome-extension://dnkjinhmoohpidjdgehjbglmgbngnknl/pdf.js/web/viewer.html?file=http%3A%2F%2Fjurnal.unpad.ac.id%2Fshare%2Farticle%2Fdownload%2F31408%2F15061
chrome-extension://dnkjinhmoohpidjdgehjbglmgbngnknl/pdf.js/web/viewer.html?file=https%3A%2F%2Fejournal.upi.edu%2Findex.php%2Fsosietas%2Farticle%2Fdownload%2F36089%2F15471
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.