Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Karena Istighfar Akan Menghantarkan Doamu Kehadapan Allah SWT

Lentera | Friday, 24 Mar 2023, 00:15 WIB
Guru Besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh Prof. Dr. Tgk. Fauzi Saleh, Lc, MA saat memberikan ceramah subuh pada hari pertama ramadhan 1444 H di Masjid Gampong Tanjung Selamat, Darussalam, Aceh Besar. (Foto WUM)

Bulan suci Ramadhan bulan yang sangat dinantikan oleh para mukmin sejati. Kedatangan bulan yang penuh berkah ini akan mendorong kaum muslimin untuk mempersiapkan diri lebih baik.

Di bulan Ramadhan semua dosa akan diampuni oleh Allah SWT.

Oleh karena itu hendaknya umat Muslim memohon ampun sebanyak-banyaknya kepada Allah SWT. Sebab saat bulan Ramadhan, Allah akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang mau bertaubat dan memohon ampun.

Rasulullah SAW yang sudah mendapat jaminan dari Allah SWT telah diampuni segala dosanya dan ahli surga pun masih terus beristighfar tidak kurang 70 kali dalam sehari.

Kita perlu mencontoh nabi kita Rasulullah Saw dalam beristighfar.

Rasulullah Saw bersabda: “barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah memberikan jalan keluar untuk setiap kesedihannya, dan untuk setiap kesempitannya diberi kelapangan, dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka.” (HR. Abu Dawud).

Min haitsu laa yahtasib, rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Itulah janji Allah yang sangat menentramkan hati bagi para hamba-Nya yang gemar beristighfar.

Nah keistimewaan bulan ramadhan, kita bisa memperbanyak istighfar. Dengan banyak beristighfar, maka doa yang kita panjatkan pun akan diterima oleh Allah SWT.

Meskipun demikian istighfar juga memiliki tingkatan. Ada yang diucapkan bertujuan untuk memohon ampun dosa. Namun ada juga tingkatan istighfar sebagai bentuk sikap hamba yang bersyukur sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah Saw.

Waktu membaca istighfar yang mustajab dan utama saat puasa terutama di Bulan Ramadhan yakni waktu sahur atau pada sepertiga malam.

Sesungguhnya seperti malam itu memiliki keistimewaan yang luar biasa. Marilah kita hidup di waktu sepertiga malam. Menghidupkan malam-malam untuk beristighfar dan berdoa kepada Nya.

Ada sebuah kisah yang menarik bagaimana istimewanya istighfar dan dengannya akan menghantarkan setiap doamu kemudian dikabulkan oleh Allah SWT.

Kisah tersebut yaitu tentang Imam Ahmad bin Hanbal ra (murid Imam Syafi'i) dikenal juga sebagai Imam Hanbali. Dimasa akhir hidup beliau bercerita, "satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tau kenapa ingin sekali menuju ke salah satu kota di Irak,".

Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat. Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita "saat tiba disana waktu Isya', saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat".

Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba marbot (penjaga masjid) masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya "kenapa syaikh, mau ngapain disini?"

Pembersih masjid tidak tau kalau itu adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya.

Di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadis, sejuta hadis dihafalnya, sangat shalih dan zuhud. Kata imam Ahmad, "saya ingin istirahat, saya musafir". Kata marbot, "tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid.

Imam Ahmad melanjutkan bercerita "saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, maka dikuncilah pintu masjid.

Lalu saya ingin tidur di teras masjid." Ketika sudah berbaring di teras masjid marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. "Mau ngapain lagi syaikh?" Kata marbot. "Mau tidur, saya musafir" kata imam Ahmad.

Lalu marbot berkata, "di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh". Imam Ahmad diusir.

Imam Ahmad bercerita, "saya didorong-dorong sampai jalanan".

Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti).

Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi.Saat imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh "mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil".

Kata imam Ahmad "baik".

Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk dibelakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).

Penjual roti ini punya perilaku tersendiri, kalau imam Ahmad ngajak ngomong, dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, Astaghfirullah. Saat meletakkan garam astaghfirullah, memecahkan telur astaghfirullah, mencampur gandum astaghfirullah. Selalu mengucap istighfar.

Imam Ahmad memperhatikan terus. Lalu imam Ahmad bertanya "sudah berapa lama kamu lakukan ini?". Orang itu menjawab "sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan".

Imam Ahmad bertanya : "apa hasil dari perbuatanmu ini?"

orang itu menjawab "(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minta, kecuali pasti dikabulkan Allah. Semua yang saya minta ya Allah...., langsung diterima". (memang Nabi saw pernah bersabda :"siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya).

Lalu orang itu melanjutkan "semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kabulkan".

Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya "apa itu?"

Kata orang itu "saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan imam Ahmad".

seketika itu juga imam Ahmad bertakbir, "Allahuakbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu"..

(penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang di depannya adalah Imam Ahmad). []

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image