Hari Air dan Kaidah Ekohidrologi
Info Terkini | 2023-03-21 16:31:50Hari Air Sedunia tahun 2023 mengangkat tema "Be The Change" yang artinya "Menjadi Perubahan." Makna tema Hari Air Sedunia 2023 adalah mendorong orang untuk mengambil peran dalam menggunakan, mengkonsumsi, dan mengelola air bagi kehidupan mereka.
RETIZEN.REPUBLIKA.CO.ID, Peringatan Hari Air Sedunia atau World Water Day jatuh pada 22 Maret. Tema itu sangat relevan dengan kondisi di Indonesia. Tujuan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menetapkan Hari Air untuk meningkatkan kesadaran serta kepedulian warga dunia terhadap pentingnya air bagi kehidupan.
Hari Air Sedunia dicetuskan pada saat United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) atau Konferensi Bumi oleh PBB di Rio de Janeiro pada 22 Desember 1992. Mulai 1993 World Water Day diperingati untuk pertama kalinya dan terus bergulir setiap tahun. Indonesia yang diberi karunia hujan dengan intensitas yang tingggi mestinya itu bisa menjadi tabungan air. Bukan justru menjadi bencana banjir. Menabung air hujan harus menjadi perhatian nasional.
Perlu pendekatan yang berbasis pendidikan di sekolah untuk mengatasi persoalan air. Pendekatan ini menekankan kaidah Ekohidrologi. Yang bertujuan mencari solusi yang tidak hanya persoalan teknis, melainkan penyelesaian permasalahan secara luas melalui kebijakan sumber daya air yang berkelanjutan. Solusi Ekohidrologi sebaiknya masuk dalam kurikulum pendidikan umum dan kurikulum utama pada sekolah kejuruan pengairan atau sekolah irigasi. Masalah sumber daya air tidak bisa ditangani lagi oleh lembaga swadaya atau lembaga adhoc.
Perlu menata kompetensi sumber daya air, dari tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Irigasi hingga perguruan tinggi. Selain itu perlu juga pengayaan kurikulum di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan materi yang terkait dengan air. Agar budaya pemuliaan air tumbuh pada anak-anak.
Pelajaran Geografi di sekolah jangan lagi sekedar menghafal nama-mana sungai, danau dan perairan laut. Tetapi materi pelajaran harusnya juga menyangkut tentang kondisi atau masalah terkini dari lingkungan alam tersebut.
Untuk mengatasi sumber daya air perlu penguatan pendidikan vokasi pengairan atau irigasi. Saatnya menata SMK Irigasi dengan kurikulum yang lebih relevan dengan persoalan masa depan sumber daya air. Selama ini SMK irigasi hanya terpaku pada persoalan irigasi untuk pertanian. Belum mencakup dalam aspek yang lebih luas terkait dengan metode ekohidrologi, keandalan bangunan air, teknologi kemasan air minum, hingga manajemen sumber daya air untuk kebutuhan rumah tangga dan pertanian berbasis otomatisasi dan komputasi.
Tingkat pencemaran limbah sudah pada taraf menggangu infrasrtuktur bendungan. Bahkan mutu air baku dari bendungan seperti di Bendungan Cirata dan Jatiluhur semakin menurun akibat limbah. Untuk mengatasi pencemaarn limbah perlu penegakan hukum dan pembentukan SDM di lapangan yang memiliki kompentensi terkait dengan sifat kimiawi air. SDM tersebut dihasilkan oleh SMK Irigasi dan SMK Kimia.
Ekohidrologi merupakan disiplin ilmu yang harus dikembangkan di negeri ini lewat jenjang pendidikan. Penguatan pendidikan vokasi terkait sumber daya air merupakan keharusan jika bangsa ini ingin terhindar dari krisis air yang serius dikemudian hari. Keilmuan Ekohidrologi tergolong dalam ekoteknologi, yakni penggabungan antara pengetahuan lingkungan dan teknologi. Disiplin ilmu diatas diharapkan mampu mengubah perlakuan terhadap air yang eksploitatif menjadi bijak dan ramah lingkungan.
Salah satu contoh metode penerapan ekohidrologi yang sudah dilakukan ialah pemanfaatan tumbuhan atau vegetasi untuk mengatasi masalah lingkungan. Contohnya pengembalian ekosistem Waduk Saguling di Kabupaten Bandung Barat yang berdampak pada kualitas air Sungai Citarum. Dengan cara pemanfaatan tanaman seperti rumput atau eceng gondok yang ditanam secara terkendali di sepanjang aliran waduk. Hasilnya tingkat kebersihan air meningkat dan biaya pembersihan lebih murah.
Peringatan Hari Air Sedunia sebaiknya diisi kegiatan untuk membangun budaya cinta sungai. Kondisi darurat sungai tergambar dalam pernyataan Bappenas bahwa tingkat kerugian mencapai 2,3 persen per tahun dari PDB (produk domestik bruto) atau sekitar Rp 57 triliun. Berbagai sungai yang mengalir dan membelah kota harus dikelola dan dijaga kebersihan dan mutu baku airnya. Perlu kegiatan rutin yanag bisa mendorong pengembangan ilmu hidrologi khususnya ilmu tentang sungai. Perlu terobosan dan inovasi untuk membenahi secara total aliran sungai.
Masalah koordinasi pengelolaan air selama ini acap kali terjadi tumpang tindih dan respon yang lambat terkait masalah distribusi dan kebutuhan air untuk pertanian, industri dan rumah tangga. Padahal laju peningkatan kebutuhan air mencapai 15 persen pertahun.
Masalah banjir dan kekeringan sebenarnya mengerucut pada satu hal yang mendasar. Yaitu suatu kondisi dimana aplikasi ilmu hidrologi di negeri ini telah jatuh ke titik nadir karena kekurangan SDM dan minimnya pembangunan infrastruktur pengairan. Meskipun memiliki ribuan sungai, namun ilmu pengetahuan tentang sungai belum berkembang secara baik. Para siswa di sekolah hanya sebatas menghafal nama-nama sungai. Padahal makna ilmu pengetahuan tentang sungai sangatlah penting untuk dikaji secara lebih mendalam.Sungai yang merupakan bagian siklus hidrologi kurang mendapatkan porsi pengetahuan bagi anak sekolah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.