Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sariningsih

Muridku yang Cerdas

Pendidikan dan Literasi | Saturday, 18 Mar 2023, 10:41 WIB

Buku Muridku yang Cerdas berisikan cerita-cerita mendidik yang ditulis oleh penulis yang juga berprofesi sebagai guru. Cerita yang hadir menggambarkan bagaimana suasana seru saat pembelajaran sedang berlangsung di kelas atau pun di lingkungan sekolah.

Buku ini ditulis oleh Daeng Siti Hurriyah, SS.SE., Ida Fauziah, S.Pd., Endang Wahyu Marlangen, S.Pd., Yuyun Ningsiati, S.Pd., Yusri, S.Pd., Dr. Sri Rejeki, M.Pd., Dias Paramita Audina, S.Pd, Eva Sujiati, S.Pd., Lisa Hadianti, S.Pd., Dian Hidayah, S.Pd., Baiq Sopian Arliani, S.Pd. bersama penerbit Leguty Media. Total sebelas cerita yang bisa dibaca dan diambil setiap pesan positif di dalamnya. Seperti cerita yang ditulis oleh Kak Daeng Siti Hurriyah, SS.SE. dengan judul Berbicara dengan Jelas. Yuk kita simak ceritanya.

Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Gurunya bernama, Ibu Siti, selalu datang tepat waktu. Kelas yang semula nyaman tiba-tiba saja menjadi gaduh. Ternyata Arman sudah berdiri di atas bangku, matanya yang sipit dipaksa untuk melotot. Tubuhnya diputar hadap kanan tak ketinggalan kepalanya menunduk sampai tubuhnya sedikit membungkuk.

“Ibu Guru!” teriakan itu cukup membuat Ibu Siti terperajat melihat ulah siswanya yang mengagetkan.

“Ada apa Arman, kenapa kamu berteriak. Nah, sampai berdiri di atas bangku?”

Semua mata memandang pada Arman tak percaya dengan apa yang terlihat.

“A, a, ada Spider-Man Bu Guru,” Arman berkata sambil terbata-bata. Dia begitu ketakutan dan wajahnya terlihat pucat.

“Tariklah napas dalam-dalam. Tenangkan diri sebelum mulai berbicara, agar paru-paru kamu tidak terasa sesak. Sekarang berbicaralah dengan jelas, Arman,” kata Ibu Siti penasaran.

“Ada laba-laba Bu. Lewat dekat kaki saya.”

Mendengar ucapan Anwar, kelas pun terdengar ramai karena semua murid tertawa melihat tingkahnya yang lucu. ***

Cerita mendidik lainnya berjudul Memanggil Teman dengan Sebutan yang Baik yang ditulis oleh Dr. Sri Rejeki, M.Pd. berikut adalah ceritanya.

Nila berlari mengejar Cindy sambil berteriak-teriak memanggilnya. “Cicit ... Cicit.”

Cindy menangis karena Nila berlarian sambil tertawa mengejek. Kejadian tersebut dilihat Bu Guru Rina.

“Mengapa Cindy menangis? Ada apa?” tanya Ibu Rina.

“Bu, saya malu, saya malu. Nila memanggil saya Cicit. Saya bukan burung, Bu Guru,” kata Cindi di sela isak tangisnya.

“Nila, ke sini Nak. Ayo duduk sama Ibu,” panggil Bu Guru Rina meminta mendekat.

“Nila, mengapa memanggil Cindy dengan kata itu?” tanya Ibu Rina sambil membelai rambut Nila.

“Bu Guru, tidak apa-apa kan saya panggil Cindy, Cicit,” kata Nila.

“Nila, tidak baik memanggil temanmu dengan sebutan Cicit. Panggillah temanmu dengan sebutan yang baik karena sebutan yang baik akan menyenangkan hatinya. Dan tak menyinggung atau mempermalukannya.”

“Jadi, tak boleh ya Bu?”

“Benar sekali,” ujar Ibu Rina tersenyum.

Akhirnya Nila meminta maaf atas kata-katanya pada Cindy. Mereka bersalaman dan berpelukan. ***

Buku cerita ini sarat dengan nilai-nilai karakter yang mudah dipahami dan diceritakan kembali kepada anak-anak. Selamat membaca dan terus dukung perkembangan dunia literasi anak dengan cerita-cerita positif yang penuh dengan pesan moral yang kuat untuk anak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image