Menjadi Taat Sepanjang Masa
Agama | 2023-03-24 21:32:17Setelah dua tahun ditimpa pandemi yang menjadi pukulan besar bagi semua orang, akhirnya di tahun ini Ramadhan dapat dilaksanakan secara normal, sehingga untuk dapat bertemu dengan keluarga yang jauh di sana tidaklah mustahil bagi kita semua. Berbeda dengan dua tahun sebelumnya, dimana orang-orang sangat menahan rasa rindunya demi mengikuti protokol kesehatan yang ada.
Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, begitulah yang kita tahu dari sekian banyaknya keutamaan di bulan ramadhan. Semua orang berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan, shalat sunnah tarawih berjamaah, sedekah, bahkan memasang target untuk khatam 30 juz dalam satu bulan saja. Euphoria semacam ini hanya benar-benar dapat kita rasakan di bulan yang penuh berkah ini, suasana islami yang kental, para pedagang pun tidak kalah semangat untuk berjualan meramaikan suasana ngabuburit sepanjang jalan.
Akan tetapi, kadangkala perasaan yang timbul berdasarkan euphoria seringkali tidak bertahan lama. Seolah hanya terbawa suasana yang mendukung, lantas bagaimana apabila suasana itu justru sebaliknya?
Tidak lagi istiqomah membaca Al-Qur’an, maksiat pun kembali dijalankan?
Pada kenyataannya, kita akan sangat bersemangat menjalankan setiap kebaikan di bulan Ramadhan, ketika setiap amalan kebaikan akan dilipat gandakan sebanyak-banyaknya. Menjadi taat totalitas tanpa lagi ada keraguan dalam dada, pada bulan itu saja. Lantas bagaimana dengan bulan-bulan lainnya?
Padahal setiap bulan, hari, jam, bahkan detik yang kita jalani tanpa memandang suasana yang mendukung atau tidak setiap amalan akan mendapatkan pertanggung jawabannya bahkan sekecil zarrahpun. Kemudian apa penyebab dari semua fakta yang telah disebutkan?
Hal ini tentunya tidak akan terlepas pada suasana dan lingkungan yang telah disinggung sebelumnya. Kenapa? Karena memang pada kenyataannya lingkungan dan kondisi masyarakat yang ada akan sangat mempengaruhi setiap individu dalam berbagai macam aspek, baik dari segi pemikiran ataupun tindakan. Maka dari itulah, tidak jarang orang mengatakan, “Kepribadian seseorang itu bergantung pada lingkungannya.”
Terlepas dari berbagai faktor lainnya, memang kita tidak akan pernah bisa mengabaikan kondisi yang ada pada saat ini. Sehingga tidak seharusnya kita mengabaikan segala macam faktor yang menyebabkan berbagai macam kerusakan yang ada. Apalagi dengan kondisi dimana masyarakat mulai terpengaruh dengan sekulerisme yaitu memisahkan agama dengan kehidupan. Sehingga seringkali membicarakan persoalan agama seolah menjadi hal yang tabu, bahkan di bulan Ramadhan pun menahan diri dari hawa nafsu dan semacamnya hanya pada batas waktu puasa saja (sahur-berbuka), setelah berbuka bagaikan terbebas melakukan apa saja.
Apakah benar seperti itu?
Lantas apa yang harus kita lakukan?
Tentunya dengan tidak berhenti untuk terus menjalankan kebaikan, menyebarkan kebaikan yang kita ketahui pada setiap orang/berdakwah. Karena itulah kewajiban kita sebagai seorang muslim. Berdakwah tidak hanya mengajak pada kebaikan melainkan menyadarkan masyarakat bahwa taat sepanjang masa bukanlah lagi harus dipertanyakan.
Sadar dan kritis terhadap kondisi yang ada adalah kunci ditemukannya solusi yang harus diperlakukan. Namun kesadaran masyarakat tidak akan berjalan dengan maksimal apabila hal ini tidak didukung oleh negara, maka dari itulah pentingnya bagi setiap kebijakan yang dibuat harus senantiasa mempertimbangkan kondisi masyarakatnya. Seperti halnya yang dicontohkan Rasulullah Saw dan para sahabat pada masanya.
Pada masa pemerintahan Islam yang masih tegak, orang-orang sangat berlomba-lomba dalam menjalankan kebaikan, amalan sunnah semakin digencarkan bahkan jika harus berjihad sambil berpuasa pun tidak akan dilewatkan. Setiap detiknya sangatlah berharga, terlebih di bulan Ramadhan yang penuh dengan berkah, padahal ketika di bulan lain umat muslim pada saat itu juga tak kalah semangat dalam beribadah. Namun, di bulan Ramadhan ini seolah menjadi kesempatan emas untuk mendapatkan ridha Allah SWT.
Tidakkah kita mengharapkan suasana Ramadhan seperti halnya pada saat keemasan itu?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.