Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hanifah Tarisa

Ironi Duta Anti Narkoba

Info Terkini | Tuesday, 21 Mar 2023, 12:26 WIB

Ironi Duta Anti Narkoba

Oleh : Hanifah (Mahasiswi)

Saat sedang mengerjakan tugas di salah satu perpustakaan di daerah Samarinda, aku melihat sekumpulan pemuda-pemudi rupawan yang mengenakan selempang bertuliskan ‘Duta Anti Narkoba Samarinda 2023’. Ketika itu mereka sedang asyik melaksanakan pembekalan Duta Anti Narkoba Samarinda yang telah berlangsung selama beberapa hari di salah satu ruangan di perpustakaan. Sembari mengerjakan tugas terkadang aku melihat mereka berwara-wiri dan samar-samar juga mendengarkan arahan dari pembimbing mereka yang sedang melatih mereka di ruangan tersebut.

Manakala aku sedang fokus mengerjakan tugas, waktu sholat dzuhur pun tiba dan aku segera bergegas pergi ke mushola perpustakaan untuk mendirikan sholat. Saat tiba di mushola aku hanya menemui beberapa petugas perpustakaan yang juga ingin melaksanakan sholat. Setelah sholat aku langsung kembali ke perpustakaan untuk mengerjakan tugasku kembali. Ketika sudah tiba di meja yang sebelumnya kutempati, aku melihat sekumpulan Duta Anti Narkoba itu masih tetap di ruangan mereka. Sepertinya mereka belum berniat untuk beranjak dari ruangan itu dan masih asyik berdiskusi.

Awalnya aku tak terlalu peduli dengan kesibukan mereka dan hanya ingin fokus untuk menyelesaikan tugasku. Namun ada hal janggal yang baru ku sadari ketika waktu telah menunjukkan pukul 2 siang. Saat itu aku langsung menolehkan kepala ke ruangan dimana para duta itu berada dan kulihat mereka masih sedang asyik bercengkrama. Aku pun kembali memusatkan pandanganku ke hadapan laptop sambil berpikir apakah diantara mereka tidak ada yang berniat pergi ke mushola untuk sholat?

Sebagai informasi sebagian duta anti narkoba tersebut adalah perempuan yang mengenakan simbol muslimah yaitu hijab. Untuk duta laki-laki aku tak bisa menebak apakah mereka Muslim ataukah tidak. Akan tetapi hatiku mulai bertanya-tanya. Apakah pembimbing mereka tidak ada yang mengarahkan untuk pergi sholat? apakah duta-duta perempuan itu sedang haid semua?

Hingga waktu telah menunjukkan pukul 3 siang mereka satu persatu keluar dari ruangan. Sepertinya pembekalan mereka telah selesai karena kulihat pembimbing mereka pun sudah pamit pergi duluan. Sembari aku mengetik di depan laptop dan masih bertanya-tanya dalam hati, kulihat mereka tidak langsung pulang dan malah sibuk berswa foto. Aku pun menghela nafas panjang dan mulai menyimpulkan potongan-potongan fakta yang terjadi di depan mataku.

Walaupun fakta yang kulihat hanyalah sepenggal dan terlihat hanya sebagai dugaan, tetapi satu hal yang kusadari bahwa kesadaran ibadah duta-duta anti narkoba itu nampaknya masih kurang. Di satu sisi mereka berperan untuk menghentikan kasus narkoba, memberikan edukasi-edukasi kepada generasi akan bahaya narkoba dan sederet program-program lain yang mereka rancang untuk menghentikan laju kasus narkoba, namun di saat yang bersamaan mereka belum memberikan teladan yang baik dengan menunjukkan profil duta yang tidak hanya pintar namun juga bertakwa.

Padahal akar masalah tingginya kasus narkoba adalah miskinnya pemahaman agama yang dialami mayoritas generasi saat ini. Jika mayoritas generasi saat ini memiliki pemahaman agama yang baik maka secara otomatis ketakwaan akan terbentuk dalam diri mereka sehingga mereka memiliki rasa takut kepada Allah dan tidak berani bermaksiat termasuk salah satunya menjadi pemakai atau pengedar narkoba.

Ironi bukan melihat fakta yang terjadi saat ini? Fakta mengejutkan lainnya yang pernah kudengar dari salah satu teman yang pernah melakukan penyuluhan dan sosialisasi terkait narkoba namun ia bukan bergerak di ranah duta, ia menceritakan bahwa sebenarnya peredaran bisnis narkoba masih sering dibiarkan oleh sebagian oknum polisi. Buktinya ia pernah mendapatkan sebuah cerita dari seseorang yang dulunya pernah memakai narkoba kalau razia-razia narkoba yang dilakukan oleh polisi itu sebenarnya hanya rekayasa belaka. Disebut rekayasa karena para penjual atau pengedar ternyata sudah diberitahu sebelumnya kalau akan ada razia dan akhirnya mereka pun menutup bisnis haram tersebut sekaligus menginformasikan kepada pembeli alasan mereka tutup.

Kalaupun saat razia ada pelaku yang tertangkap, pelaku tersebut sebenarnya hanya menjadi tumbal agar razia yang dilakukan tetap ada “hasilnya”. Bahkan yang membuat sesak dada adalah ketika para pelaku tersebut telah tertangkap, ternyata banyak diantara mereka yang bisa menebus oknum polisi untuk tidak dipenjara dan hanya minta direhab. Begitupun di tempat rehab mereka juga tetap bisa menebus untuk tidak direhab sehingga para pelaku tersebut tetab bisa bebas berkeliaran menjajakan narkobanya untuk merusak generasi.

Saat temanku bertanya mengapa tetap melakukan penyuluhan mengenai bahaya narkoba sementara banyak dari oknum polisi yang berkecimpung dalam dunia bisnis peredaran barang haram narkoba? Ia langsung mendapat jawaban yang mengejutkan “ya itu hanya formalitas, kalau ga ada narkoba, mereka ga ada kerjaan sedangkan gaji polisi lebih kecil dibanding uang tebusan. Satu orang nebus nilainya minimal 40 jutaan.”

Innalillah.. sakit rasanya hati ini mengetahui fenomena yang terjadi. Bagaimana bisa kita mengharapkan kasus narkoba berkurang bahkan hilang sementara lembaga keamanan negara justru menjadi garda terdepan dalam melindungi peredaran bisnis haram tersebut? memang tidak semua polisi berlaku demikian dan ini hanyalah oknum namun perlu kita sadari bahwa narkoba sebenarnya permasalahan sistemik dan bukan permasalahan individu semata.

Tingginya kasus narkoba saat ini dikarenakan sistem yang diterapkan negara tidak berlandaskan agama dalam hal ini Islam sehingga para pemangku kebijakan dan aparaturnya minim akan pemahaman agama dan tidak takut akan perbuatan maksiat. Ditambah lagi budaya korup yang subur di sistem ini semakin melengkapi cacatnya sistem yang mengatur negara ini. Akhirnya rakyat menjadi korban dan generasi semakin rusak dan tak beradab.

Alhasil masihkah kita mengharapkan terciptanya kesejahteraan dan keamanan sementara penguasa negeri tercinta tak peduli terhadap aturan agama dalam mengurus rakyatnya? Sudah semestinya duta-duta tersebut berupaya mempelajari agamanya dengan baik, memahami akar masalah narkoba di negeri ini, dan menyerukan kepada generasi dan penguasa di negeri ini bahwa satu-satunya solusi hakiki dalam memberantas narkoba adalah menerapkan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Karena sesungguhnya tiada yang kami harapkan selain semoga mereka menjadi duta yang berintelektual sekaligus bertakwa. Wallahu ‘alam bis shawab. []

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image